[34] Terungkap

38.8K 3.3K 305
                                    

Aron menatap Ravin bingung. Ia menajamkan tatapannya kearah Ravin.

“Maksud lo gimana, Vin?”

Ravin tertawa sinis. “Gue nggak mau ngajak ribut, Ron.”

“Jadi mending lo jujur aja sama gue, lo ‘kan yang nyewa orang bayaran buat ngancurin Ara?” tanya Ravin seraya menajamkan tatapannya juga.

“Vin, idup lo jangan kebanyakan drama deh!” tepis Aron.

“Punya masalah apa gue sama Ara sampe gue tega ngancurin dia? Sampe gue tega ngancurin band-nya dia?” ujar Aron meyakinkan.

“Lo ‘kan tau gue sepupunya Ara, gue sama dia juga akrab banget dari kecil. Jangankan sama Ara, nyokap bokapnya Ara aja udah gue anggep orang tua kedua gue. Nggak bakalan tega lah gue ngancurin sepupu gue sendiri!”

Ravin menatap Aron dari atas hingga bawah seraya menaikkan satu alisnya. Ia mengetukkan telunjuk di dagunya.

“Serius lo?”

“Terus kenapa waktu itu lo nyuruh gue buat ngejauhin Ara? Terus kenapa juga lo seakan-akan nyomblangin gue sama Shanon?” tanya Ravin.

Aron menghela napas berat.

“Tapi intinya, sekarang lo udah jadian ‘kan sama Ara?”

Ravin masih menatap Aron dengan tatapan penuh tanda tanya.

“Terserah lo lah, dasar kucrut!” ujar Aron seraya melemparkan bantalnya ke wajah Ravin.

Benarkah memang bukan Aron pelakunya?

Tak lama setelah itu, Ravin bergegas meninggalkan rumah Aron karena hari sudah semakin sore. Ia menaiki Sehun—sang vespa putih kesayangannya yang terparkir di halaman parkir rumah Aron.

Namun ketika ia ingin mengegas motornya, seketika ponselnya bergetar bertanda ada notifikasi yang masuk. Ravin mengambil ponselnya di saku celananya dan melihat notifikasi yang masuk.

Senyumnya mengembang penuh ketika ia melihat jika pesan itu dari Ara.

Davira: Vin, Pak Dhirga mau liat hasil latian kita buat pensi secepatnya. Besok abis pulang sekolah latian di ruang musik ya?

Ravin: Siap laksanakan, Bos! Apa sih yang nggak buat Ara?

Davira: Vin, bisa nggak usah alay nggak?

Davira: Sehari aja.

Ravin tertawa membaca balasan Ara. Namun tak lama tawanya memudar ketika ia mendapatkan notifikasi baru.

Shanon: Kak Ravin, Kakak kemana sih? Kok aku ditinggalin lagi?

Shanon: Tadi ‘kan aku lagi nangis tau. Aku ngambek sama Kak Ravin!

Shanon: Pokoknya aku nggak mau tau, Kak Ravin harus beliin martabak buat tanda permintaan maaf sama aku!

Ravin memutarkan bola matanya malas.

Ravin: Beli sendiri, nggak usah manja.
Shanon: Ih, Kak Ravin malesin banget sih! Pokoknya Kakak harus beliin aku martabak! Titik nggak pake koma.

Have a Nice Dream [Completed]Where stories live. Discover now