[9] Curious

57.2K 4.4K 599
                                    

Tak lama, suasana yang sebelumnya terasa sangat menegangkan bagi Ravin kembali terpecahkan ketika Revo—Papa Ara tertawa lalu menghampiri Ravin dan menepuk bahunya. “Eh Anto, lagi belajar baca puisi?”

Ravin ikut tertawa.

“Bukan, Om. Masa lupa sama saya?” tanya Ravin seolah-olah ia sudah kenal akrab dengan Papa Ara.

Revo tampak mengingat-ingat lalu beberapa detik kemudian ia menganggukan kepalanya seakan mengingat sesuatu. “Oh kamu, tukang ember yang berisik banget kalo jualan ya?”

“Mas kalo jualan, embernya jangan suka dibanting-banting. ‘Kan sayang kalo ada yang pecah, berisik pula. Kasian anak saya lagi minum susu,” ujar Revo.

“Bukannya Ara anak bungsu ya, Om? Ara sekarang punya adik lagi?” Ravin mengerutkan dahinya seraya bertanya-tanya.

Tak lama Revo kembali tertawa. “Oh iya ya, lupa.”

“Udah gede aja anak itu.”

“Kok kamu tau?”

Ravin menunjukkan deretan giginya. “Iya udah gede aja, Om. Cantik lagi.”

“Tau dong, Om. Nama saya Ravin Bagaskara, saya calon pacarnya Ara, disini saya mau minta doa, restu, dan keikhlasan Om biar saya bisa secepetnya jadi pacarnya Ara.”

Revo tampak mengintip ke arah rumahnya lalu kembali menatap Ravin. “Oh, Ara-nya mau nggak sama kamu?”

“Enggak sih, Om,” jawab Ravin seraya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

“Tapi doain ya, Om.”

“Biar Ara jadi pacar saya.”

Revo hanya mengangguk lalu menatap Ravin. “Yah, terus kamu ngapain masih disini?”

“Nagih uang ember? Ara beli ember ya sama kamu? Apa Mamanya Ara yang beli ember?”

“MAMA, UANG EMBERNYA MANA?”

“KEBIASAAN, PANTAT EMBER UDAH PADA DAKIAN JUGA BELOM DIBAYAR!” teriak Revo dari luar.

“NGGAK ADA YANG BELI EMBER!” sahut Mama Ara dari dalam. Ravin tersenyum menahan tawanya.

“Nggak beli ember dia.”

“Yaudah saya pulang ya, Om. Titip salam buat Ara yang paling cantik,” ujar Ravin seraya menyalimi tangan Revo.

Ravin memasuki mobilnya lalu mengambil ponsel dan mengetik sesuatu untuk Ara.

Ravin: Ra, tadi Babang Ravin udah minta restu sama Om Revo. Kayaknya Om Revo setuju-setuju aja, mungkin karena Babang Ravin mu ini imut dan menggemaskan.

Ravin: Doain ya Ra, semoga Ara cepet suka sama Babang Ravin.

Ravin: Selamat tidur, Ara.

Ravin: Babang Ravin selalu sayang Ara.

Setelah itu, ibu jari Ravin mengirim simbol kirim pada aplikasi Line-nya. Sesaat kemudian, Ravin tersenyum menatap rumah Ara lalu mengegas mobilnya untuk pergi.

Namun satu detik, satu menit, bahkan lima belas menit sudah berlalu tak ada notifikasi jika Ara membalas pesannya sehingga Ravin kembali membuka ruang chat dirinya dengan Ara.

Ternyata, Ara hanya membaca pesannya saja. Tanpa berniat sama sekali untuk membalasnya.

“Yaampun, Ara.”

Have a Nice Dream [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang