13

2.6K 121 0
                                    

Tak terasa hari sudah sore dan Aina memutuskan untuk mengambil mobilnya . Dia tadi sudah menelpon bengkel langganannya untuk mengurus mobilnya yang mogok di sekolah. Aina pulang dengan menggunakan taksi karena tak ingin merepotkan Zayan.

Aina bertekad untuk memperbaiki lagi hubungannya dengan kakaknya Emyr dan Aini. Dia sudah membawakan Sate udang makanan kesukaan Emyr, karena Emyr dan Aina memang memiliki banyak kemiripan dan Rainbow cake untuk Aini. Makanan untuk saudara-saudara yang sangat ia sayangi. Terlepas dari peristiwa itu, mereka adalah saudara yang Aina sayangi sepenuh hati. Sedangkan Aina tidak membelikan makanan kesukaan mama dan papanya karena ia tahu bahwa orang tuanya sedang berada di Jepang untuk urusan bisnis.

Aina masuk kedalam rumah dengan perasaan yang sudah membaik.
"Bismillah semoga lo bisa Ai." Batinnya. "Assalamualaikum bang, Kak. Aina pulang" Emyr duduk di sofa dengan tangan terlipat didada.
"Dari mana aja lo? Hari gini baru pulang." Aina kaget melihat Emyr sedang duduk dengan sorot mata yang sangat menyeramkan.
"Eh abang, nih Aina bawain sate udang." Braakkkk Emyr menggebrak meja yang ada dihadapannya.
"Lo mau nyogok gua? Gua nanya. LO DARI MANA AJA? LO MASIH INGET JALAN PULANG? Aina menahan tangisnya. Mencoba tegar dan tetap tersenyum.
"Ehhhmmm Aina kemarin ke rumah Kak Agam." Aini muncul dari tangga, karena mendengar keributan yang dibuat Emyr di ruang tamu.
"Sebenernya rumah lo tuh disini atau disana sih?"
"Disini lah ka Aini."
"Terus kenapa lo gak pulang hah?" Emyr angkat bicara lagi.

Air mata Aina tidak bisa terbendung lagi. Pertahanan Aina akhirnya runtuh juga. "Apa mereka gak tahu kemarin gua dirumah sakit?" Batinnya. Aina sudah tidak tahan dengan segala ucapan kedua saudara kandungnya. Aina meninggalkan Emyr dan Aini dan segera menuju ke lantai dua kamarnya. Namun, saat Aina berjalan tangannya ditahan oleh Emyr. "Gak sopan banget si lo gua lagi ngomong, malah main pergi aja. Gua tuh lagi bilangin lo, kalo mama dan papa tau, mereka pasti khawatir lo gak pulang." Tangan Emyr sudah terangkat ingin menampar Aina. Namun tertahan.
"Lo mau nampar gue? Nih lo tampar sepuasnya nih." Aina memajukkan wajahnya. "Bahkan gua gak pulang seminggupun KALIAN GAK PERNAH PERDULI BAHKAN KHAWATIR SAMA GUE!!" Emosi Aina sudah mencapai puncaknya. Aina lelah dengan semua perlakuan ini. Sudah 5 tahun lebih penderitaan ini tak ada habisnya.

Aina lari menaiki anak tangga, menuju kamarnya. Aina bergegas membereskan semua pakaiannya. Dia sudah tidak tahan berada dirumah ini lebih lama lagi. Toh, Aina pikir dia bisa hidup sendiri. Tapi untuk sementara Aina akan meminta bantuan kepada Afnan. Dengan air mata yang masih menggenangi matanya. Aina mencari ponselnya dan mencari nomor Afnan dan menelpon nomornya.
"Nan gua nginep disana ya." "...."
"Nanti gua ceritain." "...."
Oke. Waalaikumsalam."

Aina berlari menuju pintu rumahnya dan segera masuk kedalam mobil nya. Dengan kecepatan diatas normal Aina mengendarai mobil menuju rumah afnan.

Biarkan Aku PergiWhere stories live. Discover now