07

26.6K 5K 1.3K
                                    

"Maaf ya kamu mau aku jadiin umpan." Pria yang janjian dengan Acha itu mengernyitkan keningnya.

"Apa maksudnya ini?! Kenapa kamu ngiket saya kayak gini?"

"Aku sebenernya udah gak mau ngelakuin ini. Tapi ini demi Ibu aku yang udah dibunuh sama dia, karena uang juga sih. Jadi... aku mohon bantuannya?"

Pria itu meronta, menatap Acha dengan berbagai pandangan. Ketakutan, cemas, bingung, campur aduk menjadi satu.

"Makanya aku juga pilih cowok yang hidup sendirian. Tanpa pasangan dan keluarga. Biar aku gak terlalu ngerasa bersalah ngelakuin ini. Tapi mungkin kamu punya temen, mau kasih pesan terakhir gak ke mereka?"

"Sialan! Kamu ini sebenernya mau apa?"

Acha tersenyum sembari mengelus kepala pria itu.

"Tapi kayaknya setelah ini kamu gak akan nyesel udah jadi umpan. Karena kamu akan dianggap pahlawan. Kamu ikut membantu mencari keadilan untuk para korban sebelumnya."

"Kalau begitu aku pergi dulu ya? Makasih atas bantuannya."

Acha lalu menyuntikan sebuah cairan ke dalam tubuh pria itu, hingga ia tidak sadarkan diri. Setelah memastikan dia benar-benar pingsan.

Acha melepas ikatan talinya. Ia lalu memindahkan tubuh pria itu dari kursi ke ranjang, dengan cara dibopong. Acha mengacak penampilannya, seolah mereka baru melakukan sesuatu.

"Aku juga gak mau ngelakuin ini, sumpah. Aku minta maaf yang sebesar-besarnya."

Acha kemudian bergegas pergi, meninggalkan rumah itu. Ia menyeringai kecil, saat melihat ada siluet di samping rumah tersebut.

Acha memasuki mobil yang sebelumnya tidak ia bawa —seseorang yang sudah meletakannya di sana, khusus untuk Acha—. Mobil itu terparkir cukup jauh dari rumah, tapi Acha tetap dapat melihat rumah itu, meski dari kejauhan.

Acha lalu mengambil kamera yang sudah disiapkan orang yang memberinya mobil juga. Kamera itu bisa mengambil gambar dari jarak jauh.

'Mudah-mudahan sekarang bisa nangkep gambarnya, buat barang bukti yang jelas. Ugh, sebelumnya selalu aja gagal. Dia emang terlahir cerdas ya? Sialan.' Batin Acha.

Acha menyoroti rumah tersebut. Ia bisa melihat seseorang keluar samping rumah itu, dengan pakaian serba hitam, dan wajah tertutup masker serta topi.

'Rumah itu gampang kebakar, karena materialnya hampir seratus persen dari kayu. Kalau dia pakai metode membakar mayat seperti biasanya, bisa cepet ketahuannya, apa lagi gue udah nyiram minyak tanah di satu rumah. Tapi... gue yakin dia gak sebodoh itu. Dia pasti sadar dengan kondisi rumah itu. Lagian kalau terjadi kebakaran, dia bakal cepet kejebak api di dalem. Dan jalan satu-satunya keluar, cuman pecahin kaca jendela depan. Karena jendela lain gak akan bisa dia pecahin. Kalau kayak gitu, bakal gampang banget dia ketahuan. Polisi bakal mudah ngelacak dia, karena dia gak pakai cara yang halus lagi buat kabur atau nutupin kejahatannya.'

Hacker | Han Jisung ✅Where stories live. Discover now