🏔[16] Garis Terdepan

4.9K 180 24
                                    

HARI sabtu sore, anak-anak Pecinta Alam SMA Pertiwi berkumpul di sekolah untuk melakukan camping di Bukit Moko. Acara terakhiran dengan Pecinta Alam tingkat tiga, sebagai tanda perpisahan kelas duabelas karena semester depan sudah mulai sibuk.

"Hei semuanya! Udah siap?" tanya Pak Aip, pembina ekstrakurikuler Pecinta Alam. Guru yang dikenal tegas namun juga friendly itu sudah siap dengan carriernya.

"Siap, Pak!"

"Udah kumpul semua? Tantan mana Tantan?"

Tantan maju ke depan, mendengar pengarahan dari Pak Aip, dan semuanya langsung menaiki Truk untuk menuju ke lokasi.

Sepanjang perjalanan, tidak henti-hentinya mereka bernyanyi dan berceloteh ria. Sesekali mereka bermain tebak-tebakan.

"Bantal-bantal apa yang sakit?"

Hening, semua sibuk berpikir, ada juga yang sudah teler.

"Bantal yang terbuat dari batu?"

"Bantalan kayu?"

"No! Nyerah, nyerah?"

"Apa emang?"

"Bantal nikah, hiyaaaa!"

"Eaaaaaa eaaaaa!"

Seruan-seruan untuk menarik perhatian orang-orang sekitar, Stevia diam saja. Masih merasa tidak enak pada Rimba. Sedang apa cowok itu sekarang? Apakah benar-benar sedang mendaki?

"Vi, diem aja. Kenapa?"

Stevia menoleh, melihat Dini yang sibuk dengan makanannya. "Nggak apa-apa."

"Kak Stevi, galau?"

"Yah, bu Sekre galau gaes!" seru yang lain membuat Stevia jadi ikut tertawa.

Tantan yang semula berdiri kini ikut duduk di samping cewek itu, memandangnya lembut. Siapa pun yang peka akan mengerti bahwa cowok itu menatap Stevia dengan penuh cinta. "Kenapa?"

Stevia melirik sahabatnya itu. "Enggak."

"Sakit?" tangannya telulur mengecek kening cewek itu. "Nggak panas ah, atau beneran galau?"

Dini yang berada di depannya sudah senyum-senyum tidak jelas, dini itu TAN-TE garis keras!

"Ada es krim, nggak?"

Tantan sontak tertawa, membuat bawa perasaan beberapa kaum hawa karena melihat tingkah keduanya.

"Ngapain?"

Stevia mendengus. "Au ah, gak peka."

"Ekhem ekhem, aduh ada air gak? Gue serak," Dini, cewek itu pura-pura batuk, padahal suaranya sangat baik-baik saja. Stevia tahu persis temannya yang satu itu acting!

"Ya udah, nanti beli." kata Tantan seolah membujuk anak kecil.

"Kapan?!" sembur Stevia.

"Kalo di sana ada ya beli di sana, kalo enggak ada ya ya udah."

"Kampret!"

Climber CoupleOnde histórias criam vida. Descubra agora