[33] Misi Selanjutnya

38.5K 3.2K 361
                                    

“Emang susah ya, kalo suka sama orang yang hatinya buat orang lain.”

Setelah itu, Ravin memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Sesampainya ia dirumah, Shanon berteriak histeris menatap luka di wajah Ravin akibat bertengkar dengan sosok yang mengikuti Ara tadi.

“Kak Ravin, Kakak kenapa?” teriak Shanon seraya memegang pipi Ravin.

“Yaampun, mendingan Kak Ravin duduk dulu ya?” Shanon menarik lengan Ravin untuk duduk di sofa yang ada di ruang tamu Ravin.

Ravin melepas cengkraman Shanon di lengannya. “Gue nggak kenapa-napa.”

“Nggak usah lebay.” Ravin menatap Shanon dengan tatapan tajam.

Namun gadis itu malah memegangi kepalanya. “Oh my god, oh my god, oh my god!”

“Kak Ravin, nggak kenapa-napa gimana sih? Muka Kakak itu babak belur.”

“Bibi! Tolongin Shanon, Bi!”

“Tolong ambilin es batu sama kompresan, Bi!” teriak Shanon heboh yang membuat Ravin semakin menajamkan tatapannya kearah gadis itu.

“Apaan sih, lebay lo!”

“Minggir, gue mau ke kamar!” ujar Ravin yang ingin beranjak berdiri. Namun lagi-lagi Shanon menarik lengan Ravin.

“Kak Ravin, pokoknya aku nggak mau tau. Luka kakak itu harus diobatin!”

Tak lama, Bi Marni datang membawa kompresan dan beberapa es batu seraya menatap Ravin khawatir. “Den Ravin kenapa? Berantem ya?”

Ravin menunjukkan deretan giginya. “Nggak kok, Bi. Ravin abis main petak umpet terus jatoh.”

“Percaya nggak, Bi?” tanya Ravin.

Bi Marni menggelengkan kepalanya. “Ya ndak. Jangan berantem toh. Berantem itu nggak baik, Den.”

Ravin tersenyum tipis. Bi Marni memang seperti sosok ibu untuk Ravin. Bagaimana tidak? Bi Marni sudah tinggal bersamanya sejak Ravin kecil. Bahkan ketika Ravin belum pernah bertemu sekalipun dengan ibunya.

Shanon menatap Ravin seraya tersenyum. “Kak Ravin pasti senyum-senyum gara-gara aku ya?”

Ravin mengalihkan pandangannya kearah Shanon. “Nggak usah kepedean jadi orang.”

Shanon mulai mengompres salah satu bagian luka di wajah Ravin.

“Gue bisa sendiri!”

Shanon menggelengkan kepalanya. “Nggak, pokoknya aku harus obatin lukanya Kak Ravin!”

“Aku nggak mau Kak Ravin kenapa-napa!”

“Aku khawatir tau sama Kakak.”

“Kak Ravin kenapa sih berantem lagi?”

“Pasti gara-gara Kak Ara ya?” tanya Shanon seraya mengompres luka di wajah Ravin.

Ravin memutar kedua bola matanya malas. “Bukan urusan lo.”

“Berarti bener ‘kan gara-gara Kak Ara?”

“Kak Ravin sadar nggak sih kalo Kak Ara cuma bisa bikin masalah buat kakak?”

“Kenapa sih Kak Ravin segitu sayangnya sama Kak Ara? Padahal Kak Ara ‘kan biang onar!”

Ravin menepis tangan Shanon yang tengah mengompres wajahnya. “Sye, nggak usah ngomong yang nggak-nggak tentang Ara di depan gue!”

Have a Nice Dream [Completed]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin