[27] Deep Inside

42.6K 3.6K 424
                                    

[Kalau bisa, bacanya sambil dengerin multimedia ya]

“Emangnya kalo udah jadi mantan harus saling benci ya?”

Ravin masih membulatkan matanya kearah wajah Ara. Matanya seakan tak ingin melepaskan gadis itu dari pandangannya.

Namun tak lama, ponsel Ara berdering memecahkan keheningan. Ara mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut.

“Halo?”

Air muka Ara seketika berubah menjadi sangat khawatir. “Serius?”

“Yaudah, sekarang April tenang ya?”

“April jangan nangis.”

“Kak Boni pasti baik-baik aja kok.”

“Sekarang Kak Ara kesana, sebentar lagi Kak Ara sampe disana kok,” ujar Ara lalu mematikan panggilan tersebut.

Ravin menatap Ara bingung. “Kenapa, Ra?”

“April, adeknya Boni bilang kalo kondisi Boni sekarang makin kritis. Dia sendirian di rumah sakit dan nggak tau harus ngapain. Sekarang kita kesana ya?” pinta Ara dengan wajah cemas.

“Boni yang dulunya keyboardist Frappucino, Ra?” tanya Ravin lagi.

Ara mengangguk cepat. “Iya, lo bisa anterin gue kesana nggak?”

“Kasian adiknya Boni.”

Ravin mengangguk cepat lalu mereka segera bergegas menuju koridor parkir. Mereka menaiki Sehun—motor vespa kesayangan Ravin lalu meninggalkan kedai siomay tersebut.

Iya, yang menelpon Ara barusan adalah April. Adik dari Boni yang masih berusia 12 tahun. Kabar jika anak Frappucino kecelakaan ternyata benar-benar terjadi. Tetapi yang mengalami kecelakaan adalah Boni—yang dahulunya adalah keyboardist dari Frappucino.

Ara tampak sangat khawatir karena Boni sebenarnya masih sangat baik pada Ara walaupun sekarang Frappucino sudah bubar. Boni juga tidak memaki-maki Ara seperti Galang dan Chiko. Dahulu saat Frappucino masih ada, Boni juga yang paling sering mencairkan suasana.

Tak sampai 30 menit, mereka sudah sampai di Rumah Sakit Harapan—tempat dimana Boni dirawat. Ara turun dari vespa Ravin dan memberikan helm pada Ravin.

“Ayo, Vin!” Ara bergegas memasuki rumah sakit. Ravin pun mengikuti langkah Ara.

Ara menghampiri petugas rumah sakit seraya bertanya, “Mbak, pasien atas nama Boni Ramadya sekarang di ruang mana ya?”

“Pasien atas nama Boni Ramadya sudah dipindahkan ke ruang ICU karena kondisinya yang semakin parah.”

Ara mengangguk. “Makasih.”

Setelah itu, Ara kembali berjalan cepat menuju ruang ICU. Sesampainya ia disana, April sudah ditenangkan oleh Galang di depan ruang tunggu. Sedangkan Chiko, menatapnya dengan tatapan tajam yang sangat mengintimidasi.

“Ngapain lo disini?” ketus Chiko.

“Boni gimana?” tanya Ara khawatir.

Chiko tertawa sinis. “Mau ngapain lagi sih lo? Hah?”

“Mau ngetawain kondisi Boni?”

“Seneng ‘kan lo liat semuanya hancur?”

Frappucino udah berantakan gara-gara lo, Ra. Mau apa lagi?”

Have a Nice Dream [Completed]Where stories live. Discover now