Chapter 12 : Sebelum berpisah

247 36 11
                                    

⚪Chapter 12 : Before Farewell ⚪
Words : 2622



[ Gintoki POV ]

Selesai rapat pagi itu, Kondo menyuruh agar Hijikata-sama mengambil cuti untuk beberapa hari kedepan. Dan beruntung, Hijikata-sama mengajakku pergi keluar untuk bersenang-senang.

Tentu aku tidak menolak, lagipula setelah hari ini berakhir, aku akan mengatakan semua kebenaran yang kusimpan sendiri selama ini padanya. Walau aku masih takut dan belum siap, aku memutuskan untuk melupakannya dan memilih menghabiskan waktu terakhirku ini bersama Hijikata-sama.

"Gintoki, kamu yakin baik-baik saja kan? Um.. Pinggangmu tidak sakit lagi..?" Hijikata-sama bertanya, aku bisa meliha sedikit semburat merah tipis di pipinya.

Melihatnya membuat senyum ku mengembang.
"Aku baik-baik saja, Hijikata-sama. Lagipula Hijikata-sama melakukan nya dengan begitu gentle.. Jadi--"

"Baiklah, baiklah, aku mengerti! Ja-jangan dilanjutkan.." Hijikata-sama mengalihkan pandangan.

Aku terkekeh karena sikap malu-malu Hijikata-sama, padahal itu bukanlah kali pertama kami melakukannya. Tapi tetap saja, Hijikata-sama selalu memperlakukan ku dengan lembut. Karena hal inilah aku jadi egois dan terus berbohong padanya.

Aku langsung menggeleng kepala begitu pemikiran negative itu kembali muncul. Padahal aku sudah berusaha keras untuk melupakannya dan menikmati hari ini.

"Sudah selesai, Gintoki?" Hijikata-sama bertanya, aku mengangguk sebagai jawaban.

Aku segera menyusul dan berjalan disebelahnya. Kami berdua keluar lewat gerbang depan markas dan di sapa oleh Yamazaki-san yang akan pergi untuk melakukan pengintaian.

"Oh, Fukucho! Gintoki-kun!" sapa Yamazaki-san dengan senyum cerahnya seperti biasa.

"Hey, Yamazaki-san" aku menyapa balik, sedangkan Hijikata-sama hanya membalas dengan anggukan singkat.

"Kalian berdua akan pergi jalan-jalan?" tanyanya untuk berbasa-basi.

"Yeah" jawab Hijikata-sama.
"Selama aku libur, jangan bermalas-malasan, Yamazaki"

"T-tentu saja, Fukucho! Bersenang-senanglah!"

Yamazaki-san lekas pergi setelah mengucapkan itu. Ahh, sepertinya dia memang takut sekali dengan Hijikata-sama. Memikirkannya membuatku ingin tertawa girang, mengingat betapa eratnya hubungan persaudaraan di Shinsengumi.

"Gintoki, apa sebaiknya kita naik mobil saja?" Hijikata-sama tiba-tiba bertanya dengan ekspresi khawatir.

Aku sangat senang karena dia begitu mengkhawatirkan ku, aku pun tersenyum padanya.
"Jangan terlalu mengkhawtirkan ku, Hijikata-sama. Lagipula kalau kita naik mobil patroli, orang-orang pasti akan tau kalau kamu polisi"

"Oh.. Benar juga ya.." Hijikata-sama menghela nafas panjang.
"Baiklah kalau begitu, ayo jalan?" ajaknya.

"Baik!"

Kami berdua berjalan berdampingan menyusuri jalanan yang sepi. Kawasan di dekat Shinsengumi memang tak banyak dilewati orang-orang di jam begini, karena kebanyakan dari penduduk yang tinggal disini pasti sudah pergi bekerja begitu matahari terbit.

Aku tak sengaja melirik Hijikata-sama, sepertinya dia sedang celingak-celinguk. Saat aku ingin bertanya, tiba-tiba aku merasakan sebuah tangan yang besar menggenggam tangan kananku. Dan aku dapat melihat semburat merah tipis di pipi Hijikata-sama karena barusaja menggandeng tanganku.

Tale of Shiroyasha [HijiGin/Hiatus]Where stories live. Discover now