04

30.5K 5.5K 427
                                    

"Kak, kenapa bisa-bisanya Kakak lakuin itu? Dan seolah-olah Kakak udah biasa ngelakuin hal sadis kayak gitu?" Seungmin terus mengoceh, sembari berusaha menyamai langkahnya dengan Acha.

"Bisa diem gak?" desis Acha kesal.

"Kak, aku shock! Gimana kalau sampe ketahuan Polisi?"

"Makanya lo diem aja."

"Tapi Kak, tadi itu gila banget. Ibu bisa marah sama kita. Gimana bisa Kakak bunuh Ayah segampang itu? Dia Ayah kita Kak." Plak! Seungmin langsung bungkam, saat Acha tiba-tiba menamparnya.

"Udah gue bilang diem ya diem. Atau lo mau nasib lo sama kayak Ayah?"

Seungmin akhirnya tidak berani bicara lagi. Ia hanya mengikuti dari belakang, kemana Acha melangkah.

Setelah cukup lama berjalan, mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Yaitu sebuah gedung apartemen yang megah. Seungmin sampai melongo dibuatnya.

"Ini tempat tinggalnya orang-orang penting. Jadi penjagaannya ketat, orang-orangnya juga gak resek dan kepoan sama orang sekitar. Kita bakal aman tinggal di sini." Kata Acha.

"Tapi ini uang dari mana Kak?"

"Gak usah banyak tanya, yang penting kita punya tempat tinggal sekarang."

Seungmin mengerang frustasi. Sumpah, dia semakin tidak mengerti dengan Kakaknya.

•••

From: xxx
Kita jadi ketemukan?

To: xxx
Jadi dong.

Han menggigiti kukunya. Apa dia harus ke sana? Ke tempat Acha akan ketemuan dengan seseorang.

Tapi diakan masih dalam masa berkabung. Setelah Hyunjin, dua nyawa temannya yang lain juga telah hilang. Meskipun sekarang Felix dan Jeno belum dimakamkan, karena keluarga minta diotopsi, untuk diselidiki, siapa pelaku pembunuh mereka.

Han melirik Haechan.

Dia sudah sempat bangun, dan hanya bicara sebentar dengan orang tuanya sambil menangis. Setelah itu Ibunya menyuruhnya untuk tidur.

Sekarang memang sudah lewat tengah malam, dan Han masih setia mendampingi Haechan, yang dirawat di klinik dekat lokasi kejadian pembunuhan Felix dan Jeno.

Haechan belum bisa dibawa pulang. Rencananya besok dia akan menjalani perawatan psikis. Haechan masih dalam kondisi shock dan trauma.

Han beranjak berdiri dari kursinya. Sepertinya dia harus ke tempat Acha dan pria itu bertemu. Entah untuk apa, yang jelas dia harus ke sana.

•••

Seungmin menatap jengah Acha yang tengah berdandan.

"Udah diem aja lo, gak usah ngoceh lagi." Kata Acha.

Seungmin mendengus, dan memilih memfokuskan pandangannya pada tv.

"Tapi foto-foto yang Kakak pajang di media sosial, bukan beneran foto Kakak kan?" tanya Seungmin sembari menopang dagunya.

"Kalau iya kenapa?"

Mata Seungmin melotot. Acha terkekeh melihat raut wajah panik Seungmin.

"Ya enggak. Gue gak pernah pasang muka, yang penting badan doang. Cowok mah udah bakal langsung keblinger. Ya udah ya, gue pergi dulu."

Seungmin hanya bergumam, saat Acha mencium pipinya sebelum pergi.

Seungmin mendengus, lalu mengusap wajahnya kasar. Kadang ia penasaran dan merasa cemas, apa yang Acha lakukan bersama pria-pria itu.

•••

Acha janjian dengan pria itu di sebuah hotel. Tapi sebelum masuk ke dalam kamar, sesuai perjanjian. Acha mengajak pria itu makan dan minum dulu.

"Ternyata kamu beneran cantik ya? Sempet ragu sih, karena selama ini kamu gak pernah liatin wajah kamu."

"Aku gak mungkin nipu orang dong."

Di meja lain, yang jaraknya lumayan jauh dari meja yang Acha duduki bersama pria itu.

Ada Han yang sedang memperhatikan gerak-gerik mereka. Ia menggunakan kaos dan celana jeans biasa, agar terlihat tidak mencolok. Tapi tetap menggunakan topi dan masker.

Cukup lama Acha dan pria itu berbincang-bincang, sampai akhirnya mereka beranjak dari meja dan pergi ke kamar hotel yang sudah dipesan.

Han lagi-lagi mengikuti mereka. Berusaha membuat gerakan yang tidak mencurigakan sama sekali.

Sesampainya di kamar hotel. Acha dan pria itu langsung masuk ke sana, sementara Han berdiri tak jauh dari kamar itu. Ia bersembunyi di balik dinding, yang paling dekat dengan kamar tersebut.

Han juga tidak mengerti kenapa dia melakukan ini. Mungkin karena ia merasa penasaran. Apa Acha seorang pelacur?

40 menit berlalu. Acha tak lama keluar dari dalam kamar tersebut sembari merokok, ia kemudian menyeringai sebelum meninggalkan tempat.

Han melongo. Ia mematung untuk beberapa saat, sebelum akhirnya melangkah pelan mendekati kamar yang sebelumnya dimasuki Acha dan pria itu.

Pintunya masih sedikit terbuka. Han mendorong pelan pintunya, agar terbuka lebih lebar, sebelum akhirnya ia melangkah masuk. Untuk memastikan kondisi pria itu.

•••

"Pagi ini ditemukan jasad berinisial D, di kamar hotel xxx, dengan kondisi mengenaskan di bagian atas tubuhnya, sementara bagian bagian bawah utuh. Seluruh harta benda serta identitasnya hilang."

"Haduh, kayaknya sekarang cowok-cowok lagi gak aman ya." Kata Ibu sembari mengoleskan selai pada roti Han.

"Han, kamu kalau malem jangan keluar-keluar sendiri deh, Ayah juga." Lanjut Ibu.

"Han, kamu denger gak?" Han tersentak. Ia seketika tersadar dari lamunannya.

"I-iya Bu." Ucap Han dengan nada pelan.

"Kenapa? Kok ngelamun aja? Kamu takut?" tanya Ayah.

"Sssttt, iya..." balas Han sembari mengusap lengannya dan bergidik.[]




Bakal lebih banyak narasinya kayaknya. Soalnya emang scenenya gk banyak percakapan.

Hacker | Han Jisung ✅Where stories live. Discover now