18. A Trick?

4.9K 511 50
                                    

Hidup dan mati seseorang memanglah takdir Sang pencipta, namun terkadang Tuhan menjadikan manusia sebagai perantara nya sehingga tanpa sadar ada pihak yang merasa dirugikan dan menganggap hal itu sebagai rencana manusia.

Seperti halnya yang Taehyung lakukan beberapa waktu lalu. Tanpa sepengetahuannya ternyata Kwangsoo telah meregang nyawa tiga hari setelah ia menembakkan obat pelumpuh saraf. Cairan itu terlalu keras untuk tubuh renta seperti Jang Kwangsoo. Niatnya hanya ingin membalas perbuatan pria tua itu, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Sudah saatnya Kwangsoo pensiun jadi penghuni di dunia yang tak kekal ini.

Saat ini mungkin Taehyung dan adiknya bisa tertawa ria tanpa beban, namun mereka tidak tahu apa yang akan mereka hadapi kedepan.
Hari hari mereka saat ini terlalu tenang, seolah tak akan terjadi peperangan.

.....

Taehyung yang saat itu tengah duduk bersantai sembari menegak segelas kopi di ruang tengah harus terlonjak kaget ketika tiba tiba sang adik datang sembari membawa setumpuk makanan ringan seperti keripik kentang, kacang, dan sebangsanya, tak lupa pula ia membawa tiga botol susu pisang kesukaannya.

"Ya, siapa yang menyuruhmu keluar kamar? Dan apa-apaan itu? Kau berani melepas infusmu? Kim Jungkook, jadilah adik yang penurut sekali saja, astagaa" keluar sudah jiwa protective Taehyung yang telah lama terpendam.

Jungkook mengendikkan bahunya tak ingin menanggapi ucapan kakaknya, pemuda manis itu malah memposisikan diri berbaring di paha kakaknya.
"Hyung meninggalkanku di kamar sendiri, dan aku bosan. Jimin hyung juga tidak bisa kuajak kemari karena sedang bekerja. Dan kau juga tidak mengizinkan ku keluar kamar, berniat membuatku depresi, eoh?" Jungkook berucap dengan mulut penuh keripik kentang, tak tahu jika sedari tadi kakaknya menatapnya gemas kala kedua sisi bibir itu mengunyah dan mengomel disaat bersamaan, itu sungguh menggemaskan ketika adiknya memanyun-manyunkan bibir tipisnya.

"Lagipula hyung juga kenapa tidak bekerja? Kalau dipecat bagaimana? Aku mau diberi makan apa? Memang hyung bisa memenuhi stok susu pisang ku setiap harinya?" lanjut si manis tanpa menatap Taehyung.

Yang lebih tua menghela napas panjang sebelum meletakkan berita harian yang terpajang didalam koran yang ia baca tadi. Tangannya bergerak bermain di sela sela rambut legam Jungkook.
"Aku mengambil cuti. Jangan pikirkan tentang pekerjaan karena kakakmu ini terlalu berharga untuk dibuang. Sekali pun aku di pecat, akan mudah untuk mencari pekerjaan lain karena kau tahu sendiri bahwa Kim Taehyung adalah orang yang genius" pujinya pada diri sendiri sehingga Jungkook mencebikkan bibirnya tak habis pikir.

"Oh, kalau begitu kenapa hyung tidak jadi direktur saja? Banyak uang, bisa menggaji karyawan"

"Jadi pimpinan besar suatu perusahaan itu berat, selain karena tanggungan bebannya, pasti juga banyak musuh yabg akan bermunculan. Cukup sudah aku berurusan dengan masa laluku, satu musuh saja bisa membuat keadaan runyam dan hampir membuatmu meregang nyawa, apalagi jika lebih"

"Kau khawatir padaku, hyung?" goda Jungkook sambil mendongakkan wajahnya dengan pupil mata yang melebar menggemaskan.

Tak tahan dengan ulah si manis, Taehyung akhirnya mengapit kedua pipi gembul itu dengan kedua tangan besarnya sehingga Jungkook sukses monyong imut.
"Arghh.., imutnyaaaaaaa"

"Hyungie...! Lepaskan aku. Ya!-.."

Ucapan Jungkook terpotong ketika terdengar jelas suara bel pintu yang ditekan secara terburu. Pemuda manis itu sontak bangkit dari posisi tidurnya.

[✔] UNTOUCHABLE || Brothership Where stories live. Discover now