Part 32 - The Final Story

12.5K 590 13
                                    

Aku termenung di kamarku. Mengenang apa yang sudah terjadi. Kamarku disini secara harfiah memang kamarku. Aku sedang di Snow Moon Pack. Gerald telah tiada. Rommy telah membawa jasadnya ke Blue Moon Pack. Dan ini semua penyebabnya adalah aku.

Rafael sekarang juga sedang kritis. Ia sekarang berada di rumah sakit di Reflec Moon Pack. Aku tidak sanggup melihat keadaan Rafael. Jadi aku memilih untuk pulang. Sheila sempat menahanku, namun aku tetap pulang pada akhirnya.

Tok Tok Tok

Pintu kamarku di ketuk tiba-tiba. Aku menoleh ke arah pintu dengan malas.

“Kak Rhe, Ada tamu yang ingin bertemu denganmu.” Itu Rommy.

Aku tidak menjawab. Kembali mengamati taman dari balkon kamarku. Dengan keras, pintu kamarku dibuka. Aku tak tertarik, tetap pada posisiku. Ku dengan suara langkah kaki mendekatiku. Tiba-tiba, ia memelukku dari belakang.

Aku mendengar isakan dari bibirnya. Tangannya bergetar hebat. Aku merasakan bahuku basah oleh air mata.

“Nadira, hisk. Gerald, hiks. Ia sudah tiada.” Itu suara Leyla.

Aku masih terdiam. Ini salahku. Aku sudah menyiapkan diriku jika Leyla akan membenciku. “Dan hal terakhir yang aku lakukan padanya, hiks, adalah membencinya.”

“Maafkan aku, Leyla. Ini semua salahku.” Leyla menggeleng dengan cepat. Ia langsung memutar tubuhku sehingga tubuhku berhadapan dengannya.

“Ini bukan salahmu. Ini memang keputusan Gerald sendiri. Aku justru senang ia mengorbankan dirinya untukmu.”

Aku kembali memeluk Leyla. Ia kembali menangis di pelukanku. Gerald. Mate pertamaku. Sekarang ia telah meninggalkanku dari dunia ini. Tanpa sadar aku menitihkan air mataku.

***

“Apa?”

“Ya. Kedatanganku kemari juga ingin menyerahkan undangan ini. Pengangkatanku menjadi Alpha.” Aku masih terkejut dengan perkataan Leyla.

“Sejak Gerald meninggal, aku diminta menjadi Alpha karena Gerald tidak memiliki keturunan. Dan aku mengundangmu sebagai Luna Reflec Moon Pack dan sebagai temanku. Jangan lupa ajak Alpha Rafael juga.”

Aku tak tau harus senang atau sedih. Ku tau begitu beratnya tugas Alpha. Apalagi Leyla akan menjadi Alpha female. Ini pasti sangat berat.

“Kalau begitu sudah dulu ya, Nadira. Aku akan kembali ke pack. Sebelum ayah dan ibuku mengerahkan seluruh warrior untuk mencariku.” Aku mengangguk kemudian memeluknya.

“Selamat ya, Leyla. Semoga kau segera menemukan matemu.” Leyla mengangguk dan langsung pergi meninggalkanku.

Di sinilah aku, kembali sendirian di kamarku. Seketika aku teringat Rafael. Hal itu menyebabkanku kembali sedih. Akh sial. Aku benci keadaanku seperti ini. Aku pergi ke kamar mandi dan berdiam diri disana dengan lama. Sangat lama.

***

Malam hari. Aku berada di tepi danau. Aku tidak nyaman berada di dalam kamar sepanjang hari. Bahkan aku telah membunuh beberapa rouge yang tak sengaja bertemu denganku. Aku sedang membersihkan darah yang ada padaku.

Kak Rhe, kau dimana sekarang?’ mindlink Rommy tiba-tiba.

‘Aku sedang di—’ mindlinkku terputus karena aku mencium aroma yang lama tak ku cium.

Aku membalikkan badanku. Di sana. Tepat di hadapanku. Seorang pria berambut coklat ikat yang kurindukan. Aku mematung menatapnya. Begitu juga dia. Air mataku mengalir tanpa disuruh. Aku langsung berlari dan memeluknya dengan erat.

“Aku merindukanmu.” Ucapku lirih.

Rafael membalas pelukanku. Oh terima kasih Moon Goddess, kau telah mengembalikan mateku. Aku melepas pelukanku dan langsung menciumnya. Rafael tampak sedikit terkejut namun ia langsung membalas ciumanku. Ciuman kami penuh akan kerinduan.

***

“Kenapa kau tidak berada disampingku saat aku tak sadarkan diri?” tanya Rafael tiba-tiba memecah suasana. Aku dan Rafael saat ini sedang duduk di tepi danau.

“Maafkan aku, Rafael. Aku terlalu khawatir. Aku tak sanggup melihatmu seperti itu.” Aku menundukkan kepalaku.

Rafael tidak menanggapiku. Ia hanya diam saja. Lenggang. Suasana berubah canggung seketika. Aku tak tau harus bagaimana.

“Maafkan aku, telah membuatmu khawatir.” Aku menoleh ke arah Rafael.

“Aku berjanji tak akan membuatmu khawatir lagi.” Kini Rafael menoleh ke arahku sehingga kami saling bertatapan.

“Sebaliknya, aku akan membahagiakanmu.” Aku menatap mata Rafael lekat.

“Oleh karena itu, Rheva Nadira Alva Black. Maukah kau menikah denganku?” ucap Rafael sambil mengeluarkan cincin dari sakunya.

Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Aku tak menyangka Rafael akan megadakan acara pernikahan denganku. Seharusnya pasangan mate hanya perlu saling menandai itu sudah cukup, tapi menikah? Itu luar biasa.

“Iya. Aku mau, mate.” Ucapku berkaca-kaca.

Rafael memasangkan cincin ke jari tanganku. Kami kemudian saling berpelukan. Pelukan haru. Pelukan rindu. Pelukan bahagia.

End.

***

Hola, I'm back again..
Ceritaku ending deh..
Maaf ya kalo gaje..

Rheva : Maaf jika aku terlalu keras kepala dan egois😞
Rommy : Kau memang egois
Ronny : *mengangguk setuju
(Rheva menatap tajam ke arah Rommy dan Ronny)
Rafael : Maaf juga kalau aku tidak berguna😞
Sheila : Kau memang Alpha yang Tak berguna yang selalu melimpahkan semuanya padaku😒
(Rafael menatap tajam ke arah Sheila dan Sheila dengan cepat menyerang Rafael)

Abaikan pertengkaran kecil mereka..
Tunggu launching nya sequel ke dua ya..

Buat ekstra partnya masih tak tunggu kalian pengen apaan..
Pilihan ada di part sebelumnya..

Jangan lupa vote dan komen ya..😄

Wizard Wolf [Complete]Where stories live. Discover now