Oblivion

9: wafture

wafture
;—
waving.

Sekarang Tsabita dan Tsabian lagi duduk di ruang tamu. Tsabita motong sayur sedangkan Tsabian ngupas bawang.

Tsabita akui, abangnya paling jago ngupas bawang. Tsabian gak pernah ngeluarin air mata sedikit pun atau bahkan ngerasa matanya perih, gak tau kenapa.

"Bian, tadi minyak goreng ketinggalan di bagasi, tolong ambilin dong..." ujar bunda sambil mengelap beberapa piring yang baru saja selesai dicuci.

"Sini aku aja, bun. Abang lagi fokus banget tuh."

Tsabita beranjak dari duduknya, meraih kunci mobil di atas meja dan memencet remote nya untuk membuka mobilnya. Ia mengangkat pintu bagasi ke atas dan segera mengambil kantong plastik putih yang berisi dua kantong minyak goreng.

"Abang! Tadi lo gak nutup pager ya?!"

Seru Tsabita ketika melihat pagar rumahnya masih terbuka lebar, Tsabian tidak menjawab apa-apa dari dalam jadi dari pada berantem ia berjalan menuju pagar hendak menutupnya.

Tsabita berharap kali ini mata dia salah atau tiba-tiba mengidap katarak, ia melihat Javas turun dari mobil yang disusul dua orang wanita. Satu dari pintu depan dan satunya lagi dari pintu belakang.

"Dia ngapain ke daerah sini?"

Ujar Tsabita pelan, dia berpikir dan memilih untuk menghiraukannya lalu menarik pagarnya agar tertutup.

"Mary?"

Perkiraan Tsabita benar. Ketika ia menoleh ke arah suara yang memanggil namanya, ia mendapatkan Javas dengan senyum sumringah dan melambaikan tangannya. Seperti baru menang lotre.

"Javas?"

"Hai!"

"Lo... ngapain disini?"

"Nganter nyokap liat-liat rumah, keluarga gue pengen pindah rumah,"

"Oh iya? Serius?"

"Iya... jangan bilang, ini rumah lo?"

"Iya... Ini rumah gue,"

"Wah! Bagus dong! Kita tetanggaan!"

Bagus bagus leher lo, batin Tsabita.

"Oh iya... hehehe..."

"Gue bilang nyokap deh biar pindahnya disini aja, jangan di tempat yang sebelumnya, hehehe..."

"Haha... ya terserah nyokap lo dong kan dia yang beli,"

"Bokap sih yang beli, hehe..."