23. Last Part

8.9K 563 191
                                    

Katakanlah semua berjalan lancar. Katakanlah ini akhir yang bahagia walau nyatanya ada kesedihan yang meradang. Natal kali ini membawa kesedihan bagi semua orang. Kepergian si bungsu bagaikan tombak menikam yang dapat hantarkan kematian. Si manis yang menggemaskan rela berkorban demi keselamatan seseorang.

3 hari setelah 4 jam lamanya berada dalam ketegangan di ruang operasi, akhirnya Kim Taehyung tersadar dengan di suguhi isak tangis semua orang. Tangis bahagia namun juga tangis penuh duka, membuatnya dirundung gelisah tanpa alasan.

"Jimin, dimana Kookie?" baru satu kalimat memang yang keluar, tapi kalimat itu membuat lidah mereka terasa kelu.

Partanyaan itu sukses membuat tangis Jimin semakin tak terkendali. Seokjin tahu bahwa Jimin tak akan mampu mejawab Taehyung, ia harus turun tangan.

Sebelah tangannya Seokjin usapkan pada surai caramel Taehyung dengan begitu lembut, membuat Taehyung sedikit terbuai akan kenyamanan itu. Namun hatinya yang tak tenang menginginkan seseorang.

"Taehyung, sejauh apapun Jungkook pergi, kau tahu bukan bahwa ia tak pernah benar benar meninggalkan mu?"
Taehyung sukses dibuat melompong.

"Pergi? Apa dia bekerja bersama Min Yoongi?" Seokjin menggeleng dengan setetes air mata yang turun tanpa komando.

"Min Yoongi menutup kedainya untuk sementara waktu. Tiga hari belakangan dia terus berada di rumah duka"

"Siapa yang meninggal, hyung? Apa adikku juga disana?" lalu setelahnya Jimin berlalu pergi dengan derai air mata yang menganak sungai. Seokjin tahu betul bagaimana hancurnya perasaan Jimin saat ini, dirinya pun juga sama, hanya mencoba lebih kuat untuk orang orang di sekitarnya.

Taehyung menatap kepergian Jimin dengan bingung, ia meminta penjelasan pada Seokjin yang masih setiap disana.

"Adikmu juga ada disana, Tae. Dia telah menjadi sumber tangis semua orang selama tiga hari terakhir. Maafkan aku, tapi tolong relakan dia"

Refleks saja Taehyung terbangun hingga posisinya menjadi duduk walau sedikit kepayahan. Matanya mulai berair memikirkan hal yang tidak tidak.
"Hyung! Jangan berbelit! Katakan apa maksudmu?!"

"Akibat kecelakaan yang kau alami saat itu, kau memerlukan donor jantung, Tae, dan jantung yang ada dalam tubuhmu sekarang adalah milik Jungkook. Maafkan aku, sungguh maafkan aku. Kami para dokter tidak bisa berbuat banyak, ada dua nyawa yang harus diselamatkan, namun Jungkook memilih untuk berkorban, dia kecelakaan usai mendengar kabar tentangmu" Seokjin sunggu tak ingin basa basi, kematian Jungkook memang menyakitkan, tapi akan lebih menyakitkan lagi ketika kebenaran itu terbalut kebohongan.

Taehyung menarik jas putih Seokjin yang tak kuasa lagi menahan isakannya. Air mata Taehyung pun sudah menganak sungai, jarum infus terlepas dari tangannya begitu saja hingga darah mengalir dari punggung tangannya yang terluka.

"Beraninya kau! Siapa yang menyuruhmu untuk melakukan operasi padaku jika pendonornya adalah adikku sendiri?! Dimana otakmu?! Kau pikir aku akan berterimakasih, begitu?!"

Seokjin hanya bisa menunduk, membiarkan Taehyung meluapkan amarah padanya.
Dan tanpa aba-aba, pemuda itu turun dari ranjang, melesat kekuar tanpa peduli kondisi atau alas kaki. Seokjin tak bisa menghentikannya, ia jatuh terduduk di lantai rumah sakit dengan berjuta penyesalan.

Begitu ia keluar dari ruang rawatnya, yang ia dapati adalah Jimin yang terduduk menangis di sudut dinding. Ia menghampirinya hanya untuk bertanya perihal sang adik.

"K-Kim Tae?"

"Dimana adikku?" suara dengan nada rendah itu sumpah mati tak pernah ingin Jimin dengar. Taehyung marah, dan ini adalah hal yang tidak baik. Ia meremat kedua bahu Jimin agar menatapnya
"Kumohon, Jimin! Aku yakin kau tahu dimana adikku berada!"

[✔] UNTOUCHABLE || Brothership Where stories live. Discover now