6

136 32 0
                                    

"Tadi pulang dengan siapa?" Kalimat pertama yang Midam lontarkan ketika memasuki apartemen Seobin, sedang si pemilik tempat tengah asik bercanda dengan seorang balita di depan televisi.

"Kak Shin." Seobin tak mengalihkan pandangannya pada Midam, fokusnya masih pada si balita yang memaikan daun bayam di kedua tangannya.

Midam melangkahkan kakinya ke dapur. Tebakannya benar, Seobin baru saja berbelanja, tapi semua barang belanjaannya hanya diletakkan di atas meja makan.

"Menginaplah lagi malam ini." Pinta Seobin, ia menyusul Midam ke dapur dengan si balita yang berada di gendongannya. Balita itu hanya diam menatap Midam, sampai kemudian mengulurkan tangannya minta digendong.

"Hap." Seru Midam riang, ketika balita itu berpindah ke tangannya. Senyumnya merekah lucu, gadis kecil di gendongannya terlalu menggemaskan. "Sebenarnya aku ada perlu, tapi gadis kecil ini lebih memerlukanku." Ucapnya pelan, sambil menggesekkan hidungnya ke hidung mungil si balita.

Seobin terkekeh kecil, Midam benar-benar soft.

"Bereskan belanjaanmu Bin." Pinta Midam, sedangkan ia tengah sibuk menghalau tangan si gadis kecil yang terus mencoba memasukkan daun bayam ke mulut kecilnya.

"Tidak bisa." Jawab Seobin santai, sambil melenggang kembali ke depan televisi.

Midam mendecih, hampir mengumpat jika tidak ingat sedang ada anak kecil digendongannya. Tapi kemudian Midam tersentak, bukankah dia bisa mengumpat sesukanya pada Seobin di depan gadis kecil ini, karena dia tidak akan mendengarnya?

Midam menatap gadis di gendongannya dengan nanar. Tidak ada manusia yang sempurna bukan? Begitu juga dengan Midam dan gadis kecil luar biasa cantik yang menyamankan diri didekapannya.

"Seobin, kak Shin kemana?" Midam mendudukkan diri di samping Seobin yang sedang berkutat dengan laptop, entah apa yang dilakukannya.

"Kak Wei dapat luka baru, cukup parah. Jadi kak Shin harus menggantinya sebentar. Lalu katanya ada urusan juga dengan papa." Fokus Seobin tak beralih dari layar laptop yang menampilkan keadaan beberapa ruangan. Entah, Midam tidak tau dan tidak ingin mengerti. Yang ia ketahui dan pahami dengan baik hanya 'ketika' ia memilih membalas senyum Seobin 'dulu', hidupnya telah jatuh ke sumur gelap dan lingkaran setan berbagai masalah dan dosa.

Seobin mengalihkan perhatiannya setelah beberapa saat ruangan terasa hening. Televisi masih menyala, namun dengan suara yang dimatikan. Seobin menatap lembut ke arah Midam yang memangku si gadis kecil yang sejak tadi tertidur dalam posisi duduk bersandar di dadanya.

Seobin menuntun kepala Midam untuk bersandar di bahunya, setelah sebelumnya mengecup pipi gembil si gadis kecil dan bibir cherry Midam.

"Kak Shin tidak menyadari kalau dia hamil." Seobin berbisik lembut, seolah takut suaranya dapat membangunkan gadis di pangkuan Midam. Sama seperti Midam ketika ia mematikan volume televisi. Padahal mereka tau, sekeras apapun suara, tidak akan bisa membangunkan tidurnya. "Dia terus mengkonsumsi antidepressant."

Midam terus menjadi pendengar yang baik untuk Seobin. Tidak pernah mengeluh bosan mendengar kisah yang berulang kali ia ceritakan.

Midam menggenggam tangan Seobin yang dingin. "Aku tau kau mencemaskanku, tapi aku baik-baik saja." Midam meringis kecil saat Seobin balik meremas tangan kecilnya sedikit kencang. Sepertinya Midam salah bicara.

"Bagaimana kau bisa baik-baik saja." Seobin tak meninggikan suaranya, tapi Midam cukup paham bahwa pemuda di depannya sedang menahan marah.

"Semuanya memang terlalu rumit, Bin. Tapi bukankah semuanya akan segera selesai? Aku akan menemui papa. Tenanglah, semua akan baik-baik saja."

"Bahkan sejak awal semuanya tidak baik-baik saja."

"Percaya padaku, semua akan baik-baik saja. Kumohon." Seobin melembut, Midam yang memohon adalah kelemahannya.

"Aku hanya takut kau terlalu tertekan, aku takut kau sakit." Seobin mengelus lembut pucuk kepala Midam. Tangannya kemudian beralih ke perut rata Midam. "Aku sangat mengkhawirkan dia." Ucapnya sebelum mengambil alih si kecil di pangkuan Midam dan membawa ke dekapannya.

Perfection in Imperfections : SEODAM (GS)Where stories live. Discover now