Dua

220K 21.1K 4.8K
                                    

P E M B U K A

P E M B U K A

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

"Kalian merinding nggak, sih, setiap Diaz lewat? Perasaan ya biasa aja, nggak ada yang aneh sama Diaz. Tapi setiap Diaz lewat kok kayak ada angin lumayan kenceng," bisik cewek berkucir satu seraya mengusap lengannya. Ia berusaha untuk menurunkan bulu-bulu halus di tangannya yang berdiri. Perasaan takut dan tidak enak di hati segera ia enyahkan.

"Gue juga ngerasain, Je. Gue pikir cuma gue yang selama ini ngerasain itu makanya gue diem. Kayak ada yang ngikutin Diaz, terus liatin kita," sahut cewek di sebelahnya lalu mengusap sekitaran leher.

Diaz menghentikan langkah. Bisikan mereka terlalu keras untuk telinganya yang memiliki ketajaman 100 kali lipat dari mereka. Cowok itu menoleh menatap dua cewek yang kini nampak ketakutan ditatap tajam olehnya. Dua cewek itu pergi dengan langkah tergesa, padahal ia tidak melakukan apa-apa. Melihat itu, Diaz hanya mengedikkan bahu lalu melanjutkan langkah menuju kelas.

Ia tidak berjalan sendirian, itu benar.

Di belakang, ada beberapa teman mengikutinya. Hanya saja teman-temannya itu tidak bisa dilihat oleh orang lain. Diaz sendiri tidak mempermasalahkan mereka ikut, dengan catatan mereka tidak mengganggu manusia.

"Tahun 1947-an saya mati di sini, Pangeran. Ditembak tentara Jepang. Dulunya, ini pasar tradisional. Saat itu saya sedang membantu ibu menjual hasil panen. Lukanya di sini, di sini, dan di sini."

Diaz melirik ke arah kiri.
Tepatnya ke arah Julian yang konon meninggal karena peluru tentara Jepang. Ada luka yang menembus dada, leher, dan perut. Mengenaskan. Diaz bertemu dengan Julian di hari pertama masa pengenalan lingkungan sekolah.
Saat itu ada salah satu kakak kelasnya yang kesurupan. Diaz tahu penyebabnya. Kakak kelasnya mencium salah satu cewek di dalam gudang. Julian yang tinggal di sana, murka. Saat banyak orang berkerumun di depan gudang, saat itulah Julian menyadari keberadaannya. Julian pasti tahu keistimewaannya.

Julian-lah yang mengajaknya untuk berkenalan hingga mereka berteman baik sampai sekarang. Pertemanan yang cukup baik. Baik Diaz maupun Julian paham kehidupan masing-masing.

Diaz tersenyum tipis lalu melanjutkan langkah memasuki kelas.

"Tumben udah nyampe, biasanya mepet banget bel, Di," celetuk Raga salah satu anggota DAREDEVIL.

"Nanti ada ulangan Geografi dadakan. Sepuluh menit setelah soal dibagi .... berarti jam 08.04 lo liat ke gue. Kode jawaban masih sama," respons Diaz yang diangguki oleh teman-temannya.

Satria melompat turun dari meja lalu menghampiri Diaz. Ponsel dalam genggaman ia tunjukkan pada cowok itu.
"Udah denger ini belum?" tanya Satria.

Diaz menatap satu detik layar ponsel Satria. Cukup satu detik saja Diaz bisa membaca artikel itu secara keseluruhan. Soal kecelakaan Alea.

I CAN SEE YOUWhere stories live. Discover now