Chapter - 40

3.3K 139 0
                                    

GUYS SORY AKU KEMARIN SALAH PUBLISH!!!
OMG... KALIAN BACA CHAPTER INI DULU YA BARU CHAPTER 41, NANTI AKU PUBLISH ULANG LAGI.

Candice POV

Tak terasa ini sudah satu bulan sejak kami pergi ke Godiva Island.
Hubunganku dan Shawn juga semakin baik setiap hari.

Kami lebih banyak menghabiskan waktu bersama meskipun hanya di rumah karna aku juga sudah tau siapa Shawn sebenarnya.

Bukannya ia tidak mau mengenalkanku pada publik tapi ini masih terlalu cepat, dan aku juga tidak begitu menginginkan itu terjadi secepat ini karna aku tau pasti akan banyak paparazi dan wartawan yang akan menguntitku nantinya dan aku belum siap akan hal itu.

Mungkin bagi beberapa orang akan berfikir kalau hubunganku dan Shawn sangatlah tidak seru karna kami hanya dapat bersama di tempat-tempat tertentu, tapi kalian salah.

Aku sangat bahagia karna justru dengan itu malah membuat kami semakin dekat, terkadang ia mengirimkanku pesan agar aku lebih cepat pulang karna ia merindukanku, dan juga sebaliknya karna meskipun kami bertemu di luar kami hanya bisa bersikap layaknya orang yang tidak kenal seperti saat 2 minggu lalu misalnya.

2 minggu lalu Shawn pergi ke Toronto selama 3 hari karna ia diundang oleh beberapa stasiun TV untuk mengisi acara, ia mengajakku namun aku tidak bisa karna harus bekerja juga.

Selama 3 hari itu ia selalu menelponku dengan video call, bahkan ketika ia sampai di New York, ia sempat berkunjung ke cafe hanya karna ia merindukanku dan saat itu aku masih pada jam kerjaku.

Aku masih ingat betul kalau kami berdua terlihat seperti orang bodoh yang hanya saling menatap dari jauh sambil mengirimkan pesan melalui ponsel, berbeda dengan teman-temanku yang sudah mengantri untuk meminta foto bersamanya.

"Hei, ada apa?kenapa senyum-senyum sendiri?"
Tanya Shawn yang baru saja turun menyusulku di living room ini.

"Tidak apa-apa, aku hanya mengingat tingkah bodoh kita saat kau ke cafeku 2 minggu lalu."
Kataku membuatnya sedikit terkekeh lalu menyenderkan bokongnya di sofa living room penthousenya.

Belakangan ini aku memang lebih banyak berada di penthouse Shawn, bukan karena penthousenya jauh lebih bagus dari apartementku tetapi itu semua demi kebaikan kami.

Semenjak kejadian di balkon apartementku, banyak fans Shawn yang selalu memperhatikan gedung apartement itu jika mereka melewatinya dan itu membuat Shawn sangat sulit untuk datang ke apartementku saat ini dan ia selalu memintaku untuk menginap di apartementnya, bahkan hampir setiap hari.

"Apa kau bosan?" Tanya Shawn menarikku ke dalam pelukannya.

"Hmm, tidak." Jawabku sambil menatap Shawn yang sekarang sedang memelukku.

"Maafkan aku, karena aku kita jadi tidak bisa menghabisakan waktu bersama di luar."
Kata-kata Shawn langsung membuatku menakup kedua pipi lelaki di hadapanku itu lalu mencium bibirnya singkat.

"Kau tidak perlu meminta maaf, aku sudah senang asalkan kau bersamaku."
Kataku jujur membuat Shawn tersenyun lalu kembali mencium bibirku.

Kami akhirnya menikmati waktu kami dengan menonton netflix sambil berpelukan di sofa.

"Oh ya, hari Jumat nanti aku memiliki jadwal konser di New York, apa kau mau menemaniku?"
Tanya Shawn membuatku sedikit berfikir.

"Aku tidak tau Shawn, aku harus melihat keadaan cafe dan juga meminta izin pada bibi terlebih dahulu. Tapi sepertinya aku tidak yakin karna semalam Anne terjatuh dan menyebabkan kakinya terkilir, mengingat ini sudah hari selasa kurasa ia masih belum sembuh dan masi dalam cutinya hari jumat nanti."
Jelasku sedikit membuat kekasihnya itu kecewa.

"Baik lah, tapi usahakan agar kau bisa ikut denganku. Okay?"
Tanyanya meminta kepastian itu dan aku hanya menjawabnya dengan anggukkan ku dan kami melanjutkan kebersamaan kami menonton netflix sebelum memutuskan untuk tidur.

---------------------------

Pagi ini Candice sedang membersihkan meja di cafe bersama dengan Natalie.

Biasa anak ini selalu menempel dengan Miranda namun karna hari ini adalah jadwal libur Miranda maka mau tak mau ia harus menempel denganku karna sebenarnya Natalie ini sangat suka sekali berbincang contohnya saja sekarang ia sedang membicarakan perihal konser Shawn dua hari lagi.

"Kalau aku yang pergi ke konser itu, aku akan bernyanyi yang keras agar Shawn mendengarku." Kata Natalie membuat Candice sedikit tertawa.

Bagaimana bisa Shawn mendengar suaranya kalau penontonnya saja sudah beribu-ribu orang.
Batin Candice merutuki kata-kata Natalie.

Krincing...
Krincing...

Kedua wanita itu langsung menatap ke arah pintu cafe yang terbuka karna tidak seharusnya ada pelanggan yang datang sepagi ini, bahkan cafe saja belum bukan.

"Anne?!" Panggil kedua wanita itu bersamaan.

"Hei, ada apa dengan kalian?seperti melihat hantu."
Protes Anne menaikkan sebelah alisnya dan menyunggingkan senyumnya itu.

"Anne?kenapa kau datang?"
Tanya Lyla yang baru saja keluar dari dapur dan membuat yang lainnya ikut menatap ke arah Anne.

"Tentu saja bekerja, maaf aku telat."
Anne kembali menyunggingkan senyumnya.

"Sudah ku bilang untuk istirahat di rumah dulu, kau tidak perlu kahwatir aku akan memotong gaj..."
Kata Lyla mengomel dengan nada kahwatirnya namun dengan cepat Anne menyelahnya.

"Bukan masalah itu bi, aku bosan di rumah. Lagi pula aku sudah jauh lebih baik." Katanya lalu menunjukkan kakinya.

"Nenekku memberikan jahe di kakiku sejak hari pertam aku terkilir, dan kurasa itu bekerja dengan baik."
Lanjutnya membuat yang lain ikut memperhatikan kakinya yang memang sudah tidak bengkak itu.

Setelah menjelaskan semua akhirnya Anne memutuskan untuk segera menyimpan tasnya di tempat penyimpanan.

"Sini biar ku bantu." Kata Candice ingin memapah Anne.

"Heiiii... kakiku tidak apa, bahkan aku sudah bisa berjalan normal." Protes Anne lalu sedikit tertawa.

"Hanya tersisa sedikit sakitnya."
Tambahnya membuat Candice mengangguk lalu semuanya kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

Seperti biasa cafe akan selalu ramai di saat jam makan siang berlangsung membuat Candice dan teman-temannya sedikit lebih sibuk bahkan setelah lewat jam makan siang selesai pun seperti sekarang mereka tetap sibuk karna masih harus membersihkan cafe.

"Heyho!!"
Sapa seseorang yang tiba-tiba muncul dari pintu.

"Tifanny!" Kata Natalie lalu memeluk anak itu, ya Natalie memang dekat dengan Tifanny juga selain Miranda, sebenarnya dia memang dekat dengan semua orang, hanya saja Tifanny lebih kekanakan jadi memang lebih dekat dengan Natalie dan Miranda yang juga masih sedikit kekanakan terkadang.

"Kenapa kau datang secepat ini?"
Tanya Anne.

"Eh Anne!! Kakimu bagaimana? Sudah sembuh? Biar ku lihat." Kata Tifanny langsung berlari ke arah Anne dan memandangi kakinya dengan teliti.

"Hei, aku sudah tidak apa. Jadi apa kau tidak mau menjawab pertanyaanku?"
Protes Anne membuat Tifanny sedikit tergelak.

"Oh itu, aku baru selesai ujian semester jadi sekarang aku libur. Pekerjaanku di rumah sudah selesai, lagi pula ibuku sudah sehat jadi aku memutuskan untuk ke sini saja."
Katanya dengan senyuman sumirganya.

"Oh ya, mulai besok aku juga akan lebih cepat datang." Tambahnya.

"Jadi apa kau mengharpkan tambahan gaji ya?" Sahut Bob yang sedang menyusun kue di dalam lemari kaca.

"Oh tenang saja, aku ikhlas. Hanya saja kau dan Martin harus membuatkanku pancake dan donat untuk sarapanku."
Jawab Tifanny lalu mengedipkan sebelah matanya.

"Itu namanya tidak ikhlas!" Protes Bob membuat semuanya tertawa.

Kalau seperti ini aku bisa meminta ijin cuti setengah hari untuk konser Shawn.
Batin Candice.

Trouble With SuperstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang