Part 15 - The First Indication

12.8K 812 16
                                    

Hai hai hallo..
Minggu ini aku mau buat spesial masuk kuliah..
(Ciah)
Jadi aku minggu ini akan buat 3 part, ditunggu aja kapannya..
Sebelum jadwal kuliahku mulai padet lagi..
Happy reading

***

Aku memejamkan mataku. Aku terlalu takut untuk menghadapi apa yang terjadi. Tiba-tiba, sebuah tangan merangkul pinggangku. Aku sontak membuka mataku. Di sampingku, Rafael terlihat khawatir. Rasa takutku perlahan menghilang.

“Apa yang terjadi, Rosa. Kenapa kau mengambil alih tubuh Rheva.” Aku sudah menduga akan pertanyaan ini.

Aku mengembuskan nafasku. Berpikir sejenak. Apa aku harus menceritakannya. Aku melihat Rafael mengangguk. Sepertinya dia ingin aku bercerita. Aku memejamkan mataku. Membulatkan tekadku. Sepertinya mereka berhak tau. Aku akan mencoba menerima Rafael sebagai mateku.

“Sebenarnya—”

“—begitulah dan aku masih mengambil alih tubuh Rheva karena Rheva..”

DEG DEG

Tiba-tiba tubuhku terasa panas. Badanku terasa sakit semua. Apa yang terjadi? Pandanganku mulai mengabur. Badanku juga langsung turuh ke lantai. Seketika aku tak sadarkan diri. Aku tak tau bahwa aku akan menyebabkan kekacauan yang besar.

***

Rafael’s POV 

Mateku tiba-tiba berteriak kesakitan. Apa yang terjadi? Badannya juga seketika menjadi panas. Bahkan aku juga dapat merasakan panas pada tubuhku. Mateku jatuh terduduk ke lantai. Retina matanya juga semakin membesar.

Apa yang terjadi dengan mate, Raf?” Tanya Lobo.

‘Aku juga tidak tau. Apa yang harus kita lakukan’

Lihat Mom dan Dad.’

Aku langsung melihat Mom dan Dad sesuai perkataan Lobo. Mereka terlihat panik. Apa mereka tau sesuatu. Aku hendak bertanya pada mereka namun Dad dengan cepat memberi komando.

“Sheila, bawa Theo dan Nia ke tempat yang aman.” Teriak Dad

“Ada apa, Dad?” tanya Sheila, aku sebenarnya juga bertanya-tanya dengan perintah Dad.

“Cepatlah, tidak ada waktu lagi.” Wajah Dad terlihat serius meski terlihat kepanikan di wajahnya.

Dengan cepat Sheila menghampiri Theo dan Nia. Mereka bertiga langsung pegi meninggalkan tempat.

“Rafael, kau juga pergilah. Bawa Mom ke tempat yang aman.”

“Apa? Tidak Dad, Rosa mateku. Aku akan tetap di sini.”

“SUDAH KU BILANG CEPATLAH” bentak Dad dengan Alpha tone nya.

Dengan terpaksa aku mendekati Mom. Namun tiba-tiba.

“Terlambat” ucap Dad

Seketika gelombang kejut keluar dari tubuh Rosa. Aku, Mom, dan Dad terlempar hingga ke dinding. Barang-barang dalam radius 1 meter juga ikut terlempar. Aku mencoba melindungi Mom, tapi tetap saja ku terlempar.

Ada apa ini? Di sekeliling mateku ada seperti pusaran angin, namun tidak besar. Seketika satu ruangan di penuhi oleh angin. Para warrior yang mau masuk pun terhenti. Bahkan para omega terlihat ketakutan.

“Dad, ada apa ini?”

“Sepertinya Rosa kehilangan kendali akan kekuatannya.”

“Apa yang harus kita lakukan.” Tanyaku panik, bahkan Lobo tak henti-hentinya berputar-putar karena panik.

“Sayang.” Ucap Mom yang diangguki oleh Dad.

Dengar cepat Dad langsung berlari mendekati Rosa. Pusaran angin itu membentuk satu bola angin. Bola angin itu terbang menyerang Dad.

“Dad, apa yang kau lakukan?”

Dad menghiraukan pertanyaanku. Dia fokus menghindari serangan bola angin itu. Tanpa ku sadari, Mom sudah berlari di belakang Rosa.

‘Rafael, Mom’ teriak Lobo membuat fokusku ke Dad berganti ke Mom

“Mom” teriakku.

Dengan cepat Mom menotok mateku. Seketika ia terjatuh. Matanya terpejam. Bola angin yang menyerang Dad juga menghilang. Ruang keluarga terlihat seperti kapal pecah. Ya, itu karena banyak barang yang terlempar saat gelombang kejut keluar dari tubuh Rosa.

“Rosana.” Aku berlari mendekati mateku dan langsung menggendongnya ala bridal style.

Aku merebahkan tubuh Rosa ke atas ranjang king size milikku. Mom dan Dad juga mengikutiku. Mereka juga sama khawatirnya.

“Panggilkan penyihir putih bernama Vanya. Dia akan membantu” ucap Dad sukses membuatku mengalihkan pandangan ke arahnya.

“Siapa?”

“Vanya. Dulu ketika perang besar dunia inmortal baru saja selesai, matemu, dia datang ke medan perang. Dia melihat kematian dari ibunya. Setelah itu, kekuatannya tiba-tiba tak terkendali.

Vanya, penyihir putih yang ikut dalam peperangan itu menghentikan kekuatan itu. Semua Alpha di sana diberitahu cara untuk menghentikannya jika suatu saat kekuatannya tak terkendali lagi.”

Aku terduduk sambil memegangi kepalaku. Aku tak menyangka mateku ternyata cukup menderita. Ditambah lagi kekuatannya dapat tidak terkendali.

“Segera temui dia, nak. Vanya dapat mengetahui apa yang seharusnya Kita lakukan.”

Aku mengangguk dan segera aku memindlink Bruce, Betaku. Aku harap penyihir itu dapat dengan cepat datang dan menyembuhkan mateku.

Tbc.

***

Hola, I'm back again..
Again and again..
Huehe..

Rheva : Aku ingin di sini selamanya bersama kalian, Ayah, Ibu.
Alex : Tempatmu bukan di sini, nak.
Valey : Itu benar, kau harus kembali.
Rheva : Tidak. Aku lebih suka di sini bersama kalian. Ditambah, mateku tidak menginginkanku. Untuk apa aku kembali.
Valey : Kan masih ada adik-adikmu. Kau tidak ingin bersama mereka?
Rheva : Mereka sudah besar. Sudah bisa mengurus diri mereka sendiri.
Moon Goddess : Kau harus kembali, Sayang.
Rheva : Mo-moon Goddess?

Rheva..
Kembalilah..
Hmm.. mini dialogku pada dibaca gak sih??
Cukup menarik gak menurut kalian??
Komen yaa..

Next, spoiler part 16
Let's begin

Part 16
Ok, aku mulai lelah dengan ini. Maksudku lihat lah. Dia bahkan tidak memberi jeda pada perkataannya. Gadis penyihir ini.. errr siapa tadi namanya?

Kira" siapa??
Cristal?? Atau Berlian?? Atau Ruby?? Atau Permata?? Atau Vanya??
Tidak mungkin Ruby lah yaa..

Tebak ya..
Kalau tebakan pertama benar besok aku update lagi..
Kalo kedua ya lusa..
Kalau ketiga ya 3 hari kedepan
Dan seterusnya..
Kalau gak ada yang nebak ya nanti sejadinya kapan..😁
And spesial masuk kuliah gak jadi.. (maksa deh😒)

Jangan lupa vote dan komen yaa😄

Wizard Wolf [Complete]Where stories live. Discover now