Part 5 - The Hurt Heart

13.9K 833 17
                                    

Aku sedang berada di kantin bersama Sheila dan Leyla. Aku hanya mengaduk-aduk makananku dan menatapnya kosong. Pikiranku sedang terbang kemana-mana. Aku bahkan tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi. Leyla menatapku bingung sementara Sheila hanya diam saja memakan makanannya.

"Kamu kenapa, Ra? Apa kau sakit? Tadi pagi bukannya kau sedang gembira ya." Tanya Leyla yang ku jawab dengan berdehem.

Leyla melirik ke arah Sheila. Sheila yang sedang makan hanya menatapnya sekilas. Kemudian ia melirik ke arahku. Terdengar ia menghembuskan nafas berat dan meletakkan sendoknya.

"Tadi pagi, Nadira bertemu dengan matenya-" Sheila mulai bercerita

"Apa? Yang benar Ra?" Leyla memotong cerita Sheila dan mendapat lototan darinya.

"Dengarkan aku." Ucap Sheila sedikit marah karena ceritanya dipotong.

"Iya iya. Oke, lanjutkan."

"Mate Nadira adalah Gerald, kakakmu Ley."

"Ap-" Leyla menutup mulutnya dengan kedua tangannya, Sheila juga menujuk ke arah Leyla supaya ia tidak memotong cerita lagi.

"Tapi setelah itu, dia pergi entah kemana. Ia seakan menolak Nadira."

Leyla menatapku tidak percaya. Pancaran matanya menunjukkan rasa iba dan marah. Sheila sebenarnya sudah membujukku untuk melupakannya. Namun entah mengapa aku tidak bisa. Ruby juga pergi entah kemana, sementara Rosana mengeluarkan sumpah serapahnya.

Aku kemudian bangkit dari dudukku dan membuat Sheila dan Leyla terkejut. "Mau kemana?" tanya Leyla.

"Aku mau ke kamar mandi." Ucapku dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

***

Aku terus berjalan melewati taman kampus karena kamar mandinya memang jauh dari kantin. Aku berjalan dengan lesu. Hingga akhirnya hatiku serasa ditusuk oleh pedang yang sangat tajam.

Aku melihat mateku, yang ku ketahui namanya Gerald, sedang berciuman di bawah pohon di tengah taman. Aku mengigit bibir bagian bawahku. Ruby melolong pilu. Sementara Rosana, dia sudah marah-marah menyumpahinya.

Gerald menghentikan aksinya dan menatapku. Namun tatapan itu bukan tatapan penyesalan, namun tatapan tajam seolah aku mengganggu kegiatannya. Gadis yang bersama Gerald juga menatapku, tatapan meremehkan.

Aku langsung berlari sambil menangis ke arah kamar mandi. Aku sudah tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang melihatku entah apa artinya. Aku terus berlari ke kamar mandi dan menguci pintunya. Aku menangis sejadinya meratapi nasibku.

***

Aku menyudahi tangisanku. Aku harus segera kembali kalau tidak Sheila dan Leyla akan panik. Tiba-tiba aku merasakan beberapa orang-tidak, werewolf memasuki kamar mandi. Saat aku akan membuka pintu, tiba-tiba seember air menimpa tubuhku.

Air ini baunya sangat busuk. Bahkan warnanya tidak wajar. Banyak juga sampah yang ada pada air tersebut. Aku tidak merespon apapun. Bahkan berteriak pun tidak. Terdengar suara tawa dari luar.

"Hei, kau, Nerd. Jangan coba-coba untuk mendekati Gerald lagi. Dia bahkan tidak mau melihatmu." Kata seorang gadis.

Aku menggenggam erat pintu kamar mandi setelah mendengar perkataan gadis itu. Setelah suara tawa itu hilang, aku mulai membuka pintu. Keadaanku kacau. Sangat kacau. Aku bahkan enggan untuk kembali ke kelas.

Saat aku keluar dari kamar mandi, aku melihat Sheila dan Leyla berlari ke arahku. Mereka terlihat panik saat melihat keadaanku.

"Ra, kau tidak papa? Kau kenapa?" tanya Sheila saat ia sudah dekat denganku.

"Aku tidak papa, tadi hanya terjatuh di sungai. Aku rasanya ingin pulang saja."

"Kami akan mengantarmu."

"Tidak perlu. Aku akan pulang sendiri. Dan Leyla, aku mohon jangan ceritakan apa-apa tentang ku pada Gerald."

Setelah mengatakan itu aku langsung pergi begitu saja. Pikiranku kosong sekarang. Aku terus berjalan seperti orang yang kehilangan akalnya. Rosana sekarang bahkan sudah tidak marah melainkan sedih.

Tiba-tiba, aku menjentikan jari tanganku. Entah kenapa aku melakukan itu. Seketika suara disekelilingku menghilang. Senyap. Aku terus berjalan pulang. Tak terasa, hujan tiba-tiba turun seakan menyembunyikan kesedihanku

***

Gerald's POV

Aku sedang duduk di kelas saat ini. aku tadi sudah meminta Jesica untuk memberi mateku pelajaran. Ya aku sudah menemukan mateku. Dan dia nerd, oh ayolah, aku tidak mau mateku adalah nerd jelek itu. Aku lebih berharap Jesica lah mateku.

'Apa yang ada di dalam pikiranmu. Kau melukai mateku. Kau juga lebih memilih jalang itu daripada mateku.' Aku memutuskan mindlink ku sepihak.

Aku Gerald De Lamuere. Aku seorang Alpha dari Blue Moon Pack. Aku sesekali pergi ke dunia manusia untuk kuliah. Sebenarnya untuk melupakan masalah pack untuk sejenak. Dan Jesica, dia adalah tunanganku. Aku pasti akan menikahinya dan me reject mateku.

'Awas saja jika kau sampai me reject mateku, Gerald. Aku pasti akan membunuhmu.'

'Jika kau membunuhku, kau juga akan mati dasar bodoh.'

'Itu tidak masalah, yang lebih penti-'

Aku memblock mindlinkku dengan Leo. Leo adalah nama dari serigalaku. Dia menjadi cerewet sejak betemu dengan matenya. Aku melihat Sheila, teman baik adikku. Masuk ke kelas sendirian. Aku tersenyum puas, sepertinya Jesica berhasil melakukannya.

Sheila menatapku dengan tajam. Aku tidak peduli. Meskipun dia adik dari pemilik kampus ini, aku tetap tidak peduli. Yang lebih penting sekarang aku harus menyingkirkan mateku.

Tbc.

***

Hola, cepet banget update..
Padahal kemaren udah..
Huehe, gak papa lah..

Maafkan aku Rheva, kau baru bertemu matemu langsung disia-siakan..

Sheila : Ini semua salahmu, author!😡
Leyla : Jika sampai terjadi apa-apa pada Nadira siap-siap saja kau!😠
(Author pun pergi menghindari amukan dari 2 serigala betina itu)

Pstt, jangan lupa vote dan komen yaa..
Adios..

Wizard Wolf [Complete]Where stories live. Discover now