12

2.7K 111 0
                                    

Saat Aina masuk kemobilnya dan mencoba menyalakan mesin mobil. Mobil Aina tidak menyala. Sudah hampir 15 menit mencoba tapi mobil belum menyala juga.

"Aduh kenapa sih ni mobil gak bisa diajak kerja sama banget deh." Ujar Aina kesal dengan memukul stir mobil.

Aina keluar mobil dan memutuskan untuk mencari taksi. Aina berjalan ke arah gerbang sekolah, tapi tanpa disangka, Zayan lewat didepan Aina didepannya dengan motor besarnya. Zayan berhenti didepan Aina dan membuka kaca helmnya.

"Kok lu malah jalan keluar? Mobil lo mana?" "Tau tuh mogok kayanya gak mau nyala." "Lah kenapa? Lu gak pernah service kali ya?" "Nah itu dia gua lupa hahaha" "Ah dasar lu ceroboh," Ucap Zayan.
"Yaudah yuk lo bareng gua aja, gua anterin lo pulang." Tawar zayan.

Aina merasakan degupan jantungnya yang tidak normal, seperti melompat-lompat.
"Ehh hemmm gua gak langsung pulang. Gua mau ketemuan sama orang dulu."
"Pacar lo ya?" "Bukan kok, itu client gua. Lusa gua mau ada pemotretan."
"Oh mau ketemuan dimana? Ayok gapapa gua anterin." Ujar zayan.
"Di cafe Rainbow. Emang gak ngerepotin apa?"
"Nah kebetulan gue juga mau ketemu kakak gua disana. Yaudah sekalian yuk." ayok naik"

Aina naik keatas motor Zayan. Saat Zayan menarik tangan Aina untuk memegang pinggangnya. Aina merasa deg degan. Jantungnya berdak kenceng, seakan ingin lompat dari tempatnya. Tanpa Aina sadari, Zayan-pun merasakan hal yang sama. Tapi Zayan menutupi dengan wajah datarnya.

Tanpa Aina sadari, Zayan sedang memperhatikan Aina dari kaca spion dan senyum Zayan begitu saja tertarik dari bibirnya, melihat wajah polos Aina yang sedang melamun. Entah apa yang sedang dipikirkan gadis ini.

Zayan pun menikmati moment ini, walaupun niat awal dia mendekati Aina adalah hanya untuk membuktikan kehebatannya pada sahabat-sahabatnya. Tapi setiap bersama Aina. Zayan merasa sangat bahagia.
Mereka berjalan dengan tangan Zayan yang masih menggenggam tangan Aina.

Zayan Menarik tangan Aina dan membawa ke pangkuannya. Ditatap mata coklat milik Aina yang sangat indah dan bercahaya. Zayan merasakan ada perasaan berbeda saat dirinya menyentuh tangan gadis itu.

"Ai, gua mau ngomong serius." Aina mencoba tidak memfokuskan matanya pada Zayan. "Muka lo gak pantes buat serius yan hahaha." Zayan tidak memperdulikan perkataan Aina. Zayan menarik dagu Aina untuk membuat gadis itu menatapnya.
"Gua lagi gak bercanda Ai. Gua beneran mau ngomong serius."
Aina membulatkan matanya san menarik nafas pelan "Oke oke, lo mau ngomong apa emang?" Zayan memejamkan matanya sejenak dan menarik nafasnya pelan. "Saat pertama kali gue liat lo sewaktu dihukum bu Berta. Gua mulai tertarik sama lo. Setiap gua tatap mata lo. Gua selalu merasakan kedamaian."
"Jadi maksud lo?" "Gua sayang sama lo." Aina membulatkan matanya, seakan tak percaya saat Zayan mengucapkan itu padanya.

Perasaan yang selama ini disimpan di hatinya dalam-dalam dan mencoba untuk mengabaikannya. Tapi justru hari ini, Zayan menggalinya kembali dan menemukannya lagi. Aina juga merasakan hal yang sama setiap menatap mata hazel Zayan. Tapi dia tidak ingin terlarut dalam perasaan itu. Dia tidak ingin merasakan sakit di hatinya. Sudah terlalu sering hatinya tersakiti oleh orang-orang yang ia sayangi. Zayan melambaikan tangannya kekiri dan kekanan. Mencoba menyadarkan lamunan Aina.

"Hei kok lo malah bengong sih?" Aina sadar dari lamunannya.
"Ehhh hemm jadi maksud lo, lo nembak gue?" "Gua gak maksa perasaan lo. Yang jelas hari ini gua udah jujur tentang perasaan gue ke lo. Sekarang gua pengen tahu perasaan lo ke gua kaya gimana?"
"Eh hemm... gue? Gua nyaman sama lo. Lo orangnya asik. Kalo untuk sayang? Gua gak tahu, tapi setiap deket lo, gua merasakan hal yang beda"
Zayan tersenyum mendengar semua penjelasan Aina. "Terima kasih Aina, gua kira perasaan gua gak akan terbalaskan."
Aina tersipu malu. "Hahaha terus kita jadi gimana?" "Gua masih trauma sama yang namanya pacaran. Tapi kita komitmen aja ya, lo janji sama gua kalo lo bakalan jaga perasaan gua. Dan gua juga bakalan jaga perasaan lo." Aina menundukkan kepalanya, pipinya terasa hangat. Ia yakin pasti dia sedang blushing. "Oke kalo lo maunya gitu, tapi lo janji ya." Zayan membingkai wajah Aina dengan tangannya. "Iya gua janji." Ucapnya sambil tersenyum bahagia. Aina tersenyum pipinya sudah berubah warna merah muda

Biarkan Aku PergiWhere stories live. Discover now