03

32.9K 5.6K 2K
                                    

Han berlari secepat yang ia bisa, menuju lokasi di mana Jeno dan Felix berada. Sesampainya di sana, langkahnya terhenti. Tubuhnya seolah kehilangan tulang-tulangnya, melihat apa yang terjadi.

Jeno tergeletak di tanah, dengan darah yang menggenang di samping kepalanya, juga mengotori sebagian wajahnya. Sementara Felix, lehernya terikat tali, dan tubuhnya tergantung di atas pohon. Darah terlihat masih menetes dari luka di tubuhnya. Entah di bagian mana.

Di depan mereka, Haechan berdiri dengan kepala menunduk.

Tak lama suara sirine mobil Polisi terdengar. Bersahut-sahutan, menghampiri lokasi kejadian.

Haechan tiba-tiba jatuh pingsan. Beruntung Han berhasil berlari menghampirinya, sebelum jatuh ke tanah.

•••

Seungmin menatap Kakaknya yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya sambil merokok. Sungguh, ia dan Kakaknya sangat bertolak belakang.

Yang membuat Ayah mereka masih tinggal bersama mereka juga, karena Seungmin berhasil membujuk Acha, agar Ayah mereka, tetap tinggal bersama mereka.

Meskipun bajingan, pria itu tetap Ayah mereka. Darah daging mereka. Seungmin hanya ingin jadi anak yang baik, terlebih karena pesan Ibunya dan Acha sebelum meninggal. Ibunya berpesan, untuk tetap menghormati Ayah.

Jarak usia Acha dan Seungmin sebenarnya tidak terlalu jauh. Hanya 10 bulan. Tapi Acha sudah memikul banyak beban berat, termasuk masalah ekonomi keluarga. Seungmin pun tidak bisa banyak membantu. Dia sakit-sakitan sejak kecil.

Acha sendiri yang melarang Seungmin bekerja. Meskipun kadang Acha mengatainya tidak bisa kerja dan sebagainya. Acha bahkan tidak memperbolehkan Seungmin belajar terlalu keras, karena Seungmin bisa mimisan, dan akhirnya drop.

"Ngapain lo di depan kamar gue?" tanya Acha tanpa menoleh ke arah Seungmin, yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Tadi pagi Kakak kemana?" Seungmin malah melontarkan pertanyaan juga.

"Oh. Ke pemakaman temen sekolah." Balas Acha.

"Hah? Aku gak salah denger? Sejak kapan Kakak peduli sama temen sekolah Kakak?"

"Sejak... dia tau tentang Kakak."

Mata Seungmin mengerjap. Benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Acha katakan.

"Udahlah, lo gak usah mikir yang macem-macem. Si busuk kemana?"

"Gak tau, dari semalem kan emang belum pulang."

Acha seketika menggigit ujung rokoknya, lalu meremasnya hingga abunya berjatuhan di atas buku pelajarannya.

"Jangan biarin dia masuk rumah nanti." Kata Acha.

"Tapi nanti kita dipukulin." Kata Seungmin.

"Gue doang yang bakal dipukulin. Lo sembunyi aja di lemari." Kata Acha.

"Tapi-"

"Ngomong lagi, gue sumpel mulut lo pakek rokok."

Seungmin akhirnya bungkam.

•••

From: xxx
Video call-an dulu boleh dong?

To: xxx
Telfonan aja ya? Gak akan nyesel kok, setelah ketemu aku nanti. Aku gak kayak cewek-cewek lain, yang wajahnya fake. Aku gak nyaman soalnya, interaksi pakai video call.

Han mengunci ponselnya, dan menyimpannya kembali di saku celana. Ia kemudian menatap Haechan yang masih belum sadar dari pingsannya.

Shock. Han masih shock. Karena terlalu shock, ia sampai tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Perasaannya malah jadi terasa hambar. Pikirannya blank dan buntu.

Bahkan pesan Ayah dan Ibunya yang khawatir dengan kondisinya, tidak bisa ia balas.

Selagi Han melamun. Han tiba-tiba menemukan ada sesuatu di tangan Haechan. Han pun meraih tangan Haechan, dan melihat telapak tangannya. Kulit-kulit tangannya terbaret, tidak sampai luka. Tapi Han yakin ini terasa perih.

Kening Han mengeryit. Sepertinya tadi pagi, saat menguburkan peti mati Hyunjin. Tangan Haechan masih baik-baik saja, atau Han yang tidak terlalu memperhatikan.

Baret-baret ini terlihat seperti hasil dari dia menarik-narik suatu serat yang kasar.

Han menghela napas. Ia akhirnya memilih memanggil perawat klinik, dari pada memusingkan. Dari mana baret-baret di tangan Haechan ini berasal.

•••

Seungmin mengintip dari balik pintu kamar. Meskipun pintu dan jendela sudah dikunci, Ayah berhasil masuk dengan cara memecahkakn kaca jendela.

Dan sekarang dia sedang memukuli Acha. Tidak peduli anak gadisnya itu sudah muntah darah berkali-kali.

Seungmin takut. Tapi dia menuruti Acha, untuk bersembunyi di lemari. Seungmin hanya merasa, ia tidak bisa begini terus. Membiarkan Kakak perempuannya selalu dipukuli, sedangkan dia malah aman-aman saja.

Meskipun harus menghormati Ayah, tapi kalau disakiti seseorang, bukannya memang harusnya membela diri?

Seungmin mengenggam erat tongkat besi yang sering Ayah mereka gunakan juga untuk memukul. Sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk keluar kamar.

Buk! Buk! Buk!

Acha melebarkan matanya, melihat Seungmin yang tiba-tiba keluar kamar dan memukuli Ayahnya secara brutal.

Ayah juga terkejut. Dia langsung mendorong Seungmin, dan memukul perutnya hingga Seungmin jatuh terpelanting di lantai.

Ayah merebut paksa tongkat yang Seungmin pegang, dan memukuli Seungmin tanpa ampun.

Acha menggeram kesal. Ia berlari ke dapur, mengambil pisau besar untuk memotong.

Set! "Akh!!!" set! Duk!

Mata Seungmin membelalak. Melihat kepala Ayah yang menggelinding ke lantai, serta tubuhnya langsung jatuh ke lantai.

"Ka-Kak..." Seungmin kehabisan kata-kata. Ia menatap Acha yang sedang menggenggam erat pisau besar berlumur darah.

Bau darah seketika menyeruak. Acha menarik tangan Seungmin untuk berdiri.

"Ambil semua barang lo cepetan." Titah Acha.

"Ma-mau ap-apa?"

"Gue mau bakar rumah ini. Atau lo mau ikutan dibakar sama si busuk?"[]

Hacker | Han Jisung ✅Where stories live. Discover now