11

112 20 7
                                    

Midam mengelus rambut halus Seobin. Lelaki muda itu nampaknya kelelahan.

"Papa" Midam memanggil pria dewasa yang sejak tadi hanya memperhatikannya. "Sudah berbicara dengannya?" Suara Midam sangat kecil, sambil menatap Seobin yang masih terlelap di kursi samping ranjang rumah sakit.

Papa mengangguk singkat tanpa bicara.

"Kamu mencintainya?" Setelah hening yang cukup lama, Papa membuka suara. Matanya menatap lembut ke arah Midam, kemudian pada Seobin.

"Sangat, Pa" 

"Dia meminta maaf tadi, dan menangis." Midam hanya terkekeh kecil mendengar penuturan sang Papa.

Lelaki yang masih tertidur itu adalah segalanya bagi Midam. Dia sadar -bahkan sejak awal mengenal Seobin- bahwa suatu saat nanti akan datang masanya ia salah melangkah. Tapi dibalik semua langkah salahnya ia mulai belajar tentang keberanian dan kejujuran, serta tanggung jawab.

"Pa?" Tarikan napas Midam sedikit memberat. Ia ragu untuk bertanya.

"Bicaralah" Mengetahui putrinya sedang ragu, Papa melembutkan nada bicaranya.

"Bagaimana tentangku dan...." Midam tidak melanjutkan kalimatnya. Papa pasti tahu apa maksudku, pikirnya.

"Jangan membahas tentang lelaki lain saat bersama lelaki yang kau cintai, nak." Ujar Papa sambil tersenyum simpul.

Midam mendengus. "Papa keluar dulu" Sang Papa memilih keluar ruangan begitu dilihatnya Seobin sepertinya akan bangun.

"Akhirnya bangun" Ujar Midam, bibirnya tersenyum meskipun matanya mulai berkaca-kaca.

Seobin menyentuh pipi Midam yang mulai dialiri air mata. "Maaf." Bisiknya kemudian.

Kata maaf ia sebutkan berkali-kali. Suaranya lirih, sesekali tersendat karena menahan tangis.

"Maaf karena tidak pernah bisa menjagamu." Dipeluknya Midam yang sejak tadi sudah menangis tanpa suara. 

"Hanya belum saatnya untuk aku menjadi seorang ibu, kan?" Pelukan itu semakin erat.

"Dia terlalu suci untuk terlahir di antara orang seperti kita." 


                                                                                       *-*-*


Hai, akhir-akhir ini aku nggak bisa update karena banyak banget tugaaaaaas. 

Makasih banyak buat yang masih mau baca cerita ini.


Perfection in Imperfections : SEODAM (GS)Onde histórias criam vida. Descubra agora