3

152 39 7
                                    

Pukul 3 dini hari, Midam terbangun dari tidurnya karena haus. Tak perlu keluar kamar untuk mengambil air, karena memang terbiasa terbangun tiap malam karena haus, Midam selalu menyiapkan air putih di nakas samping tempat tidur.

Kali ini ada dua gelas di atas nakas. Miliknya dan Seobin.

Midam merebahkan kembali tubuhnya, menyamping demi memandang punggung Seobin yang terlelap membelakanginya.

Tidak ada tidur cuddling malam ini. Midam sedang flu, dan ia tidak ingin Seobinnya tertular.

Midam sedikit terkesiap saat tubuh di depannya tiba-tiba berbalik mengarahnya. Tapi tidak terbangun. Midam terkekeh, Seobinnya memang tidak bisa tidur diam. Dia bahkan bisa jatuh dari kasur.

Jari Midam menyentuh wajah di depannya sebentar. Hanya sebentar, ia takut jika berlama-lama akan mengganggu tidur kekasih tampannya itu.

Wajah itu, sedikit berbeda dari pertama kali ia melihatnya. Garis wajahnya semakin tegas seiring pertambahan usia.

Midam memejamkan matanya sesaat setelah puas memandang sang kekasih. Pikirannya tenggelam pada semua kenangannya bersama si lelaki Yoon.

                           *-*-*

"Morning ma queen." Bisik Seobin.

Midam yang sensitif dengan suara langsung terbangun mendengar bisikan rendah Seobin. "Morning." Bisik Midam tak kalah pelan.

Midam melengkungkan senyum tipis sebelum beranjak duduk. Sedangkan Seobin berbaring menyamping dengan sebelah tangan menyangga kepala. Matanya tak lepas mengikuti semua gerakan Midam.

"Pusing?" Tanya Seobin melihat Midam sedikit terhunyung ketika turun dari kasur.

"Tidak, hanya sedikit mengantuk." Midam berdiam di depan lemari khusus pakaiannya di kamar Seobin, memilih baju apa yang harus dipakainya hari ini. "Tidak ada baju." Midam berdecak malas.

"Kamu punya satu lemari penuh pakaian, dan masih mengatakan tidak ada baju?" Entah sejak kapan Seobin sudah ada di belakang Midam.

"Bacot." Midam mendorong badan Seobin ke dalam kamar mandi. "Mandi duluan sana."

"Bersama?" Seobin mulai menggoda Midam.

Midam tidak menjawab. Wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Oh, oke." Seobin meringis sambil menutup pintu kamar mandi.

                           *-*-*
"Lain kali isi kulkasmu Bin." Midam mengambil roti yang baru dibeli Seobin.

"Kamu sudah jarang datang." Seobin menatap Midam dengan sendu. "Untuk apa mengisi kulkas?" Pola makan Seobin mulai berantakan sesaat setelah Midam dipinang keluarga Cha.

Sebelumnya, Midam yang mengurus semua tentang Seobin. Selalu ada untuk pemuda itu. Tapi sekarang dia terikat, geraknya tidak sebebas dulu.

"Perhatikan dirimu Seobin, aku sakit melihatmu seperti ini." Seobin terdiam melihat mata Midam yang tampak terluka.

"Ingat, aku tidak pernah pergi." Midam menangkup kedua pipi Seobin. "Aku hanya terikat dengan orang lain, tidak pernah menjadi milik orang lain." Midam mengecup Seobin singkat.

"Tunggu sebentar lagi." Midam menarik tangannya dari pipi Seobin. "Kita punya alasan kuat untuk tetap bersama."

Seobin menarik tangan Midam yang hendak membuka pintu mobil. Sorot matanya menajam. Midam mengikuti arah pandangan itu.

Oh

Cha Junho, di depan gedung fakultasnya.

Midam menggenggam lembut tangan Seobin.

"Tenang Seobinku, dia bukan musuhmu. Kau sudah menang." Midam melepas genggamannya.

"Pergi ke kelasmu, Seobin." Midam keluar dari mobil. Setelah sebelumnya Seobin mengecupnya singkat.

Seobin terus memperhatikan Midam yang membalas lambaian Junho. Sebelum menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan fakultas Midam.

                      *-*-*

Aku mau ngucapin terima kasih buat yang mau baca cerita ini. Ada yang baca aja aku sudah senang banget. Hehe.

Maaf kalo bahasanya rada aneh. Masih belajar. :)

Dan aku bakal lebih senang lagi kalo ada yang bersedia ngasih komentar.

See you :)
Han

Perfection in Imperfections : SEODAM (GS)Onde histórias criam vida. Descubra agora