3

3.3K 136 0
                                    

Siang itu setelah kejadian di lapangan tadi lekas sepulang sekolah, Aina pergi bersama Talita temannya ke sanggar tari untuk latihan.
Setelah latihan berjam jam, aina berpamitan dg pelatihnya untuk pergi ke minimarket bersama talita.

Kemudian mereka berjalan beriringan, menuju mini market di samping studio tari. Aina juga berbelanja sedikit keperluannya dan cemilan untuk dikamarnya. Setelah menghabiskan 2 ice cream. Mobil mommy Talita sudah berada didepan gerbang studio Tari. Dan Talita langsung masuk kedalam mobil. Talita pamit pada Aina yang sudah dijemput oleh mommynya. Talita membuka kaca mobilnya dan melambaikan tangannya keluar.

"Dah Aina. Hati hati dijalan ya."
"Hahaha iya lo juga hati-hati dan suara lo itu juga awas bikin mommy lu gak fokus saking nyaringnya haha." Talita hanya mencebikkan bibirnya dan membuang muka ke arah Aina. Aina hanya terkekeh melihat kelakuan sahabatnya ini. Uuhhh sangat manja.

"Hati-hati ya tan, tante siap-siap pake earphone aja kalo udah gak kuat denger suara nyaring Talita." Goda Aina pada Tante Ema Tante Ema hanya terkekeh melihat Aina dan Talita. "Tante sama Talita pulang dulu ya Ai, kamu hati-hati bawa mobilnya udh mau malem." Aina hanya tersenyum dan mengangguk tanda mengerti.

Aina memutuskan kembali ke studio dengan langkah gontai. Dalam batinnya berkata "kapan ya bisa kaya Talita dijemput sama mamah." Aina langsung bergegas mandi dan sholat magrib di studio. Setelah selesai ritual rutin, Aina memutuskan untuk pulang, walaupun dalam hati enggan untuk pulang. Tapi dia tak mau menjadi Anak yang durhaka hanya karena masalah itu. "Harus banget kembali ke rumah itu yah?" Gumam Aina setelah memesuki mobilnya. Aina mengendari mobilnya dengan kecepatan normal. Karena dia tidak ingin terburu-buru sampai dirumah. Dia pasti tau keadaan dirumah setelah sampai disana, yang hanya membuat batinnya sakit .

Sesampainya di depan rumah. Aina memasuki dan turun menuju pintu besar itu. Iya rumah ini mewah tapi seperti neraka bagi Aina. Dengan penuh kebesaran hati Aina memberanikan diri untuk mengetuk pintu besar itu. "Lo bisa Ai lo pasti bisa, udah bertahun-tahun lo hadapin ini semua." Batinnya menyemangati dirinya sendiri Tok tok tok "Assalamualaikum" ucap Aina lalu membuka pintu. Benar saja dugaan Aina setelah membuka pintu dan melewati ruang keluarga dan memasuki meja makan, pemandangan seperti itu yang selalu disuguhkan oleh keluarganya.

Biarkan Aku PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang