Enam

137K 15.7K 1.7K
                                    

P E M B U K A

"Kakak kok telat jemputnya? Aku udah nungguin dari jam satu loh, Kak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kakak kok telat jemputnya? Aku udah nungguin dari jam satu loh, Kak. Kakak sengaja, kan? Ah rese banget, sih, punya sodara kayak Kak Aldo. Aku aduin ke---" Ucapan remaja dengan rok biru itu terputus melihat motor yang baru saja berhenti di belakang motor kakaknya.

Menyadari perubahan sikap adiknya yang tengah merapikan rambut dengan jemari, Aldo menoleh. Pantas saja adiknya langsung kalem. Ternyata ada Diaz. "Re ... kedip!"

Regina tersenyum malu-malu saat Diaz melepaskan helm full face. Remaja itu melangkah mendekati motor kakaknya lalu berbisik. "Kak Aldo kok nggak bilang-bilang kalau Kak Diaz ikutan?"

"Nggak direncanain. Mau pulang, nggak? Buruan naik."

"Kak Aldo mau pergi, ya? Aku ikut boleh nggak? Jenuh di rumah terus. Ayolah ajak aku."

Aldo menoyor kepala adiknya. "Anak kecil nggak boleh keluyuran. Buruan naik, Kakak anter kamu pulang."

"Yaaah, mau ikut Kakak. Please, boleh ya? Boleh lah. Sekali doang. Kakak, kan, baik. Aku adik satu-satunya loh. Nanti aku mau disuruh-suruh kalau---" Regina mengerucut sebal saat tasnya ditarik oleh kakaknya. Mau nggak mau, remaja itu naik ke boncengan.

Saat menatap ke arah sekitar, Regina tersenyum penuh percaya diri. Ada beberapa murid yang melihat kearahnya, lebih tepatnya ke arah kakak dan teman-temannya itu. Ia yakin, perihal dirinya yang dijemput banyak cogan pasti akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang. Terlebih ada Diaz Elano Xeimoraga.

"Kak?"

"Ya?"

"Ini beneran aku nggak boleh ikutan?" Regina belum berhenti berusaha. Mana tau kakaknya bisa berubah pikiran.

"Percuma lo ikut, Diaz nggak mungkin notice lo. Dia kaku kalau sama orang asing, apalagi cewek. Yang ada lo sakit hati karena kebanyakan berharap."

Regina memukul punggung kakaknya. "Bukannya didukung, malah disuruh mundur."

"Lo masih SMP, nggak usah kecentilan."

Tak menggubris ucapan kakaknya, Regina terus menatap ke belakang. Ternyata Diaz terlihat semakin tampan saat berkendara. Auranya semakin kuat meski wajahnya tertutup. Regina tak berhenti mengaguminya. Ia tidak sabar lulus SMP agar bisa menyusul ke sekolah yang sama dengan kakaknya. Intensitas pertemuannya dengan Diaz pasti akan semakin besar jika satu sekolah.

"Sepi. Pada kemana?" tanya Diaz begitu motornya berhenti di halaman rumah Aldo.

"Nyokap ada arisan. Makanya gue yang jemput Regina."

"Adik lo nggak papa sendirian?" tanya Raga.

"Sebenarnya aku---"

"Nggak papa, udah biasa. Kita cabut aja," sela Aldo yang paham tabiat adiknya.
Regina mendengkus sebal karena kehilangan satu kesempatan untuk lebih lama bersama cowok yang ia sukai.

I CAN SEE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang