8

121 30 0
                                    

Seobin terengah, napasnya pendek-pendek padahal yang dilakukannya dari tadi hanya duduk. Wooshin yang duduk di hadapannya hanya menatap dalam diam, tak mencoba menenangkan sang adik yang luar biasa panik.

"Midam bisa mengatasinya." Jinhyuk yang baru saja bergabung mencoba menarik perhatian dua bersaudara di depannya.

Hanya hembusan napas sama kasarnya yang didapat Jinhyuk sebagai balasan.

"Meskipun terlihat seperti orang tua yang keras, Ayahnya tidak pernah bisa melihat anak gadisnya menderita." Jinhyuk menghela napas. "Sampai kapanpun, anak gadis akan selalu jadi kelemahan seorang ayah." Sambungnya sambil menatap lembut mata Wooshin yang tampak kosong.

                            *~*~*

Sejak masuk ke ruangan sang Papa dua puluh menit lalu, yang dilakukan Midam hanya berbaring di sofa sambil memainkan ponsel. Sesekali netranya melirik ke Papa, menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan segalanya.

"Bagaimana hubungan kalian akhir-akhir ini?" Pertanyaan mendadak sang papa menyentak Midam. Otaknya mulai merancang cerita, bagaimana seandainya 'kalian' yang dimaksud adalah untuk dia dan Seobin, bukan dia dan orang lain.

Seandainya-seandainya yang lain tiba-tiba datang tanpa diundang. Seandainya ia lebih berani jujur, seandainya identitas Seobin tidak perlu ditutupi, seandainya mereka tidak berlumur dosa, seandainya dia berasal dari keluarga biasa, atau bahkan seandainya pertemuannya dengan Seobin tidak pernah terjadi. Andai-andai yang terakhir cepat-cepat ia tepis seiring dengan tepukan di pundaknya.

"Ada apa?" Midam meringis kedapatan melamun. Papa tersenyum tipis, tapi matanya tampak lelah melihat gurat wajah sang anak yang sedikit pucat.

"Ingin berbicara beberapa hal." Midam membawa tubuhnya turun dari sofa, ketika sang papa lebih memilih duduk di karpet.

"Pertanyaan papa yang pertama belum dijawab."

"Hanya tidak ada perkembangan, aku menjauhinya." Caranya menjawab jujur terkesan santai.

Papa hanya mengangguk, terlihat tidak terkejut sama sekali.

"Apa papa melewatkan sesuatu?" Pertanyaan kali ini dijawab dengan anggukan kaku.

"Aku punya kekasih, sejak SMA."

Perfection in Imperfections : SEODAM (GS)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt