06

27.6K 5K 2K
                                    

"Kenapa lo lakuin ini? Ekh,"

"Karena apa ya? Susah dijelasin sih."

"Cepet atau lambat yang namanya kebusukan bakal kecium aromanya."

"Oh ya? Wow. Ini bukan yang pertama loh bagi gue. Bahkan Hyunjin, Jeno sama Felix itu udah korban gue yang kesekian."

Tali yang menjerat leher Haechan semakin mengencang. Haechan sudah tidak bisa melakukan apapun, selain menjerit kesakitan.

"Lagian bukannya lebih bagus kalau lo kumpul sama temen-temen lo lagi?"

•••

Han menatap nanar Ibu Haechan yang terus menangis tanpa henti.

"Padahal Haechan kan ada di kamarnya terus, gimana bisa pembunuh itu masuk ke kamarnya? Gimana bisa? Huhuhu. Haechannn... anak Ibu... huhuhuhu, bangun Nak..."

Han memeluk bahu Ibu Haechan, sembari mengusapnya sesekali.

"Sabar ya Tan. Kalau Tante kayak gini, takutnya Haechan malah jadi gak tenang." Kata Han.

Ibu Haechan tidak menjawab. Ia hanya bisa menangis sembari memegangi kepalanya yang mulai terasa pening.

Haechan tidak akan langsung dimakamkan. Sama seperti jasad Jeno dan Felix, orang tuanya ingin jasad Haechan diotopsi.

Meskipun sebenarnya Ibu sedikit tidak rela, tubuh anaknya harus dibongkar. Tapi ini demi mencari pelaku, dan demi keadilan korban juga.

Han menjauh dari orang tua Haechan, setelah kerabat Haechan yang lain, sudah tiba di rumah.

Han membuka ponselnya, dan melihat banyak notifikasi masuk dari akun media sosial juga chatnya.

Acha terlihat melakukan panggilan dengan seseorang. Han pun mengambil earphonenya, untuk mendengar perbincangan Acha dengan orang tersebut.

"Halo," suara Acha.

"Halo. Ini bener Lia kan?" sekarang suara pria.

"Iya dong. Emang profilnya beda sama yang di media sosial?"

"Eh, enggak sih."

"Kita jadi ketemuan gak malem ini?"

Hacker | Han Jisung ✅Where stories live. Discover now