43 - Build Up

548 81 0
                                    

Suasana sungguh kacau balau.

Gedung-gedung yang hancur maupun jalanan yang rusak parah. Bisa dilihat beberapa jasad yang tak bernyawa tergeletak begitu saja.

Ada juga orang-orang yang mulai keluar dari tempat persembunyian karena merasa tak ada kegaduhan lagi di luar sana.

Dapat terlihat juga para keluarga master juga penjaganya yang menatap gerombolan ini. Gerombolan dengan aura besar khas Preator di sekeliling mereka.

Kala Preator mengarungi kota, suara tepuk tangan bergemuruh.

Ternyata para master lain yang bertepuk tangan ricuh. Mereka menunjukan kebahagiaan dan menyuarakan bahwa kita semua telah menang.

"Jadi benar-benar usai?"

"Terimakasih!"

"Kita Menang!"

Terdengar dari logatnya yang khas, sepertinya Preator sedang mengarungi wilayah negara Caratia.

"Keluarga Preator, dunia berhutang pada kalian."

"Terima kasih. Tak aka nada habisnya ucapan terimakasih kami."

"KITA MENANG!"

Mendengar sorak-sorai yang semakin ramai itu, mau tak mau Preator tersenyum. Tersenyum bahagia walaupun sedikit.

Ya, setidaknya mereka telah mengalahkan kegelapan. Oh bukan mereka. Tapi sosok itu yang telah mengalahkan kegelapan seorang diri.

Dengan langkah perlahan, keenam sosok itu sampai di rumah kecil yang terbuat dari kayu berada di pinggir pantai.

Mereka menikmati gelombang pantai yang sangat tenang dengan angin yang berhembus ringan.

Pantai ini sebenarnya cukup berantakan. Tentu saja pantai ini tak luput dari serangan kegelapan. Namun tetap saja ada sebuah ketenangan disana.

Jihoon membuka pintu rumah kayu itu dan tampilan dalam mansion Preator lah yang terlihat.

Mereka akhirnya masuk ke dalam pintu itu. Para maid dan butler langsung berhamburan membantu mereka semua. Membantu walau hanya sekedar memapah.

Tak menunggu lama mereka telah berkumpul di ruang keluarga dan duduk di sofa yang melingkar.

Ketika butler menyediakan teh ke cangkir milik mereka, terdengar suara langkah kaki yang menuruni anak tangga. Oh, Preator tahu dengan pasti langkah kaki itu milik keluarga Kibara dan Anumerta.

"Kalian...."

Pelukan erat saling mereka berikan. Mereka saling menepuk punggung masing-masing menyiratkan dukungan. Tak luput ucapan terimakasih saling mereka lontarkan di antara pelukan erat itu.

Semua telah berakhir dan tujuan hidup mereka telah tercapai. Bukankah itu sebuah pencapaian yang sempurna?

"Ten dan juga Jaemin kami tidurkan di kamar mereka masing-masing. Untuk jasad Mark, Yuta, dan Jeno kami diamkan di ruang ritual." Ucap Johnny memberi laporan.

Jihoon mengangguk mengerti.

"Tiga buah peti kaca." Kata Jihoon sambil menatap sosok kepala pelayan yang ada di hadapannya.

Sang kepala pelayan mengangguk mengerti lantas pergi dari sana.

"Semuanya...."

Semua pandangan menuju ke Jihoon. Pandangan yang terlihat penuh akan tanda tanya.

"Pulihkan tenaga kalian. Jangan pikirkan apa pun dan jangan tanyakan apa pun. Yang kalian harus lakukan sekarang adalah beristirahat. Segala pertanyaan tolong simpan dahulu."

A Sky Above The SkyWhere stories live. Discover now