9

131 28 2
                                    

"Aku punya kekasih, sejak SMA."

Papa tak memberi tanggapan selain jari-jarinya yang sibuk memijat keningnya sendiri.

"Aku menghianati janjiku sendiri Pa, Papa memang tidak pernah melarangku memiliki hubungan, tapi aku tetap takut untuk jujur." Aku Midam. Napasnya mulai memberat, tidak lama lagi, tangis itu akan datang.

"Kenapa baru bicara?" Suara Papa sangat tenang, tidak meninggi, tidak juga datar. Tapi justru suara yang seharusnya mendatangkan kelegaan dalam hati Midam itu semakin memperparah rasa sesak.

"Sudah kubilang aku takut." Isakan kecil lolos diantara cicitan suara.

"Kau tahu akan setakut ini, kenapa dilakukan?" Midam tidak menjawab, pertanyaan yang terlalu menohok hatinya. "Ada lagi yang harus Papa tau?" 

Jawaban hanya berupa isakan yang semakin keras. Tak berapa lama kemudia tangan kecil Midam mengelus perutnya sendiri. Papa bukan orang bodoh yang tidak memahami kode kecil dari sang putri. Wajahnya sempat mengeras,matany diliputi amarah. Namun, melihat anak gadis yang sejak dulu selalu tumbuh bersandar padanya itu kian meraung dengan suara penuh penyesalan, wajah itu kian melembut.

"Kemarilah." Uluran tangan tepat di depannya itu Midam sambut.

"Papa tidak marah?" Tanyanya masih dengan isakan yang membuat kata-katany sulit didengar jelas.

"Tidak ada seorang papa yang tidak marah jika tahu kondisi putrinya sepertimu saat ini." Papa meraih kedua pipi Midam yang penuh air mata. 

"Maaf." Cicitnya. "Papa tidak membentakku?" Tanyanya lagi.

"Marah bukan berarti harus membentak." Usapan di surainya Midam rasakan.

"Papa tidak memukulku?"

Cubitan kecil di pipi didapat Midam kali ini. "Sudah." Ucap Papa. Lagi, tangis Midam semakin nyaring. 

Papa membawa Midam ke dekapannya, membawa kenangan lama tentang seorang ayah dan putrinya.

"Papa menerima keadaanmu dan dia. Bawalah kekasihmu pada Papa." Midam hanya mengangguk di bahu sang Papa. "Jika tidak salah tangkap, Papa tau sebab kamu tidak mengenalkan kekasihmu ke papa." Napas Midam tercekat, tubuhnya menegang.

"Tidak apa-apa, Papa akan tetap menerimanya. Bagaimanapun, itu pilihan putri Papa. Masalah lain, biar papa saja yang urus. kamu cukup jaga malaikatmu"

Midam tidak pernah berpikir semuanya akan semudah ini.



*-*-*

Sorry lama update nyaaaa.
Lagi banyak tugas lapangan. Heheee

Perfection in Imperfections : SEODAM (GS)Where stories live. Discover now