It's You

1.1K 68 35
                                    


🔸🔶 Happy Reading 🔶🔸

Secret Room, pukul 2 pagi

Tak! Tak! Tak! Tak!

Ketukan sepasang sepatu kulit hitam membelah kesunyian dan hening malam saat ini. Mengikuti setiap jengkal langkah kakinya yang berat dan kokoh. 

Menyusuri lorong sempit nan gelap dengan lantai yang beralaskan permadani merah yang berdinding ukiran kayu, dan berlapis cat warna hitam pekat.

Menyusuri lorong sempit nan gelap dengan lantai yang beralaskan permadani merah yang berdinding ukiran kayu, dan berlapis cat warna hitam pekat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sosok tersebut melangkah lebih jauh ke dalam hingga tiba pada ujung lorong berbatas dinding.

Ada sebuah tempat lilin berwarna perak yang tergantung di tengah dinding. Tangan kanannya terulur meraih benda antik tersebut untuk sedikit menggesernya ke samping. Sedetik kemudian dinding tersebut bergetar dan bergerak mundur secara pelan dengan sendirinya.

Dinding itu terbuka sempurna. Menampilkan sebuah ruangan lain yang tak kalah gelap dari sebelumnya. Seketika hawa dingin langsung berhembus, menerpa permukaan kulit dengan dingin yang menusuk hingga ke dalam lapisannya. Aroma kopi yang manis menyeruak keluar, menguar lembut dari sebuah pengharum ruangan.

Bagaikan mempunyai sepasang mata kucing pada indera penglihatannya, sosok tersebut menembus gelapnya ruangan dingin berlapis beton itu dengan langkah ringan. Tanpa sebuah penerangan, tanpa takut jika terbentur, dan tanpa peduli hawa dingin yang menyergap kulitnya sedari tadi. Seolah-olah kegelapan adalah teman baginya.

Klik. Lampu menyala terang menyinari ruangan itu. Hanya ruangan sempit yang berukuran tak lebih dari empat meter. Ada sebuah alamat musik organ berdiri tegak di pojok ruangan lengkap dengan turntable stand di sampingnya.

Dia menarik sebuah kursi putar, lalu mendudukkan dirinya di depan sebuah meja kerja berbahan kayu berukuran panjang yang melengkung membentuk setengah lingkaran.

Ada tiga buah komputer yang lengkap dengan mesin printer di sampingnya. Beberapa diktat berisi dokumen, sebuah kamera polaroid, dan tumpukan novel tebal yang terlihat baru dan belum terlepas dari pembungkusnya.

Dia menarik keluar sebuah laci kayu kecil yang tersembunyi di bawah meja kerjanya. Tangannya terulur meraih sebotol wine mahal yang berada di dalam laci tersebut.

Tak butuh waktu lama untuk membuka dan menuangkannya ke dalam gelas kaca di hadapannya kini.

"Ah...." Sosok tersebut mendesah pelan. Merasakan kenikmatan dari segelas wine yang sedang disesap  oleh bibirnya saat ini.

MOON CHILD [JinV]Where stories live. Discover now