Part 30 - The Magic Battle

10.1K 568 6
                                    

Mansion tua mengerikan. Aku dan Rafael sudah berada di depan mansion yang terletak di sebelah barat pack. Aku tak tau ada mansion di sini. Tak bisa ku bayangkan aku pernah disandra di mansion ini. Kami memasuki mansion. Kosong. Tidak ada siapa-siapa disini.

“Sayang, kita harus hati-hati.” Peringatan Rafael untuk kesekian kalinya.

Aku hanya mengangguk. Entah sudah berapa kali Rafael mengatakan hal itu. Aku menatap sekeliling ruangan. Tempat ini dipenuhi dengan perabotan tua dengan tampilan kuno yang unik. Jika saja situasinya berbeda mungkin aku akan sedikit menyukainya.

“Akhirnya kau datang juga.” Aku dan Rafael langsung menoleh ke arah lantai dua.

Lihatlah, disana sudah bediri penyihir angkuh itu. Ck. Aku sangat ingin menghancurkannya.

“Ku harap kau sudah siap untuk menyerahkan sisa kekuatanmu.”

“Tidak akan.” Teriakku marah.

“Yah, sudah ku duga bahwa ini tidak mudah. Kalau begitu, mari kita lakukan dengan cara kasar.”

Penyihir itu langsung terbang menuju ke arah kami. Aku dan Rafael dengan cepat menghindar. Sudah ku duga penyihir itu mendekat sambil menggunakan sihirnya. Lihatlah, lantainya terlihat seperti terbakar.

Rafael berlari ke arah penyihir itu. Mengalihkan perhatian. Ku harap. Aku langsung membuat lingkaran sihir di lantai. Aku memilih tempat yang sekiranya aman. Meski ku yakin tidak ada tempat yang aman di sini. Sedikit lagi. Aku selesai membuat lingkaran sihir ini.

CTAR!

‘Rafael’

Tiba-tiba aku mendengar suara petir. Aku langsung menoleh ke belakang. Aku membelalakkan mataku. Ku lihat Rafael tersambar petir yang keluar dari tangan penyihir itu. Seketika tubuh Rafael terjatuh begitu saja.

“Tidaaaak.” Aku berlari ke arah Rafael.

“Satu pengganggu beres. Ini lah akibatnya jika kau membawa pengganggu ke sini.”

Aku memeluk tubuh Rafael. Air mataku mengalir begitu saja. Aku langsung dikuasai begitu saja. Ruby langsung mengambil alih tubuhku. Half transformation. Ruby dengan cepat menyerang penyihir itu dengan cakarnya.

Aku menangis dipelukan Rosana. Tangisanku sudah tak bisa ku tahan lagi. Rafael. Tidak ku mohon jangan.

“Dia belum mati, Rhe.” Rosa mengelus-elus punggungku.

Aku langsung melepaskan pelukanku. Aku menatap Rosana penuh harap. Ku lihat Rosana mengusap air matanya.

“Dia belum mati. Aku dapat merasakannya. Sekarang kita harus berjuang melawan penyihir itu. Ku harap sihirku bisa bertahan sampai Rafael sampai ke lingkaran sihir itu.”

“Tapi, bagaimana bisa?” ucapku di sela-sela isakan.

“Apakah kau lupa. Cristal sudah memberi kita mantra pelindung. Dan pelindung ini hanya bisa bertahan menghadapi satu serangan besar.”

Aku terdiam. Aku melupakan fakta bahwa Cristal telah memantrai ku dan Rafael. Aku mengusap air mataku kasar. Dapat ku rasakan Ruby masih menyerang penyihir itu dengan air mata yang berjatuhan. Ia dengan gesit menghindari serangan dari penyihir itu.

“Ruby, bertukar posisi.” Teriak Rosa.

‘Baiklah Rosa. Aku percayakan padamu.’

Seketika Rosana menghilang dari hadapanku. Digantikan serigala coklat anggun bermata merah. Ruby. Ia masih menunduk sedih. Aku langsung berlari ke arah Ruby dan memeluknya. Ruby mengelus-eluskan kepalanya di ceruk leherku.

“Semua akan baik-baik saja, Ruby. Ayo kita bantu Rosana. Kita tidak boleh kalah dalam pertarungan ini.” Aku melepaskan pelukanku. Terlihat Ruby menggangguk mantap.

***

Rosana terus menghindri serangan dari penyihir itu. Sial. Petir yang dikeluarkan sangat merepotkan. Kenapa Rosana tidak mengeluarkan sihir petir juga? Itu karena sihir petir adalah sihir sage. Jadi penyihir biasa tidak akan bisa menggunakannya, kecuali jika telah mempelajari sihir hitam. Efek sentrum akan terasa pada salah satu sihirnya.

Sekali lagi penyihir itu mengeluarkan sihir petirnya. Rosa dengan cepat membuat tameng dari tanah. Sihir tanah ini sungguh mengagumkan. Dengan kekuatanku, beberapa serangan yang mengenai kami tidak menimbulkan luka yang berarti.

Rosa melayangkan cakar apinya. Tentu saja itu berkat kekuatan Ruby dan sihir api Rosa. Penyihir itu dengan segit menghindarinya. Aku geram dengan mantra penghindarnya. Ditambah lagi dia masih bisa menyerang meski menggunakan mantra itu.

“Rosa, aku-sudah siap.” Seru Rafael terbata-bata di kejauhan.

Rosa langsung menoleh ke arah Rafael. Dia sudah berada di dalam lingkaran sihir. Rosana tersenyum. Ia menganggukkan kepalanya. Segera lingkaran sihir itu bereaksi. Rambut Rosa mulai memutih sebagian. Tanda bahwa kekuatan sage memasuki tubuhnya.

“Kau..” ucap penyihir itu geram.

Ia langsung mengeluarkan petirnya lagi. Dengan cepat Rosana juga mengeluarkan sihir petirnya. Dua petir saling beradu. Kekuatan sageku lebih kecil daripada yang dicuri penyihir itu. Namun berkat kekuatanku dan Ruby, kekuatan itu bisa sebanding.

“Sial.” Umpat penyihir itu.

Sihir semakin beradu. Setelah aku memiliki kekuatan sage, pertarungan ini jadi sebanding. Tidak. Sedikit berbalik. Ia kesulitan melukaiku. Namun aku sudah bisa melukainya. Ku rasa ini akan berhasil. Penyihir itu terlihat sangat marah sekarang.

“Kau, kekuatan itu tidak ada padamu.” Ku lihat ia melirik ke arah Rafael.

Tiba-tiba penyihir itu menghilang dan muncul ke hadapan Rafael. Dengan segera ia mencengkram leher Rafael dan membenturkannya ke dinding. Di waktu bersamaan rambut Rosa kembali menjadi biru seluruhnya.

“Tidaaak.” Teriak Rosa. Aku dan Ruby menahan nafas khawatir di dalam diriku.

“Kekuatan itu ada padamu.” Penyihir itu mengangkat sebelah tangannya.

Rosa mengeluarkan sihir api, angin, air, tanah, entahlah itu, semuanya untuk mencegah ia mengambil kekuatan dari Rafael. Namun ia dengan cepat membuat pelindung di sekelilingnya. Ia kembali menatap Rafael.

Rafael terlihat mencoba melepaskan diri. Akibat serangan petir awal tadi membuat tenaganya berkurang drastis. “Berikan kekuatanmu”

“AAAAAAKKKKHHHH” suara teriakan Rafael menggema ke seluruh mansion.

Aku hanya mematung di tempat melihat penyihir itu mengambil kekuatan dari Rafael.

Tbc.

***

Hola, I'm back again..
Maaf ya bagi kalian yang menunggu lama..

Rheva : Thor, kenapa begini.. Rafael..
Ruby : Kau sengaja ya!!
Rosana : Thor!! Beraninya kau begini!! Awas saja kau-
Author : *mengeluarkan tatapan tajam
Rosana : *gulp
Ruby : Eee.. kami percayakan nasib kami padamu..
(Rheva, Ruby, dan Rosana pergi melarikan diri)

Hah, andai saja mereka tau apa yang kurasakan..
Oke, bagi kalian yang menunggu spoiler next part, Silahkan baca..

Part 31
Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Sangat cepat.
CTAR

Jangan lupa vote dan komennya ya..

Wizard Wolf [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang