18 - The Prince and The Joker

610 92 1
                                    

"Sebenarnya ada apa denganmu, hyung?"

Seokmin melayang terbang dalam ruang hampa. Suasana disini memang rusak, sangat rusak.

Penuh kegaduhan namun terdapat percikan keindahan di dalamnya. Benar-benar hal yang bertentangan di dalam sini. Seokmin dapat melihat himpunan tulang belulang manusia yang tergeletak tak beraturan. Namun dikelilingi oleh bunga-bunga indah yang berterbangan.

Seokmin mengingat kembali apa yang diucapkan Jihoon sebelum ia masuk kedalam sini.

Dan ia kembali menghela nafasnya.

"Tch."

.

.

.

.

.

.

.

.

"Rencana ini agak beresiko, namun selama kita memiliki semua orang, kita akan baik- baik saja. Seok, kau akan masuk kembali ke dalam alam bawah sadar Jisoo hyung. Aku tak tahu cara untuk membawa Jisoo hyung kembali, tapi kuyakin jawabannya akan ada disana. Yang lainnya akan bersama melindungi yang seharusnya. Setelah usai, biar kami yang menyelesaikannya." Jelas Jihoon.

Semuanya mengangguk mengerti.

"Chan, jaga tubuhku." Kata Seokmin.

Chan mengangguk patuh. "Serahkan padaku." Jawabnya.

"Dan Jeonghan hyung... Kuserahkan Chan kepadamu."

Sebuah sinar muncul di lengan kanan Seokmin.

Lambangnya perlahan memudar dan kini Jeonghan memiliki dua lambang. Satu di dahinya, dan satu lagi di lengan kanannya, lambang milik Seokmin.

Tubuh Seokmin melemas dan Chan langsung memapahnya.

Pyatss...

Suasana kembali gaduh.

"Gawat! Para kegelapan muncul." Kata Seungkwan kala melihat kegelapan yang mengelilingi mereka berubah menjadi sosok- sosok tertentu.

"Sepertinya kita harus melawan." Balas Mingyu.

"Tentu saja. Wonwoo hyung, jaga Jeonghan hyung dan Seokmin. Chan, ingin berpedang?" Kata Jihoon.

Chan menyeriangi mengerikan. Seketika pandangan matanya berubah drastis. Ia mengeluarkan pedang Seokmin dan meletakan tubuh Seokmin di dekat Wonwoo.

"Kumohon jaga dia." Kata Chan.

Kini semuanya sudah mengeluarkan senjata masing-masing ditemani para penjaga.

"Aku akan menghancurkan kalian semua. Demi tanah kelahiran Jeonghan hyung dan juga mereka berdua."

.

.

.

.

.

.

.

.

Seokmin merasa muak. Kenangan-kenangan yang tak ingin dilihatnya muncul di kepalanya.

Kenangan kala Jisoo menangis karena nyawa Seokmin diujung tanduk atau pun kala telapak tangan Jisoo penuh dengan darahnya, menggerayang di pikiran Seokmin.

Ruangan ini seperti mempermainkannya.

"Shit. Dimana kau, hyung..."

Seokmin melayang kesana-kemari. Ia hanya bisa melihat sebuah kehampaan di dalam sini selain hal kontras tadi.

A Sky Above The SkyWhere stories live. Discover now