a good purpose|| 12

6K 837 214
                                    

"Kamu tahu Alex itu seperti apa, kan?"

Letta menolehkan kepalanya dari cermin di depannya, pokusnya yang sedang memoleskan bedak pada wajahnya menjadi teralih saat mendengar perempuan di sebelahnya bersuara. Perempuan yang Letta ketahui sebagai staff keuangan Alex.

"Maksud kamu apa?" Letta bertanya, suaranya terdengar dingin wajahnya nyaris tanpa ekspresi, dia tidak senang dengan ucapan itu, seakan ingin menasehatinya.

Perempuan itu mengedikan bahunya. "Tidak ada si? Aku cuma mau ngasih tahu kamu aja kalau nggak seharusnya kamu dekat dengan lelaki model buaya seperti Alex itu?" katanya, benar menasehati Letta membuat Letta tersenyum sinis setelahnya. "Hidupmu bahkan terlalu sempurna untuk dekat-dekat dengan buaya seperti dia, apa kamu tidak ingin mendapatkan lelaki baik-baik." Wajahnya begitu serius ketika menasehati Letta.

Letta menutup bedaknya, memasukannya kembali ke dalam tas saat ia sudah selesai dengan urusannya. "Tidak perlu menasehatiku, aku lebih tahu apa yang harus kulakukan, Sista." Letta menghadap pada perempuan itu. "Jika kamu ingin tahu?" Letta mengulas senyuman angkuhnya. "Lelaki seperti Alex bahkan sudah menjadi makananku sehari-hari. Bukan hal yang aneh lagi buatku."

Perempuan itu menatapnya terdiam, entah sedang berpikir apa Letta tidak tahu jalan pikirannya. Tapi beberapa detik kemudian dia mengulas senyumannya pada Letta. "Aku senang mendengarnya, syukur-syukur dia mendapatkan getahnya berdekatan denganmu," katanya, membuat Letta terdiam, melihat senyum pegawai Alex, Letta dapat merasakan kalau senyuman gadis itu begitu tulus untuknya. Letta jadi tidak mengerti kenapa dia repot menasehati dirinya.

"Perasaanku saja atau bagimana? tapi sepertinya kamu begitu membenci bosmu, bukankah begitu? Ah, atau kamu menyukainya?" tebak Letta, tersenyum meremehkan pada perempuan itu.

Perempuan itu menatapnya kesal lalu mendengus geli. "Aku?" Dia menunjuk dirinya sendiri, dan terkekeh. "Amit-amit suka sama Pak Alex," ujarnya tidak senang.

Letta terkekeh, baru kali ini dia melihat gadis yang dengan terang-terangan menjelek-jelekan bosnya sendiri. "Jangan terlalu benci pada bosmu." Letta merapihkan dres yang dikenakannya, lalu mengulas senyumannya sekali lagi, hal yang jarang ia lakukan kepada orang lain bahkan pada temannya sendiri. "Siapa yang tahu kalau rasa bencimu suatu saat nanti malah membawamu pada rasa lain. Bisa saja kamu yang saat ini begitu membencinya besok malah berubah menyukainya," kata Letta, lalu menoleh sekali lagi dan senyumannya pun langsung memudar.

"Tidak semua yang kamu anggap buruk adalah buruk, dan tidak semua yang kamu anggap baik juga baik. Cobalah untuk memahami hatimu sendiri." Letta tidak tahu kenapa ia bisa berbicara sebijak itu. Masa lalu sepertinya membuat dirinya banyak belajar. Tapi tidak juga, bukan masa lalu yang mengajarkan dirinya, tapi ia jelas berbicara itu hanya karena spontan saja.

Dalam sepanjang hidupnya, selama tiga tahun belakangan ini sebelum bertemu dengan mamanya, Letta tidak pernah bertemu dengan orang baik, hidupnya hanya di kelilingi oleh orang-orang jahat, sampai ia ikutan menjadi orang jahat.

Tiba-tiba saja orang itu mengulurkan tangannya. "Aku Pritta, Pritta Maharani. Bisakah kita berteman?" ujarnya tersenyum pada Letta dan merasa kalau ucapan Letta memang ada benarnya. "Aku tidak pernah bertemu dengan orang sepertimu selama aku bekerja dengan Pak Alex, hanya kamu satu-satunya perempuan bijak yang menasehatiku sebaik ini."

Letta menatap uluran tangan itu sepintas, wajahnya kembali datar. Setengah sudut bibirnya mulai terangkat. "Kamu ingin berteman denganku?" Letta menekan kalimatnya, Pritta mengangguk. "Sayangnya aku sedang tidak bisa diajak berteman," katanya angkuh tanpa membalas uluran tangan Pritta, kemudian Letta lekas keluar mendahului Pritta, meninggalkan Pritta yang menarik uluran tangannya kembali.

A Good Purpose (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now