5

142 32 0
                                    

"Kak Midam!" Panggilan yang disertai tepukan di bahu menarik kembali kesadaran Midam yang sempat melayang saat melihat mobil Seobin melintas di depan fakultasnya.

"Apa?"

"Mau makan bersama?" Ajak Junho.

"Di kantin saja." Midam melangkahkan kakinya lebih dulu menuju kantin fakultasnya.

Junho yang mengekor di belakang tidak bisa menahan senyum. Siapa yang tidak mengharapkan bisa makan bersama dengan si manis Midam. Midam sebenarnya cukup mudah untuk berteman, tapi karena image pendiamnya, orang-orang sungkan untuk mengajaknya makan bersama.

"Pesanlah dulu, aku harus ke toilet." Midam bergegas menuju toilet begitu selesai memesan makanan.

Junho menatap heran, sejak tadi Midam seperti menahan sakit. Sedikit tertohok, terlalu banyak sisi dari calon istrinya yang tidak ia ketahui.

Junho mendudukkan dirinya di kursi ujung. Hanya meja pojok ini yang tersisa meskipun ia tahu Midam tidak suka tempat ini, entah karena apa. Lagi-lagi Junho merasa kurang.

Siapa tidak kenal Midam? Siapa tidak suka Midam?

Meskipun bukan mahasiswi yang selalu terlihat berlalu lalang di setiap acara kampus, setidaknya anak-anak program studinya tahu Midam sebagai salah satu mahasiswi dengan raihan ipk tertinggi. Mahasiswi yang diharapkan untuk menjadi teman kelompok, dan dihindari pertanyaannya saat kelompok lain presentasi.

Junho kenal Midam dari ospek kampus. Salah satu senior yang menjadi bagian dari kakak bina dampingan. Junho hanya melihat Midam dalam diam, terlalu malu untuk menyapa si kakak manis. Dia tidak punya alasan kuat untuk mengajak Midam bicara. Seandainya saja Midam adalah bindamnya, seandainya.

Junho melirik arlojinya, sudah sepuluh menit Midam di toilet, bahkan makanan mereka sudah datang. Mungkin sebentar lagi.




                        *-*-*

Midam melihat pantulan dirinya di cermin toilet. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Baru saja ingin melangkah keluar, dadanya kembali sakit. Entah ia harus berayukur atau mengumpat, akhir-akhir ini memang selalu seperti ini, sedikit merepotkan. Tetapi senyumnya mengembang lucu begitu ingat apa penyebabnya.

Midam melangkahkan kakinya keluar toilet setelah menyelesaikan masalah tubuhnya. Dilihatnya Junho duduk di meja pojok. 'Kau tidak tahu apa-apa Junho' Midam membatin.

"Maaf lama." Midam duduk tepat di hadapan Junho, senyum tipis menyertainya.

Junho mengernyit heran, sepertinya mood Midam sedang baik.

"Kakak ada kelas setelah ini?"

"Tidak."

Junho bingung harus membawa topik apa untuk diperbincangkan. Sedangkan Midam di depannya sedang fokus dengan makanannya.

"Kak!" Midam menatap heran pada dua adik tingkat yang mendatanginya dengan senyum sumringah.

"Aku yang kemarin chat kakak, kata kakak siang ini kan di perpus." Salah satu dari mereka menatap Midam dengan antusias.

"Oh iya, tunggu sebentar ya." Midam menyahut, senyum ramah tidak luntur dari dua anak itu datang. "Kalian sudah makan?" Tanyanya. Midam benar-benar perhatian.

"Sudah kak." Dua adik tingkat di depannya menggangguk sebelum permisi ke perpus lebih dulu.

"Ada apa kak?" Junho menatap heran Midam yang menyelesaikan makannya dengan cepat.

"Membantu tugas." Midam menatap Junho sekilas, melihat Junho yang masih tampak heran, Midam melanjutkan penjelasannya. "Hanya sharing sedikit, cuti pengabdian masyarakatku semester kemarin." Midam meletakkan sendoknya.

"Duluan." Pamitnya.

Junho membalas dengan anggukan. Sebenarnya ada banyak pertanyaan bermunculan di kepalanya begitu Midam menyebut 'pengabdian masyarakat'. Junho tidak buta untuk melihat banyak perubahan dari Midam begitu pulang dari kegiatannya. Midam terlalu rapi menyembunyikan sesuatu yang besar.

Jika hatinya merasa benar-benar bahagia begitu sang ayah mengatakan ingin meminangkan seorang mahasiswi favoritnya untuk sang anak, maka ada satu bagian dari hati itu sendiri yang merasa kalah begitu melihat Midam yang datang dengan senyum cerah dari 'pengabdian masyarakatnya'. Junho adalah seorang pemuja Midam, perubahan fisik tidak akan luput dari penglihatannya.










                          *-*-*

Nulis apa seeeh. Wkwkwk
Jadi aku sempat blank beberapa hari, karena final kemarin. Tapi ya gak papa sih, bias aku udah ke elim duluan. :)

Makasih banyak buat yang sudah mau meluangkan waktu baca story unfaedah ini.

See you next time

Han

:)

Perfection in Imperfections : SEODAM (GS)Where stories live. Discover now