6: massage

145 21 0
                                    

Tsabita melangkah keluar dari aula besar itu dan mencoba untuk mengatur detak jantungnya.

"Apa-apaan tadi?" ujar dia kepada dirinya sendiri dan seluruh alam semesta yang menganggapnya ada disitu. Tangan kanannya berada di depan dadanya, mencoba merasakan detakan jantungnya yang sudah tak teratur. Bahkan tadi Tsabita menahan nafasnya sekitar lima belas detik, untung tidak tercekat di depan lelaki itu. Malunya dua kali lipat.

"Eum... hai?"

Tsabita tersadarkan dari lamunannya dan tak sangka lelaki yang ada di pikirannya sekarang sudah berdiri di depannya. Dengan skinny blue jeans, t-shirt garis-garis putih hitam dan jaket hitam kulitnya yang membuat penampilannya makin gagah.

"Eh... iya... ada butuh apa? minum? atau snack?"

Laki-laki itu tersenyum dan menggeleng, "Mau kenalan," Tsabita makin heran ketika dia menjulurkan tangan kanannya; ingin berjabat tangan.

Tsabita menyambut tangannya, "Mary," ujarnya memperkenalkan diri yang membuahkan senyuman manis dan bonus lesung pipit yang dalam dari pipi laki-laki itu, "Javas."

Selebihnya mereka nunduk malu karena situasi canggung mendebarkan yang telah mereka buat sendiri.

"Eum... su-suara lo bagus," kata Tsabita duluan membuka pembicaraan, Javas senyum sekaligus kaget. "Makasih, nama lo bagus."

"Makasih, hehe,"

"Hehe,"

Hehe-hehe doang, canggung banget dan Tsabita benci hal ini sebenernya.

"Uh... sorry sebelumnya gue masih banyak urusan..." Tsabita bohong, dan kayaknya emang di situasi sekarang membutuhkan kebohongan, "...gue permisi duluan, oh iya sukses juga band lo semoga menang."

Javas tersenyum kikuk dan menatap Tsabita jalan dengan kakinya yang pincang dan langkahnya terseok-seok.  Melihatnya Javas menyusul langkah Tsabita dan membuat perempuan itu berhenti, "Kaki lo gak apa-apa?"

Setelah ditanya, Tsabita baru nyadar kalau kakinya sedang bermasalah. Kelingking di kaki sebelah kanannya luka dan kedua kakinya pegel.

"Betis lo biru, tadi abis kebentur? Atau jatoh?"

Tsabita baru inget kalau kakinya gampang capek jadi kalau dia banyak jalan langsung lebam. Tapi kok gak kerasa ya?, batin Tsabita.

"Oh ini... gak apa-apa kok, nanti juga ilang sen—"

"Ayo ke UKS, diobatin dulu biar gak makin parah."

Javas dengan segala kelancangan yang dia punya, gandeng tangan Tsabita dan bawa dia ke UKS yang untungnya ada di lantai yang sama di tempat mereka berdiri.

"Lo tau UKS nya sebelah mana?"

"Tau, tadi temen gue dibawa kesana karena asthma,"

Jawab Javas dan sambil menopang langkah Tsabita, mereka jalan dengan perlahan agar keadaan kaki Tsabita gak makin parah.

"Lo duduk sini, gue ambilin minyaknya dulu..."

"Gak usah gue cukup selonjoran aja kok,"

"Enggak, gak cukup. Gue pinter mijet jadi tenang aja, hehehe."

Tsabita mengulum senyumnya, pas banget dia lagi pengen di pijet terus ketemu orang yang pinter mijet. Kurang sayang apa Tuhan ke Tsabita.

"Sorry ya, gue pegang nih kaki lo," ujar Javas sopan karena ingin memegang kaki Tsabita. Perempuan itu mengangguk dan pasrah akan semuanya ke Javas.

Oblivionحيث تعيش القصص. اكتشف الآن