[10] Her Eyes

57.6K 4.3K 260
                                    

“Kapan ya gue bisa punya posisi di dalem hati lo?”

Hari ini, Ara harus tetap bersekolah. Ara memakirkan motor vespa biru muda kesayangannya yang sudah tak ia kendarai beberapa hari belakangan ini di koridor parkir SMA Melodi.

“Neng Ara, senyum atuh.”

“Ulah cembetut wae,” ujar Pak Didi sang penjaga sekolah. Wajah Ara memang tampak murung, tidak ada sedikitpun senyuman yang Ara lengkungkan di bibirnya.

Ara tersenyum tipis kearah Pak Didi lalu segera bergegas berjalan menuju kelasnya.

Ketika Ara berjalan di koridor sekolah, Galang, Chiko, dan juga Boni menatapnya dengan tatapan tajam dan begitu mengintimidasi. Ara hanya menatap mereka sekilas lalu kembali berjalan menuju kelasnya.

Menyedihkan ya, orang-orang dekat yang kau pikir sangat mengerti dirimu kini bahkan bisa lebih jahat dibanding musuhmu sendiri.

Sesampainya Ara di kelasnya—XI IPS 1. Ara menundukkan kepalanya seraya menghela napas berat dengan matanya yang terpejam.

Sampai jam istirahat pun, Ara masih terdiam di kelas. Ara mendongak ketika seseorang menepuk pundaknya.

“Ra, lo nggak papa?” tanya Lovita.

“Hah? Nggak papa kok,” dusta Ara seraya tersenyum palsu.

Lovita menatap Ara cemas. “Serius? Kok kayaknya lo diem aja sih, Ra dari tadi?”

Ara mengangguk. “Iya Lovita, serius gue nggak papa.”

“Oh yaudah.”

Tangan Lovita hendak mengambil sesuatu dan memberikannya pada Ara. “Eh iya, gue lupa kalo tadi gue dapet titipan buat lo, Ra. Malah gue bawa ke kantin.”

“Maaf ya jadi lama.” Lovita menunjukkan deretan giginya.

“Buat gue? Dari siapa?” tanya Ara seraya mengambil kotak makan berwarna biru muda dengan gambar smile. Disana juga terdapat sticky notes yang tertempel diatasnya.

Lovita terkekeh kecil. “Dari siapa lagi? Dari pacar lo lah, Ra.”

Ara mengerutkan dahinya. “Hah? Pacar gue?”

“Iya pacar lo, Babang Ravin yang paling keren se-SMA Melodi,” jawab Lovita seraya tertawa.

Ara menatap kotak makan itu dengan pasrah lalu mengambil sticky notes yang ada diatas tempat makan itu lalu membacanya.

Hai Ara, ini Babang Ravin yang paling ganteng. Inget ya, Babang Ravin! Bukan Upin Ipin, apalagi Sun Go Kong. Babang Ravin tau Ara lagi laper tapi males ke kantin, iya ‘kan? Dimakan ya, Ra martabak coklat keju kesukaan Ara.

Oh iya. Jangan lupa senyum ya, Ra. Babang Ravin seneng banget kalo liat Ara senyum, ya walaupun Ara senyum bukan gara-gara Babang Ravin. I love you Ara ❤

Lovita yang ikut mengintip dan membaca surat itu tersenyum-senyum sendiri. “Aduh, kok gue yang baper ya?”

So sweet banget sih, Ravin. Padahal dia abis ditonjokin, tapi sebelum ditonjokin masih aja sempet-sempetnya aja ngasih makanan ke pacarnya.”

Ara menatap Lovita bingung. “Ditonjokin?”

Lovita menghela napas. “Yaampun Davira Amanda, tadi sekolah serame itu dan lo nggak tau kalo pacar lo ditonjokin?”

Have a Nice Dream [Completed]Where stories live. Discover now