Part 28 - The True Love

11.4K 637 11
                                    

Ruby’s POV

“Tidak.”

‘Ruby, kami akan membantumu” itu suara Rosa.

‘Cepatlah, tidak ada waktu lagi. Kekuatan kami juga belum pulih’ Itu Rheva

Dengan cepat tanpa berpikir aku membenturkan kepalaku dengan kepala Gerald. Berkat sadarnya Rheva, benturan itu sukses membuat Gerald melepaskan taringnya, dan kepalanya mundur ke belakang. Untung saja Gerald masih setengah jalan, belum sampai menandaiku dengan sempurna.

Dengan cepat mataku menatap mata Gerald. Hipnotis. Aku harap ini berhasil. Lenggang. Nafasku memburu. Gerald mematung di sana. Aku menggigit bibir bawahku. Aku menangis sejadinya. Aku takut. Takut akan kehilangan Rafael.

Dengan cepat aku menyuruh Gerald untuk bangkit dan pergi dari atas tubuhku. Berhasil. Hipnotis ini berhasil. Aku tak menyangkanya. Aku langsung duduk di samping ranjang.

‘Ruby. Cepat kita pergi dari sini. Kekuatanku belum kembali sempurna.’

‘Cepatlah Ruby. Kekuatanku juga tidak cukup membantu Rosa disini.’

Dengan segera aku beranjak ke pintu. Tunggu dulu. Aku punya ide bagus. Aku menyuruh Gerald untuk ikut keluar bersamaku. Aku akan membuat seolah ia berhasil menandaiku. Dengan begitu, aku bisa leluasa keluar dari pack ini dengan bantuan Gerald.

Kami keluar dari kamar. Aku membuat tampang Gerald sebangga mungkin, dan aku menampilkan wajah sesedih mungkin. Gerald membuka pintu depan mansión. Hal yang tak terduga lainnya menyambutku di sana.

Lihatlah, di depan mansión. Terlihat Lobo terengah-engah menatapku kosong. Aku sontak terkejut. Bagaimana ia bisa menemukan ku disini?

‘Sepertinya mindlinkku berhasil.’

‘Rosa memindlink Rafael sesaat sebelum ia pingsan, Ruby.’

Aku menahan tangisku. Tanpa aba-aba, aku langsung berlari mendekatinya. Aku langsung memeluknya. Mengalungkan tangaku ke lehernya. Rafael sedikit terjungkal ke belakang, namun ia bisa menahannya. Dengan cepat Rafael memeluk pinggangku.

“Akhirnya kau datang.”

***

“Ruby?” Lobo menatapku penuh kesedihan. Ia mengamati tandaku yang menyisakan darah kering di sana. Dengan cepat Lobo menjilati darah tersebut, kembali menampakkan tanda yang ia buat.

“Aku berhasil mencegahnya, Lobo.” Aku tersenyum ke arah Rafael.

Lobo membenamkan kepalanya pada ceruk leherku. “Syukurlah”

Lobo mencium bibirku. Melumatnya penuh kerinduan. Aku dengan senang hati mebalas ciuman tersebut. Melepas rindu dan ketakutan yang ada pada diriku.

‘Ruby, sihirku telah habis

Seketika Gerald terbebas dari hipnotisku. Aku tak peduli ia sadar atau tidak. Yang terpenting sekarang aku sudah bersama mateku di sini. Lobo menghentikan ciuman kami. Dia menatap ke arah Gerald tajam yang melangkah pergi memasuki mansión.

“Ayo kita kembali mate.”

Aku mengangguk. Aku juga ingin pulang sekarang. Seketika penglihatanku menggelap. Segera aku menutup kedua mataku.

 Tbc.

***

Hola, I'm back again..
Huehe..
Rafael😭
Syukurlah🤧

Lobo : Sudah? Segitu doang??
Author : Ummmm..
Lobo : Pendek sangat.
Author : Sesuka hatiku dong..

Udah ya..
Spoiler juga gak usah.. hehe






























































































Bercanda kok😝

***

“Mate? Mate! Kau kenapa? Bangunlah mate?” Lobo menepuk pipiku.

“Mate?” teriak Lobo yang sukses membuatku terbangun.

“Lobo, aku sangat lelah. Aku mengantuk sekarang. Biarkan aku tidur.”

Aku kembali memejamkan mataku. Terdengar suara hembusan nafas kelegaan dari mulut Lobo. Segera Lobo menggendongku ala bridal style kembali ke Reflec Moon Pack.

***

Gerald’s POV

Nadira menghipnotisku. Sial. Aku tak bisa mengendalikan tubuhku. Tubuhku mengikuti semua perintah darinya. Sedikit lagi. Padahal sedikit lagi, Nadira akan kembali menjadi milikku. Hanya milikku.

Ku lihat Nadira menangis. Kenapa ia menangis. Aku hanya ingin memiliki apa yang seharusnya menjadi milikku. Andai saja aku bisa menggerakkan tubuhku. Aku akan langsung memeluknya.

Nadira menyuruhku untuk berekspresi sebangga mungkin. Kami berdua keluar mansión. Seketika kami membuka pintu, Alpha Rafael sudah berdiri di depan mansión. Bagaimana dia bisa sampai kesini?

Tiba-tiba, Nadira berlari menghampirinya dan langsung memeluknya. Aku hanya terdiam mengamati kejadian tersebut. Mereka saling berciuman di depanku. Apakah ini berarti aku tak dapat memilikinya lagi.

Seketika aku merasakan sihir Nadira sudah lepas dariku. Aku sudah mengendalikan tubuhku lagi. Apa yang terjadi dengan perasaanku? Sakit? kecewa? menyesal? Entahlah. Aku langsung pergi meninggalkan tempat itu.

‘Percuma saja, Gerald. Aku sudah tidak mencium aroma memabukkan darinya lagi. Aku hanya bisa mencium aromanya.’

‘Heh, kemana saja kau selama ini. Kau muncul hanya ingin menceramahiku lagi.’

‘Sadarlah Gerald. Kau hanya terobsesi dengannya. Rasa menyesalmu membuatmu tak bisa berpikir jernih. Hadapilah.’

Kau seolah bijak dengan berkata seperti itu. Kau sendiri bagaimana? Pergi meninggalkanku menghadapi rasa ini.’

‘Ini semua salahmu, Gerald. Aku tak pernah menyakiti Nadira. Mateku yang selalu ku terima. Dan kau menyianyiakannya. Dan ia telah menerima reject mu. Sadarlah. Dia bukan mate kita lagi.’

Aku terdiam mendengar ucapan serigalaku. Ia benar. Ini salahku. Dan aku sudah tak bisa memperbaikinya. Semua sudah terlambat. Aku tak akan bisa memiliki Nadira lagi.

“Kakak sudah puas sekarang?” Itu Leyla yang berdiri di depan tangga.

“Aku tak menyangka kakak akan sampai berbuat seperti ini.” Aku hanya terdiam. Aku memang orang bodoh yang tidak berpikir terlebih dahulu. Leyla pergi melalui ku begitu saja. Hanya aku sendiri, di sini.

Tbc.

***

Kalo ini beneran bersambung..
Hehe..

Silahkan yang penasaran spoiler next part..

Part 29
Dengan cepat aku langsung berlari ke arah Rafael.
“Rafael, Awas!” Aku mendorong Rafael dengan keras.

Woaaa..
Apa yang terjadi??
Kenapa Rheva terlihat panik sekali??

Jangan lupa vote dan komen ya..

Wizard Wolf [Complete]Where stories live. Discover now