01

47.4K 7.3K 2.1K
                                    

Han baru saja hendak membuka dm. Tapi ia sudah keburu dipanggil Ibunya untuk makan malam.

Di sisi lain, orang yang baru saja Han retas akunnya sedang sibuk mengotak-ngatik ponselnya, sembari mengunyah potongan apel di dalam mulutnya.

To: xxx
Jadi kapan nih mau ketemuan?

From: xxx
Aku terserah kamu sih. Mau kencan di manapun, aku siap kok.

"Ck, dasar buaya." Gumam gadis itu.

Pintu kamarnya tiba-tiba dibuka, menampilkan sang adik yang langsung memberinya ekspresi malas. Ia kemudian melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gak mau makan malem?" tanya Seungmin. Nama adik Acha, atau gadis yang jadi korban hack Han.

"Pasti ada si busuk ya?"

"Tolong deh, dia Ayah kita."

"Orang yang hobinya mabuk sama mukulin kok disebutnya Ayah?"

Seungmin mendengus. Ia otomatis saja mengusap leher bagian belakangnya. Terlihat ada lebam di lehernya, yang memanjang sampai ke punggung.

"Gue gak mau makan kalau ada dia. Lo sama si busuk makan duluan aja." Kata Acha sembari mengibaskan tangannya untuk mengusir Seungmin.

Tapi Seungmin tidak langsung pergi, dia malah masuk ke dalam kamar dan merebut ponsel Acha.

"Mau sampe kapan?" tanya Seungmin sembari memperlihatkan layar ponsel Acha sendiri ke pemiliknya.

Acha mendelik tajam pada Seungmin, dan tidak menjawab pertanyaannya.

"Penjara di depan mata Kak." Ucap Seungmin sembari melempar ponsel itu ke pangkuan Acha.

"Ya udah lo kerja sana, biar kita bisa makan. Kalau enggak taruh tuh si busuk di panti jompo, atau laporin dia ke Polisi, udah kdrt." Kata Acha.

"Lo pikir semudah itu?" balas Seungmin.

"Lo taukan susah? Jadi mending lo diem aja. Selama kita masih bisa makan, bayar sewa rumah, listrik, sama air. Dan jelas biaya sekolah kita berdua. Lo gak usah banyak bacot."

"Tapi Kak, emang Kakak bisa tenang dengan kayak gini? Gimana kalau dari mereka ada yang lapor?"

"Gak ada. Gak akan ada. Lo liat sendirikan? Sampe sekarang gue, kita, aman-aman aja. Gak ada Polisi ngetok pintu rumah."

Seungmin mendengus. "Terserah deh." Gumam Seungmin.

"Kalau lo udah bisa nyari uang banyak, baru ceramahin gue. Lo cuman anak SMA yang gak bisa apa-apa, gak usah banyak omong. Masih mending gue masih mau ngasih lo dan si busuk makan."

•••

Han menguap lebar. Tangannya meraih gosok serta pasta gigi, dan ia mulai menyikati giginya, sembari bercermin. Ia menatap pantulan dirinya sendiri dengan kecewa.

Semalam, Han malah ketiduran, dan akhirnya tidak menyelidiki lebih dalam tentang Acha.

Han mendengus. Setelah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, dan mengenakan seragamnya. Han pun bergegas berangkat sekolah, tak lupa sarapan dan pamit terlebih dahulu pada Ayah dan Ibunya.

Han pergi ke sekolah menggunakan motor matic. Kebetulan usianya juga sudah 18 tahun, jadi Han sudah memiliki SIM.

Dilihat dari sisi mana pun. Orang tidak akan menyangka Han berpotensi melakukan tindakan kriminal karena kecerdasannya. Dia ta'at aturan, di sekolah dia juga bukan murid yang hobi membuat masalah. Meskipun nilai pelajarannya standar.

Setiap orang memang punya kepintaran atau kecerdasannya masing-masing, di bidang yang berbeda. Orang tua Han juga tidak pernah menuntut Han untuk punya nilai tinggi di sekolah.

Di tengah perjalanan, Han mendadak memberhentikan motornya, karena melihat ada keramaian di pinggir trotoar. Lebih tepatnya, di gang yang berada di tengah-tengah sebuah pertokoan.

Han melirik jam tangannya, masih ada waktu banyak sampai sebelum bel sekolah berbunyi.

Han pun memilih menepikan motornya, dan turun. Ia berusaha menerobos kerumunan, untuk melihat apa yang terjadi. Tapi rupanya, gang itu sudah digarisi oleh garis Polisi, petugas juga terlihat berlalu lalang di dalam gang.

"Pak, ini ada apa ya?" tanya Han pada orang di sebelahnya.

"Ada yang nemuin mayat dek. Badannya setengah kebakar, nyisain kakinya aja. Semua barang berharganya, termasuk identitas hilang. Kayaknya korban rampok."

Han seketika merinding. Ia pun buru-buru kembali ke motornya, dan melanjutkan perjalanannya ke sekolah.

Sepertinya sudah ketiga kalinya Han menemukan kejadian serupa. Kenapa juga dia masih selalu penasaran, setiap ada keramaian. Padahal, keramaian yang ia temui, diakibatkan oleh hal yang sama.

Ditemukannya sebuah mayat. Dengan kondisi sebagian besar tubuh hancur, harta benda dan identitas hilang.

Semua korban pun laki-laki.

Han jadi takut, kejadian ini memang pembunuhan berantai. Bisa saja ia, Ayah, dan teman-temannya nanti jadi korban.

'Jangan sampe...' batin Han.

Sesampainya di sekolah. Ia langsung bergegas ke kelasnya. Han sudah mempersiapkan sapaan heboh untuk teman-teman sekelasnya seperti biasa, tapi saat kakinya baru hendak melangkah memasuki kelas. Niatnya ia urungkan, karena melihat kelas yang sepi, serta wajah anak-anak yang murung. Bahkan termasuk Haechan.

Padahal Haechan salah satu anak yang heboh dan ceria seperti dirinya.

"Eh, kenapa nih? Tumben kelas sepi." Kata Han sembari duduk di bangkunya, dan menatap satu persatu teman-temannya.

"Han, gue harap lo siap denger ini." Kening Han mengernyit mendengar Haechan yang bicara dengan serius, tidak seperti biasanya.

"Ada apa sih sebenernya?"

Haechan menghela napas, sembari memejamkan matanya sejenak, sebelum membuka mulutnya lagi.

"Hyunjin meninggal, Han. Dia ditemuin ke bakar di lapangan sekolah tadi subuh sama satpam."[]

Hacker | Han Jisung ✅Where stories live. Discover now