kayla Bicara: I

164 37 4
                                    

Semua murid bergidik ngeri ketika melihat alat bantu dengarku, bahkan mereka memandangku seperti aku adalah orang yang tidak normal. Hanya satu diantara ratusan murid yang memandangku seperti orang normal, calum hood.

Calum dengan botol minum yang dikalungkan dilehernya dan tas bergambar ultramennya itu memandangku dengan wajah datar, namun tidak membuatku tersinggung.

Kabar baiknya, calum dan aku menjadi teman sekelas. Feeling ku mengatakan bahwa calum adalah orang yang akan memandangku sebagai orang normal, calum pasti akan menjadi teman baikku, dan feelingku benar saat itu.

Calum SD adalah calum yang diam, dingin, namun perhatian. Calum selalu berada di dekatku sejak aku menangis karena teman teman mengejekku dengan panggilan "si budek"

Calum yang pendiam lama lama berubah menjadi periang, ia sering menceritakan betapa rajinnya ia belajar bahasa isyarat lalu aku mengelus kepalanya hanya untuk mengapresiasi usahanya, ia selalu bercerita betapa senangnya ia punya teman sepertiku, dan ia selalu bercerita betapa bahagianya ia ketika tahu bahwa aku ternyata adalah tetangganya.

Ya, aku memang tidak pernah keluar rumah, ketika TK aku hanya belajar dengan bunda. Aku selalu takut untuk keluar rumah karena tatapan orang-orang yang memandangku sebagai "orang tidak normal" baru tahun ini aku keluar rumah secara bebas, sejak mengenal seorang calum hood.

Aku selalu berfikir bahwa pertemanan kami hanya akan bertahan 6 tahun karena kami satu sekolah, toh nanti di sekolah selanjutnya juga calum akan menemukan teman yang lebih normal dan bisa mendengarkan dengan baik segala curahan hatinya.

Segala pikiran burukku itu ternyata salah, kami berteman, bahkan saling mencintai sampai saat ini. Calum adalah anak yang cukup populer karena kecakapannya dalam bergaul, dia friendly, selalu menerima teman apa adanya, sehingga banyak sekali perempuan yang sangat ingin menjadi pacarnya, termasuk aku.

Entah ini kebetulan atau memang Semesta sudah merencanakannya, kami berdua ternyata saling mencintai. Ku pikir, tidak akan ada lelaki yang ingin mencintaiku, pikiranku salah lagi ternyata. Ekspetasi dan realitaku selalu berbeda, aku berekspetasi bahwa aku tidak akan masuk sekolah favourite, ternyata aku masuk. Aku selalu berekspetasi bahwa aku tidak akan bisa mendapatkan hati calum, ternyata dapat.

Makanya ketika calum bilang dia jenuh denganku, aku berekspetasi bahwa calum tidak akan kembali lagi kepadaku dan akan membenciku selamanya, ternyata realitaku terbalik lagi dengan ekspetasiku.

Hari ketika calum mengatakan bahwa ia jenuh denganku adalah hari terhancur setelah hari ulang tahunku. Calum yang selalu menjaga kayla ternyata bisa jenuh juga, bodohnya akupun tak tahu kalau calum merasa jenuh padaku. Aku egois. Hari hari setelahnya, aku hanya bisa menyalahkan diriku, aku mengutuk diriku, semua yang ada di pikiranku hanya 'bagaimana bisa aku membuat seorang jenuh padaku' .

Tentunya aku juga memiliki perasaan sakit hati. Yang tidak berfungsi hanya telinga, bukan hatiku, atau mataku yang selalu menangis dimalam hari setelah kejadian itu.

Calum kini kembali lagi kepadaku, engga balikan sih, cuman saling berkomitmen aja, hehe.

Calum tidak berubah, calum masih sama perhatiannya. Iya calum tidak berubah, tidak berubah untuk menyakitiku dengan janji palsunya.

Sebulan setelah calum memberiku kalung, ia pergi. Aku berusaha bertanya pada mom joy kemana calum pergi walaupun pada akhirnya aku tidak mendapatkan informasi kemana calum pergi karena mom joy dan papa david ternyata sudah pindah rumah sehari setelah calum meninggalkan rumah, itu kata bunda.

Bunda pun tidak tahu kemana calum pergi, yang bunda tahu, calum membawa ransel besar dan sepertinya ia akan pergi jauh.

Ternyata kalimat calum ketika ia memberikan kalung itu maksudnya ini. Maksudnya dia akan meninggalkanku, tetapi tetap ingin memilikiku.

Aku tidak menaruh apapun pada calum kecuali harapan, hari hariku penuh dengan harapan. Harapan bahwa calum akan datang kerumahku dan aku akan memakerkan kesetiaanku karena aku masih menggunakan kalung pemberiannya.

Harapan bahwa tiba-tiba calum datang memelukku dan melamarku, kemudian kita hidup bahagia.

Harapan bahwa calum menelfonku dan setidaknya memberi kabar bahwa ia tidur dengan nyenyak dan makan dengan teratur.

Aku yang salah, aku yang berekspetasi terlalu tinggi sehingga realita bingung bagaimana merealitakan ekspetasiku.

Seharusnya aku berekspetasi bahwa calum tidak akan kembali dan tidak akan melamarku saja. Tapi gimana ya, setiap orang pasti memiliki ekspetasinya yang indah, terlalu indah untuk di realitakan mungkin.

____

Aku melepas kalung pemberian calum dan menaruhnya di westafle lalu mulai membilas badan dengan shower.

Aku baru pulang 10 menit yang lalu dan memutuskan untuk mandi sebelum akhirnya luke mendobrak dobrak pintu kamar mandi.

"kay gue pengen berak!" teriak luke.

Dirumah kami hanya ada 3 kamar mandi, 1 kamar mandi di bawah dan 2 diatas. 2 kamar mandi diatas jarang digunakan, kami terlalu malas naik keatas karena biasanya 24/7 kami lakukan di ruang bawah, ruang keluarga. Keluargaku benar benar utuh kali ini, kurang calum hood aja hehe.

"iya bentar lagi pake baju" teriakku.

"kay, sekalian itu tolong buatin kopi buat temen gue." suruh luke ketika aku keluar dari kamar mandi.

Aku dan teman - teman luke memang sudah akrab, sangat akrab malah, karena kami seumuran.

Aku membuatkan kopi untuk teman luke, niatnya sehabis membuat kopi aku akan mengambil kalungku di kamar mandi, namun luke belum keluar dari sana, jadi nanti nanti saja. Lagipula ini dirumah untuk apa menggunakan kalung tersebut.

Aku dan teman luke berbincang cukup lama. Membicarakan masalah pacarnya, membicarakan betapa menyenangkan dan membimbangkan mempunyai hubungan dengan calum tentunya. Ingin sekali rasanya menceritakan betapa hebatnya calum menjagaku saat kami masih SD, tapi aku tidak memiliki bukti bahwa calum se hebat itu. Semua orang di sekitarku hanya mengaggap calum adalah lelaki brengsek yang sengaja meninggalkan pacarnya selama setengah tahun. Padahal jika dilihat dari sisi lain calum ada baiknya juga kok.

Luke akhirnya keluar kamar mandi ketika aku sedang fokus melihat orang yang sepertinya sedang mengintip di luar gerbang, aku tadinya ingin menghampiri, namun aku terlalu malas menghampiri hal sepele disaat aku masih punya tugas yang lebih penting daripada menghampiri orang yang mengintip itu. Aku akhirnya mengambil kembali kalung itu dan masuk ke kamar untuk mengerjakan tugas kuliah.




teman tuli & teman dengar [cth] | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang