Sepuluh (Dhani Pov)

1.7K 109 2
                                    

"Selain menjamin hak-hak wanita, Islam pun menjaga kaum wanita dari segala hal yang dapat menodai kehormatannya, menjatuhkan wibawa dan merendahkan martabatnya. Bagai mutiara yang mahal harganya, Islam menempatkannya sebagai makhluk yang mulia yang harus dijaga."

"Atas dasar inilah kemudian sejumlah aturan ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Dan agar berikutnya, kaum wanita dapat menjalankan peran strategisnya sebagai pendidik umat generasi mendatang."

"Muhammad Thâhir 'Asyûr rahimahullah berkata, "Agama Islam sangat memperhatikan kebaikan urusan wanita. Bagaimana tidak, karena wanita adalah setengah dari jenis manusia, pendidik pertama dalam pendidikan jiwa sebelum yang lainnya, pendidikan yang berorientasi pada akal agar ia tidak terpengaruh dengan segala pengaruh buruk, dan juga hati agar ia tidak dimasuki pengaruh setan," jelas saya.

Hari ini saya ada jadwal mengisi kajian di Bandung, ya, ini kegiatan saya sehari-hari.

Dari umur umur 15 tahun saya berada dimesir, tinggal dengan Paman saya yang sedang kuliah di Kairo, Paman menikah dengan orang mesir, jadi dia tinggal disana. Tidak jarang juga Paman dan istrinya pulang ke Indonesia.

2 tahun saya ikut pesantren disini waktu SMP, tapi kata Abi saya harus ikut Paman, melanjutkan sekolah disana, selesai sekolah saya melanjutkan kuliah, mengambil fakultas bahasa arab jurusan sejarah diUniversitas Al-Azhar.

Mesir adalah negara yang cocok untuk menuntut ilmu, salah satunya faktor lingkungan yang sangat mendukung untuk belajar, karena mayoritas teman-teman yang merantau di sini niatanya untuk menimba ilmu di Al-Azhar. Di samping itu, mahasiswa asing yang terbesar di belahan dunia semua berkumpul di Mesir.

Dhaniyal Asshauqi yang artinya anak laki-laki yang penuh kasih sayang kata Umi, saya sering dipanggil Dhani, diumur saya yang ke 25 ini, saya sudah ada target untuk menikah. Saya belum pernah merasakan apa itu pacaran, karena dari kecil yang saya fikirkan adalah belajar, belajar, dan belajar. Lagian, apa yang patut dibanggakan dengan pacaran sebelum halal?

Islam memuliakan wanita, jika ada jalan yang Allah ridhai dengan menikah, kenapa harus pilih jalan yang Allah murkai, pacaran sebelum halal? Terlalu banyak zina.

Saya teringat, waktu itu saya baru pulang dari rumah Nenek saya, yang dijemput Adik saya diterminal. Saya kira Maya sendirian, tapi dia membawa temannya.

Keyra.
Ya, dia, gadis cantik dengan khimar panjangnya. Saya selalu suka ketika dia salah tingkah karena ulah saya. Tingginya yang hanya sebatas bahu saya membuat saya ingin mendekapnya.

Keyra sering main kerumah, sesekali membawa kue buatan Bundanya. Saya belum tau bagaimana Ayah dan Bundanya. Sepulang dari sini, saya akan menanyakan lebih jauh tentang Keyra ke adik saya.

                    🍃🍃🍃

"Assalamualaikum, masyaa Allah baru keliatan, apa kabar antum?" Saya sedang bejalan keluar dari masjid, tersenyum melihat teman Abi saya, saya langsung menyalami tangannya.

"Waalaikumussalam, Ustadz. Iya ana udah beberapa minggu yang lalu disini. Kabar ana baik, Ustadz apa kabar?"

"Alhamdulillah baik, gimana mesir?"

"Ya, selalu indah dengan sungai Nil nya," kata saya tersenyum.

Teman Abi saya mengangguk-anggukan kepala. Ustadz Riziq memang tinggal di Bandung, setelah selesai kajian saya tidak langsung pulang, saya shalat ashar terlebih dahulu dan dilanjut dengan wirid. Setelah beberapa menit mengobrol dengan Ustadz Riziq, saya memutuskan untuk pulang.

Setelah 3 jam diperjalanan, akhirnya saya sampai dirumah.

"Assalamualaikum," salam saya sambil membuka pintu.

Umi menjawab salam saya, saya melihat wanita paruh baya yang tetap cantik meski sudah tidak lagi muda. Saya menyalami tangannya.

"Sudah shalat maghrib, Bang?"

"Sudah, Umi, pas pulang tadi mampir dulu dimasjid pinggir jalan. Abi sama Maya mana, Um?"

"Abi masih dimasjid, belum pulang, kalo adik kamu ya dikamar" kata Umi. Aku menganggukan kepala.

"Dhani kekamar dulu ya, Um, ganti baju."

"Iya, kalo mau makan, Umi udah masakin masakan kesukaan kamu."

Saya tersenyum lebar, bagaimana saya tidak jatuh cinta dengan cinta pertama saya? Umi sangat perhatian, bahkan ketika saya diMesir, Umi menelfon saya sehari tiga kali, sudah seperti minum obat.

"Makasih Umi," kata saya. Lalu berjalan menuju kamar. Kamar saya yang bersebelahan dengan Maya, membuat saya menghampiri kamarnya.

"Dek?" Panggil saya sambil mengetuk pintu.

Tidak berapa lama pintu terbuka, saya melihat adik saya yang masih mengenakan mukenah dengan mushaf ditangannya.

"Iya, Bang?"

"Abang mau bicara sama kamu," kata saya. Saya berniat menanyakan Keyra.

Maya mengerutkan keningnya, tapi dia mengangguk juga. Dia berjalan masuk kekamar, saya mengikutinya, lalu duduk dikasur.

Maya menaruh mushaf dilaci, "Mau bicara apa, Bang? Soal Rifaldi, ya?" Maya kini sudah duduk disamping saya.

Saya menggeleng, "Tentang Keyra."

"Keyra kenapa, Bang?"

"Abang mau nanya, nih, menurut kamu Keyra orangnya gimana?" Saya menanyakan itu dengan jantung yang sudah berdetak dengan cepat, Maya memicingkan matanya, menatap saya menyelidik.

"Jangan-jangan Abang suka ya sama Keyra?"

Saya menghendikkan bahu, "Tinggal jawab aja pertanyaan Abang, May."

Maya mendengus kecil yang membuat saya terkekeh, "Menurut Maya sih, Keyra itu orangnya baik, dibanding Maya dia itu lebih dewasa walaupun umur kita sama, dan Keyra anak satu-satunya nggak jadiin dia punya sifat yang manja."

Maya mengambil nafas sejenak, "Yang Maya tau, Keyra itu orang nya tegar, terus juga dia rajin ikut kajian. Keyra dari dulu udah pengen kerja, tapi ya gitu, orang tuanya belum ngizinin, jadi dia dirumah bantu-bantu Bundanya aja."

"Orang tua Keyra gimana, Dek?" Tanya saya.

"Kalo Ayahnya sih, jarang dirumah, kerja soalnya. Ayah Keyra itu orangnya tegas banget, Bang. Terus juga keras kepala menurut Maya, ya Maya juga denger ini dari Keyra, sih. Tapi Keyra sangat mengagumi Ayahnya."

Saya mengangguk paham. Entahlah, baru beberapa hari saya kenal dengan Keyra, tapi seolah ada sesuatu yang menarik saya jatuh kedalam pesona Keyra.

"Abang lagi kenapa, sih? Abang suka 'kan sama Keyra," tuduh adik saya.

"Diem, Dek. Lanjut cerita."

Saya mendengarkan cerita Maya tentang Keyra, Keyra yang waktu SMA sering dapat surat dari cowok tapi tidak dia respon, sifat Keyra yang kadang suka menyendiri, saya mendengarkan cerita sampai adzan Isya berkumandang, lalu bergegas menuju kamar, mengganti baju, kemudian pergi kemasjid.

Keyra...
Mendengar cerita hidup kamu saya semakin yakin, ingin menjadi bagian dalam hidup kamu.

Allah.
Semoga dia yang selama ini adalah jawaban dari doa saya, kuatkan tekad saya untuk menjemput tulang rusuk saya. Mantapkan hati saya, bahwa dia adalah yang selama ini saya tunggu untuk bersama menggapai ridha-Mu.

                         ***

Waiting For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang