a good purpose || 27

5.5K 767 79
                                    

Letta benar-benar berniat pulang dia tidak memiliki keinginan untuk menyelesaikan kembali pemotretannya. Jika ia disalahkan karena berbuat semaunya, ia tidak akan peduli karena semua bukan kesalahannya, tapi salah pria itu. Dia sudah membuat moodnya buruk sehingga pulang adalah hal yang paling benar yang ia lakukan untuk menghindari Fano.

"Mba ko cepat banget tumben?" Letta keluar dari ruang wardrobe dan gaun untuk pemotretannya telah berganti dengan dres semula yang dikenakannya.

Letta tidak menjawab pertanyaan Shopi, ia memilih menyerahkan tas bawaanya kepada Shopi lalu berjalan angkuh di depannya. Sementara Shopi mengikutinya di belakang.

"Gue mau jalan sama Robby lo nggak perlu ngikutin gue, Shop!" ujarnya tanpa menatap Shopi dan terus berjalan lurus dengan langkah angkuhnya.

"Iya, Mba." Shopi menjawab patuh. Dan kalau sudah begini Shopi akan pulang duluan tanpa Letta.

Ketika mereka hendak ke pintu elevator dan saat Letta akan menekan tombol elevator, tangan Letta di tahan oleh seseorang.

"Mau ke mana?" tanya Fano kemudian, pria itu sudah berdiri di samping Letta, sejak kapan? rupanya Letta tidak sadar jika Fano memang sudah sejak tadi memperhatikannya. Sejak saat ia baru keluar dari ruang wardrobe.

Letta menepis tangan Fano. "Bukan urusanmu!" balasnya dengan nada sengit.

"Well, kalau kamu belum amnesia, kamu sekarang modelku, jadi apapun yang akan kamu lakukan itu akan menjadi urusanku mulai saat ini. Apa lagi jika kamu pergi di jam-jam kamu masih seharusnya bekerja." Fano memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya sambil menatap Letta intens.

Letta menatapnya sinis, "Dan kalau kamu tidak amnesia juga biar saya ingatkan. Siapa yang mengacaukan pekerjaan saya." Balas Letta mengingatkan tindakan pria itu tadi, membuat darahnya mendidih. Rasanya ia ingin memaki pria ini habis-habisan.

Fano terkekeh, tidak merasa bersalah sama sekali. "Aku tidak mengacaukannya, Sayang. Kamu jelas tahu aku hanya melakukan apa yang menurutku benar," ujar Fano dengan nada tajam. "Apa yang salah jika aku tidak suka melihatmu memamerkan lekuk tubuhmu pada mereka. Yah terkecuali jika kamu hanya menunjukannya padaku, aku tidak akan keberatan sama sekali, dan kamu tahu aku bahkan tidak senang berbagi." Fano berkata diiringi senyuman jahilnya. Membuat Letta membenci senyuman itu.

"Yeah, kalau kamu mau tahu itu bukan hal yang patut untuk dipermasalahkan, saya bahkan pernah memakai pakaian dalam hanya untuk sebuah pemotretan." Letta berkata membuat mata Fano makin menajam mendengarnya. Sementara Shopi hanya menatap interaksi bosnya bersama Fano dalam diam. Memilih menjadi penonton lebih baik dari pada ikut campur.

"Hmm begitu ya?!" Fano berkata datar, ia mendekat pada Letta, memutari tubuh Letta dan pria itu berdiri di belakang wanitanya, dengan dada yang menyentuh punggung Letta. "Tapi jangan harap kali ini kamu bisa memakainya lagi karena aku tidak akan pernah memberikan kesempatan untuk kamu dapat memakainya lagi." Bisiknya di telinga dengan Letta dengan senyuman iblisnya. Letta mengepalkan tangannya, diam tak merespon ucapan Fano.

Fano tersenyum, menundukan wajahnya dan dengan lancang mengecup bahu terbuka Letta. "Hmm kamu tetap boleh memakai pakaian dalammu, tapi ... " Fano menggantungkan kalimatnya sengaja ingin bermain-main dengan wanitanya.

"Tapi hanya ketika kamu sedang bersamaku, aku malah akan dengan senang hati jika kamu mau menunjukan apa yang dulu sering kulihat. Hmm, aku jadi merindukan ketika kamu tanpa sehelai lapisan apapun yang menutupi tubuhmu." Bisiknya serak, dengan nada yang Letta dengar seperti sedang melecehkan dirinya.

Letta mengepalkan tangannya, berbalik memandang Fano murka. Tangannya terangkat hendak menampar Fano namun Fano yang gesit menahan tangan Letta, pria itu memutar balik keadaan dengan memenjarakan kedua tangan Letta di punggungnya, sementara posisinya telah mendekap Letta mesra.

A Good Purpose (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now