[20] Am I Fall in Love?

51.5K 3.7K 600
                                    

Karena kadang yang baik nggak selalu harus yang kita suka, ‘kan?

Lamunannya terhenti ketika suara bel pulang sekolah memenuhi isi telinganya. Ara lupa jika ia masih meninggalkan tasnya di dalam kelas. Akhirnya, ia bergegas untuk kembali ke kelasnya.

Disana terlihat anak-anak dikelasnya tengah bersiap untuk pulang dan Bu Beti masih ada di kelasnya. “Ara, kamu ini kok ke kamar mandi lama banget? Sampe bel pulang kamu baru kembali?”

Ara menunjukkan deretan giginya. “Iya, Bu. Susah kalo udah panggilan alam.”

Akhirnya Ara duduk ditempatnya dan ikut bersiap untuk pulang seperti yang lain. Lovita menyenggol bahu Ara seraya tersenyum meledek. “Abis pacaran lo ya?”

Ara mengerutkan dahinya. “Pacaran sama siapa?”

“Ya sama Ravin lah, masa sama Bimbim?”

Lovita kembali membisikkan sesuatu di telinga Ara. “Emang susah ya kalo lagi jatuh cinta, maunya berdua terus.”

Entah mengapa ada perasaan aneh ketika Lovita mengatakannya, apakah benar ia sudah jatuh cinta pada Ravin?

Apakah ia sudah siap untuk jatuh hati lagi?

Tak berapa lama, semua siswa dan siswi di kelasnya bergegas keluar dari kelas untuk kembali ke rumah masing-masing. Termasuk Ara, namun hari ini berbeda seperti biasanya.

Hari ini Ara harus menunggu metromini karena motor vespa kesayangannya rusak dan tengah di perbaiki di bengkel.

Ara menatap jam tangannya, mengapa tak ada metromini yang lewat? Biasanya jika tidak ditunggu, metromini akan ada di depan sekolahnya dengan cepat.

Apakah benar jika ditunggu segala sesuatunya jadi lebih menyebalkan?

Pandangan Ara beralih kearah langit biru yang kini tengah berubah warna menjadi oranye.

“Ara belum pulang?” Ara menoleh kearah sumber suara itu. Ternyata itu Ravin yang tengah menaiki motor vespa berwarna putihnya yang ia beri nama Sehun.

Ara menggeleng. “Belum, lagi nungguin metromini. Vespa gue rusak soalnya.”

Ravin terkekeh kecil. “Serius artis papan atas kayak lo mau naik metromini?”

“Dih, emang sejak kapan ada larangannya kalo artis nggak boleh naik metromini?” tanya Ara seraya meletakkan kedua tangannya di pinggang.

“Semenjak gue jatuh cinta sama lo, Ra,” jawab Ravin seraya tersenyum.

Ara berdecih. “Tolong jelaskan, apa hubungannya ya Bapak Ravin yang terhormat?”

Ravin tertawa. “Ya ada hubungannya lah, ‘kan ada gue yang selalu ada buat lo. Jadi, kenapa harus naik metromini?”

“Hah?” tanya Ara seraya menaikkan satu alisnya.

Ravin tersenyum hangat seraya menepuk jok belakang motornya, Ara terkekeh kecil. “Nggak mau ah, nanti disuruh bayar.”

“Ya enggaklah, kalo buat Ara mah Babang Ravin bersedia nganterin Ara kemanapun tanpa harus dibayar!”

Ara terkekeh. “Kenapa?”

“Karena bisa berdua terus sama Ara,” jawab Ravin seraya tersenyum. Akhirnya, Ara menaiki motor Ravin.

“Jalan, Bang! Jangan lama-lama!” ledek Ara seraya menepuk bahu Ravin. Akhirnya, motor Ravin melaju meninggalkan kawasan SMA Melodi.

Have a Nice Dream [Completed]Место, где живут истории. Откройте их для себя