🏔[23] Sandiwara Rasa

4.1K 172 20
                                    

DENGAN gesit, seorang cowok jangkung berlari menuju basecamp Ranu Pani, wajahnya gelisah dan langkahnya nampak terseok-seok karena beberapa kali hendak jatuh.

Sesampainya di sana, dilihatnya tiga orang perempuan dan dua orang laki-laki sedang melamun dengan wajah gelisah. Tidak tahan lagi, Tantan mendekat ke arah ketiganya.

"Mana Stevi?" suaranya serak, sangat serak seperti sudah menangis atau mungkin terlalu khawatir?

Dini meliriknya sebentar, "gerak cepat juga lo baru gue telpon kayaknya langsung ke sini,"

"DI MANA STEVI!?" katanya tidak santai. Benar-benar khawatir pada sahabatnya yang satu itu.

"Kalem Bos, Stevi lagi ke mushola," sahut Ilham dengan suara pelan. Ia juga khawatir pada Rimba yang belum di temukan.

Tantan mengusap wajahnya kasar. "Gimana bisa, sih, si Rimba yang katanya udah sering mendaki itu bisa ilang?"

"Kita juga gak tahu, awalnya kita pada baik-baik aja, terus tiba-tiba ilang gitu aja. Bahkan Stevi yang tadi paling belakang di depan Rimba aja enggak nyadar," Deri menjelaskan meski pandangannya masih kosong.

Tantan menarik napas panjang, ia kasihan pada Stevi yang pastinya akan terpukul sekali selama Rimba belum ditemukan. "Terus, udah ada pencarian?"

"Tim SAR lagi nyari dia, bahkan banyak beberapa pendaki yang juga bantu nyari dia."

"Lo pada kenapa gak ikut?"

"Kita masih shock, takut, gak biasanya Rimba kayak gini selama ini,"

Tantan berdiri dari duduknya, ia berlari kecil menuju mushola, dan pas sekali saat Stevia baru selesai dan keluar dengan mata yang basah.

Tanpa mengucapkan apa pun atau bahkan bertanya basa-basi mengapa ada Tantan di sini, Stevia berlari memeluk sahabatnya yang satu itu.

Menangis di sana. Tantan yang juga terlalu malas untuk berbasa-basi balas memeluk Stevia, berusaha menenangkan meski hatinya yang jadi taruhan.

"Rimba Tan, Rimba ... Hikss ...."

"Iya, nanti gue bantu cari ya,"

Stevia sesenggukan. "Enggak, gue nggak mau lo ikutan ilang!"

Tantan terkekeh, meski hatinya meringis. "Enggak atuh, gue bakalan bantuin cari dia," cowok itu menghela napas cukup berat, "Apa pun demi lo gue usahakan Stev, meski gue yang sakit."

"Makasih, Tantan! Sahabat gue yang paling baik di dunia. Gue ikut, ya?"

"Bahaya buat cewek. Lo diem, duduk manis di basecamp sama Dini, gue sama Deri dan Ilham yang bakalan cari Rimba."

Stevia merengek. "Tapi kan---"

Tantan melepas pelukan, megang erat kedua bahu Stevia dan menatap kedua bola mata cewek itu. "Gue janji, bakalan bawa Rimba balik buat lo."

Ada hati yang tidak terima di dalam sana, sakit rasanya. Sebut saja Tantan lebay, tapi memang itu kenyataannya. Tidak apa-apa, bukankah cinta butuh pengorbanan?

"Janji? Dan lo, juga harus balik buat gue."

Tantan tersenyum. "Janji."

•••

"Anjir!"

Kakinya terkilir ranting yang cukup besar, cowok itu meringis. Cukup lama dia menunggu bantuan datang namun belum juga ada. Anehnya, sinyal di ponselnya juga mendadak hilang.

Climber CoupleDonde viven las historias. Descúbrelo ahora