Part 21 - The Mark is Cure

12.2K 762 24
                                    

Aku berada di ruang yang tak asing lagi. Ini adalah kamarku. Maksudku, kamar milik Rafael. Aku mencoba untuk bangun. Akh, badanku masih terasa sakit. Aku harus segera menemui Rafael. Aku sudah tak punya banyak waktu lagi.

Aku hendak turun dari tempat tidur, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Terlihat Sheila memasuki kamarku. Ia terkejut melihatku yang mencoba bangkit.

“Ya ampun, Rosa. Kau jangan bangun dulu. Cristal bilang kau perlu banyak istirahat. Lukamu sangat parah.” Sheila berlari mendekatiku dan menahanku.

“Tidak bisa, Sheila. Aku harus menemui Rafael. Dimana dia?” Sheila terlihat panik, ada apa ini?

“Ah, itu. Rafael sedang ada urusan penting.”

Aku tau Sheila mencoba menutupi sesuatu. Aku langsung berdiri dan melangkah pergi. Sheila mencoba untuk menghalangiku, namun aku menyihirnya agar ia tak bisa mencegahku.

“Maafkan aku, Sheila. Aku harus bertemu dengan Rafael.” Aku pun langsung pergi meninggalkan Sheila yang tak bisa bergerak di kamar.

***

Aku berlari mengikuti aroma mint milik Rafael. Aku terus berlari tanpa menghiraukan tatapan dari semua orang. Hanya satu yang ada dipikiranku saat ini. Rafael. Aku terus berlari sampai aroma mint ini menuntunku ke arah penjara bawah tanah.

Aku merinding ngeri. Dapat ku dengar suara teriakan dari dalam sana. Dan juga suara geraman keras. Aku memberanikan diriku untuk masuk. Ketika aku hendak masuk, tiba-tiba Bruce datang dengan dua warrior.

“Apa yang anda lakukan disini, Luna? Saya mohon kembalilah.” Ucap Bruce ketika melihatku.

“Aku ingin menemui Rafael.”

“Saya mohon jangan sekarang, Luna. Alpha sedang dalam kondisi tidak stabil saat ini.”

Aku tak menghiraukan ucapan Bruce. Aku akan tetap masuk. Namun dua warrior dengan cepat menahan kedua tanganku.

“Lepaskan aku, biarkan aku menemui Rafael.” Teriakku sambil meronta-ronta melepaskan diri.

“Saya mohon, Luna. Ini untuk kebaikan anda juga.” Kebaikan apa? Aku sudah tidak punya waktu lagi.

Semakin keras aku berontak semakin kuat pula dua warrior ini menahanku. Aku berhenti untuk mencoba melepaskan diri. Aku sudah tak punya waktu lagi. Aku merasa bahwa kekuatanku akan lepas kendali lagi.

“Lepaskan aku sekarang atau kalian akan mendapatkan akibatnya.” Kataku dingin dengan muka datar. Seketika Bruce dan dua warrior tersebut membeku di tempat.

“Biarkan aku masuk, atau kalian akan mendapatkan hadiah yang tidak kalian sukai dariku.” Dengan cepat kedua warrior itu melepaskan tanganku.

Aku langsung berlari memasuki penjara. Tanpa memperdulikan Bruce yang menatapku horror. Aroma anyir darah menyeruak masuk ke penciumanku saat aku memasuki penjara ini. dapat kulihat banyak werewolf yang dipenjara disini. Mereka rouge.

Suara teriakan menggema ke seluruh penjuru. Aku mencoba menghalau suara mengerikan tersebut. Aku terus berlari, entah kemana tujuanku. Hingga aku melihat beberapa warrior sedang menatap horror ke depan mereka.

“Rafael.” Seketika para warrior itu menoleh ke arahku bersamaan dengan suara teriakan yang berhenti.

“Luna, apa yang anda lakukan di sini.” Beberapa warrior itu juga mencoba menghalangiku.

Dengan cepat aku mengeluarkan sihir tanah, sehingga para warrior itu terperosok ke dalam tanah sebatas pinggang mereka. Aku terus melewati mereka sampai aku melihat seorang pria yang penuh dengan darah menoleh ke arahku.

Entah kemana rasa takutku, aku langsung memeluk pria tersebut. Aku merasakan tubuhnya yang tegang mulai melemas. Taring dan cakarnya kembali normal. Aku sudah tak peduli lagi dengan darah yang ada di tubuhnya.

Rafael langsung membalas pelukanku. Aku meletakkan kepalaku pada bahu kokohnya. Tanpa sadar, air mataku mengalir begitu saja.

“Kau membuatku khawatir. Tak taukah kau jika aku telah mencarimu kemana-mana.”

“Maafkan aku, mate. Aku hanya frustasi karena aku tak bisa melindungimu. Pria yang menculikmu kemarin juga berhasil kabur. Itu membuatku merasa tak bisa melakukan apa-apa untukmu.” Suara Rafael terdengar lebih berat.

Aku menggeleng cepat “Kau sudah datang untuk menyelamatkanku itu sudah sangat berarti untukku.”

Aku melepaskan pelukanku. Dapat ku lihat warna mata Rafael bukan coklat lagi, melainkan biru. Aku mengerutkan dahiku.

“Lobo, panggil aku Lobo.” Aku mengangguk paham.

“Lobo, bisakah kau bertukar dengan Rafael? Setelah kau melakukan itu, aku janji akan memberimu hadiah yang istimewa.” Lobo telihat mengangkat sebelah alisnya, kemudian ia mengangguk paham.

“Baiklah, tapi sebelum itu ayo kita keluar dari sini, mate.” Dengan cepat Lobo menggendongku ala bridal style dan membawaku keluar.

***

Lobo membawaku ke taman mansion. Dia juga sudah bertukar posisi dengan Rafael. Mata coklat indahnya kembali terpampang di sana. Entah apa yang merasukiku, aku berjalan mendekatinya dan mencium bibirnya sekilas.

Rafael terlihat terkejut. Ruby dari tadi hanya melompat kegirangan di dalam sana. Aku langsung memeluk Rafael dengan cepat. Membuyarkan lamunannya. Ia membalas pelukanku dengan kencang.

“Ruby sudah menemukan Rheva.” Bisikku ke telinga Rafael.

“Oleh karena itu, tandai aku sekarang agar Rheva bisa kembali.” Ucapku sambil melepaskan pelukanku.

Rafael kembali terkejut. Sepertinya banyak kejutan untuknya hari ini. Dengan cepat Rafael tersenyum nakal. Ia kemudian mencium bibirku. Melumatnya dengan ganas. Mengeksplorasi seluruh rongga mulutku.

“Baiklah jika itu maumu, mate.”

Rafael langsung menciumi seluruh wajahku, kemudian beralih ke leherku. Ia menjilati tempat yang akan ia tandai. Dengan cepat, Rafael menancapkan taringnya ke leherku. Aku meringis sedikit. Aku mencengkram baju milik Rafael.

Rafael melepaskan taringnya. Muncul tato serigala, bulan sabit, dan sebuah tongkat sihir. Ia menjilati tanda yang baru saja ia buat. Seketika luka gigitannya menutup. Rafael kembali mencium bibirku. Aku meneteskan air mata, haru. Aku dan Rafael saling tatap.

“Kita akan bertemu lagi, mate.” Ucapku yang disertai cahaya biru keluar dari tubuhku.

Rafael menahanku. Menatapku khawatir. Seketika aku memejamkan mataku.

Tbc.

***

Hola..
I'm back again..

Moon Goddess : Kau harus kembali, sayang. Tempatmu bukan di sini.
Rheva : Saya mohon, dewi. Biarkan saya tetap di sini.
Moon Goddess : Tidak, sayang. Kau masih memiliki urusan di sana.
Rheva : Tapi, dewi.
Moon Goddess : Rheva sayang. Yakinlah pada dirimu. Kau memiliki mate pengganti yang akan selalu mencintaimu dan akan membuka segelmu.
Rheva : Mate baru?
Moon Goddess : Iya. Dan kau juga perlu mencari serigala dalam ramalan. Carilah sang pelindung dan sang perkasa.
Rheva : Saya tidak yakin, dewi.
Moon Goddess : Percayalah pada dirimu sayang. Mereka telah menunggumu.
Rheva : Ta-tapi, bagaimana cara saya bisa kembali?
(Sebuah cahaya muncul dibelakang Rheva dan menarik Rheva ke dalam cahaya itu)
Author : Ah Rheva, tunggu aku..
...
(Ribut)
(Rafael dan Rheva saling tatap)
Rheva : Siapa kau?

Wahh, kepanjangan ya mini dialognya..
Hehe..
Maaf", Silahkan yang menantikan spoiler next part.
Bekicot..

Part 22
“Rafael. Apa yang terjadi.” Ucap Cristal langsung mendekati mateku.
“Tadi Rosa memintaku untuk menandainya. Setelah itu, ini yang terjadi.”

Apa ya yang terjadi selain Rosa pingsan??
Ada yang tau??
Pasti tau lah ya..

Jangan lupa vote dan komen nya ya..😁

Wizard Wolf [Complete]Where stories live. Discover now