Ch. 01 : Kakak Beradik Brawijaya

4.6K 282 49
                                    

Artha Brawijaya, seorang ketua OSIS yang begitu disegani orang-orang. Segan, bukan berarti ditakuti. Dalam sejarah SMAN Tunas Bangsa, Artha adalah salah satu ketua OSIS yang sukses melakukan berbagai inovasi yang kreatif di periode ia menjabat.

Selain kreatif, ia juga bisa dikatakan tampan dan berasal dari keluarga mapan. Banyak yang bilang bahwa Artha adalah salah satu titisan malaikat. Bagaimana tidak? Dengan wajah tegas dan ramah miliknya, tidak lupa tinggi dan bentuk badan yang ideal membuatnya memiliki banyak penggemar.

Disamping tampilannya yang sempurna, Artha adalah seorang otaku akut yang menghabiskan hari liburnya dengan menonton anime dan membaca manga atau bermain game online di kamar tidurnya.

Artha juga tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, karena ibunya meninggal saat melahirkannya. Tidak lama setelahnya, ketika umur Artha menginjak 8 tahun, Ayah Artha meninggal dunia, dan perusahaan Ayahnya dikelola oleh kakak perempuannya, Aleana Brawijaya.

"Kak, es krim Artha yang di kulkas kakak makan?" tanya Artha sembari mengaduk-aduk isi kulkas.

"Eh, itu es krim kamu?" tanya Aleana sembari menghampiri Artha yang tengah mengerucutkan bibirnya.

"Kakak tuh kebiasaan, makan makanan orang, padahal dia gak ngerasa ngebelinya."

Aleana tertawa melihat tingkah adiknya tersebut kemudian berkata, "yaudah, sekarang temani kakak ke supermarket, yuk. Kakak mau belanja bulanan sekalian kamu beli es krim juga."

Artha menghela napasnya kemudian mengangguk, "okelah."

Artha tidak mengganti kaos hitam yang tengah dipakainya, melainkan hanya melapisinya dengan jaket bertudung dan mengganti celana pendeknya menjadi celana panjang berbahan jeans.

Kedua kakak beradik itupun menaiki mobil menuju supermarket langganan mereka. Sesampainya di sana, Artha mengambil sebuah troli besar dan mengikuti kemanapun Aleana pergi.

Ketika sampai di lorong khusus cokelat dan makanan manis, tanpa ragu Artha memasukkan satu kotak penuh cokelat dan satu pak permen. Hal itu membuat Aleana menggelengkan kepalanya. Adiknya ini benar-benar penggila manis.

"Kamu gak takut diabetes, apa Tha?"

"Kan, keluarga kita gak punya riwayat diabetes,"

"Siapa bilang? Nenek kita ada riwayat diabetes lho. Lagian, kamu tuh udah manis, ngapain makan makanan lagi?"

"Biar manisnya awet."

Aleana terkekeh kemudian segera menuju kasir setelah semua belanjaan terpenuhi. Saat kasir tengah menghitung belanjaan, Artha mengingat bahwa ia belum mengambil es krimnya.

"Mau es krim atau cokelat?" tanya Aleana jahil.

"Kan aku maunya es krim tadi, kak."

"Kan kamu gak pernah bilang mau beli cokelat di sini?"

Artha lagi-lagi hanya bisa merengut sembari mendorong troli besar penuh plastik belanjaan sampai ke parkiran mobil. Setelah meletakkan semua belanjaan di bagasi dan mengembalikan troli, Artha masuk ke dalam mobil dan keduanya melaju membelah jalanan untuk pulang ke rumah.

Namun, ketika di perjalanan, sesuatu yang aneh terjadi di langit kota mereka.

"Tha, itu pesawat tempur?" tanya Aleana sembari menunjuk ke arah pesawat-pesawat yang meluncur di atas mobil mereka.

"Hah? Masa' sih ada pesawat tempur di tengah kota begini?"

Artha membuka jendela mobilnya. Menyadari hal tersebut bukanlah halusinasi kakaknya, ia menyuruh kakaknya berputar balik.

"Tapi di belakang macet!" seru Aleana panik.

"Kalo gitu kita keluar, sekarang!"

Artha keluar dari mobilnya diikuti oleh Aleana. Keduanya berlari menjauhi arah tujuan para pesawat tempur. Setelah melangkah cukup jauh, Artha mendengar suara ledakan dari belakang. Ketika ia menengok, ratusan kendaraan telah hancur meledak oleh misil.

"Ini... Perang?" gumam Aleana.

"Tidak ada gunanya bertanya begitu, kak. Sekarang, lebih baik kita mencari tempat yang aman."

Artha menarik tangan kakaknya dan berlari ke sana kemari menerobos lautan manusia yang berteriak panik lantaran mendengar suara ledakan.

Kondisi negara mereka memang sedang tidak stabil, hal ini wajar bagi negara lain berusaha menjatuhkan negara mereka dalam kondisi seperti ini. Mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Artha, kakak... Lelah."

"Tapi kak, kita harus menghindari pesawat itu sejauh mungkin!"

"Kau saja duluan, kakak akan menyusul ketika kakak merasa baikan."

"Mana bisa begitu! Jika kakak kelelahan, aku bisa menggendong kakak. Semua pasti ada jalan keluarnya. Ayo, naik ke punggungku!"

Aleana tersenyum kecil dan menaiki tubuh adiknya. Artha berlari kembali menerobos lautan manusia di depannya. Banyak orang mengumpat dengan sikap Artha, namun pemuda itu tidak mempedulikannya lagi.

Setelah menemukan tempat aman, Artha menurunkan kakaknya. Ia meminta kakaknya menunggu di sana sementara ia mengecek keadaan. Setelah ia rasa aman, ia duduk di samping kakaknya.

"Cokelatku..." gumam Artha pelan.

"Setelah ini membaik, aku akan membelikanmu persediaan cokelatmu selama seminggu, deh." kekeh Aleana.

"Janji, ya?"

Aleana mengangguk. Tak habis pikir ia tentang adiknya yang masih memikirkan cokelat walaupun keadaan sudah menjadi kacau balau seperti ini.

"Omong-omong, Artha-"

Artha di sampingnya membulatkan mata, membuat Aleana mencari apa yang membuat Artha membulatkan matanya. Namun belum sempat ia menemukannya, Artha sudah memeluknya.

"Apapun yang terjadi, aku menyayangi Kakak. Terima kasih telah menjadi kakak, ayah, sekaligus ibu bagiku selama ini. Aku sayang kakak."

Gumaman Artha membuat Aleana meneteskan air mata, tepat setelahnya, sebuah misil menyentuh keduanya.

Kakak juga menyayangimu, Artha.

A/N :

Yash! Re: Overlord kembali, dengan buku yang berbeda. Gimana? Beda kan? Artha di sini gak nolep gais, malah terbilang cukup aktif dan banyak talentanya. Tapi Artha cuman muncul full di sini aja :v kan sisanya Ryuu. Hehe. Enjoy!

-Faluna

Re : Overlord [Slow Update]Where stories live. Discover now