8

2.8K 135 0
                                    

Namun betapa terkejutnya Aina setelah dokter dan Suster itu masuk.

"Astaga, orang itu....kenapa harus dia?" Ujar aina dalam hati.

Betapa terkejutnya Aina melihat dokter yang hari ini akan menggantikan dokter Adam. Dokter Adam adalah dokter yang menangani Aina selama masa hemodialisis. Dokter Adam bilang bahwa hari ini kakeknya meninggal sehingga jadwal hemodialisis digantikan oleh dokter yang lain Tapi, Aina tidak berpikir bahwa dokter yang akan menggantikan dokter Adam adalah Dokter Agam. Kakak dari Afnan sahabat Aina sejak kecil. Aina pun melihat wajah keterkejutan dari Agam.

Setelah beberapa menit sibuk dengan pikiran masing-masing. Agam melangkahkan kakinya menuju tempat tidur Aina. Agam mendekati Aina sambil mengelus puncak kepala Aina.

"De ini kamu?" Aina tertunduk tak berani menatap mata Agam, Aina hanya mengangguk.

"De kenapa bisa sih? Kenapa kamu gak cerita ke kakak? Aina tertunduk.

"Maaf ka" "Apa Afnan tahu?"
"Belom ka, ga ada yang tahu selain bi Imas" Agam menggeram dan mengacak rambutnya. "
"De, kakak itu sayang sama kamu, kamu itu sudah seperti adik perempuan kakak sendiri. Kenapa kamu sembunyiin ini semua dari kakak bahkan Afnan sekalipun?" Air mata yang sedari ditahan Aina meluruh begitu saja.
"Ai cuma gak mau ngerepotin ka Agam dan bikin susah Afnan."
"Kalau Bunda dan Ayah tahu soal ini, pasti mereka akan khawatir".
"Enggak kak, enggak. Ayah dan Bunda gak boleh tahu tentang ini. Aku udah terlalu sering nyusahin keluarga kakak semenjak Oma dan Opa gak ada." Balas aina.
"Ssstttt kamu gak boleh ngomong begitu. Bahkan sejak kecilpun, kamu gak pernah nyusahin kita de. Kamu itu sudah seperti peri kecil kami. Yang selalu memberikan warna dikeluarga kami." ucap kak Agam.

Tubuh Aina semakin bergetar dan cairan bening itu terus menerus keluar tak ada tanda ingin berhenti. Kak Agam membawa tubuh Aina kedalam pelukannya. Diusap puncak kepala Aina untuk menenangkan peri kecilnya. Aina sudah seperti adiknya sendiri. Dan orang tuanya sudah menganggap Aina adalah anaknya sendiri.

"Ssstttt sudah ya gak usah nangis lagi, sekarang ada kakak. Dan mulai sekarang kamu akan jadi tanggung jawab kakak sepenuhnya. Dan juga kakak akan tetap kasih tau Afnan, Ayah dan Bunda."
"Ssttttt kakak ngerti. Tapi ini yang terbaik. Kakak janji cuma keluarga Wijaya yang tahu masalah ini. Kakak janji gak akan kasih tahu keluarga kamu."
Aina menganggkat jari kelingkingnya. "Janji?" Kak Agam terkekeh kemudian mencuil hidung mungil Aina.
"Iya kakak janji peri kecil." Ujar kak Agam sambil membawa kembali Aina kedalam pelukannya.
"Yaudah yuk kita mulai hemodialisisnya." Lanjutnya Aina mengangguk dan melepaskan pelukannya dari Kak Agam. Kemudian Aina mengikut suster yang sedari tadi menunggu percakapan Aina dan Kak Agam dengan kursi roda di tangannya. Dan bi Imas mengikuti disamping.

Aina tak ingin pulang dan dia diajak oleh kak agam untuk menginap tempatnya.

Biarkan Aku PergiWhere stories live. Discover now