1

411 43 7
                                    

Guyuran lebat air hujan di balik jendela mobil menjadi hal paling menarik bagi Midam saat ini. Atensinya tercurah sepenuhnya pada jatuhan air, mengabaikan eksistensi sosok pemuda di kursi kemudi.

"Mau mampir membeli baju dulu?" Pemuda di kursi kemudi bertanya, terbersit nada khawatir saat melihat kondisi pakaian gadis di sampingnya. Basah kuyup, bahkan rambut hitam sepunggungnya tak berhenti meneteskan air sejak masuk mobil lima belas menit yang lalu. "Mungkin kau merasa dingin." Sambungnya meskipun terdengar tidak yakin, karena gadis di sampingnya itu tidak bereaksi seperti orang yang merasakan dingin di balik pakaian basah dan terpaan ac mobil.

"Tak perlu." Midam menjawab tanpa menoleh.

"Kupikir agak kurang sopan jika hanya menggunakan hoodie dan jeans saat pertemuan keluarga."

"Aku membawa pakaian ganti."

Setelahnya keadaan kembali hening sampai mobil berhenti di kediaman si pemuda.

"Orang tuaku akan datang satu jam lagi." Ucap si pemuda sambil membuka pintu. "Kau bisa pakai kamar mandi di sana, maaf jika kau tidak suka bau sabunnya." Menunjuk kamar mandi di dapur.

Hanya anggukan yang didapat si pemuda sebagai balasan. Memang tanggapan apa yang bisa ia harapkan dari sosok gadis es seperti Midam.

Midam melepas hoodienya dengan tergesa begitu menutup pintu kamar mandi. Kemudian menatap sekilas pantulan dirinya di kaca wastafel. Tangannya bergerak mengetik pesan pada seseorang di seberang sana pada hand phone keluaran terbaru miliknya.

Aku memakai dress darimu malam ini, apa aku gadis brengsek?

Senyum tipis tercipta di bibir tipisnya ketika beberapa detik kemudian sebuah pesan balasan sampai.

Y
Ya, gadisku memang brengsek.

Perfection in Imperfections : SEODAM (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang