Nur : Lanjutan 2

8.9K 392 1
                                    

Untungnya, Bima langsung menengahi insiden itu. Membuat pak Prabu kembali menjadi pak Prabu yang sebelumnya. Namun, Nur seakan tahu, ia tidak sanggup lagi mengikuti kegiatan keliling desa ini. Maka ia, ijin pamit untuk kembali ke penginapan. Untungnya, pak Prabu mengijinkanya.

Bima menawarkan diri untuk mengantar Nur, dan pak Prabu sekali lagi mengijikan. Semua anak melanjutkan tour mereka bersama pak Prabu. Sementara Nur dan Bima, berjalan kembali ke area rumah tempat mereka menginap.

"onok opo Nur? setan maneh?"
(ada apa Nur? ada hantu lagi?)

Dari semua anak, memang tidak ada yang lebih mengenal Nur daripada si Bima, temannya bahkan saat mondok dulu. Nur hanya tersenyum kecut, menjawab seadanya. Bila mungkin kesehatannya sudah menurun. Namun Bima tahu, Nur berbohong.

"nang kuburan mau, rame ya"
(di pemakaman tadi, rame ya)
ucapan Bima tidak di gubris sama sekali dengan Nur, sehingga Bima akhirnya menyerah.

Di tengah perjalanan pulang itu, tiba-tiba Bima menanyakan sesuatu yang membuat Nur menaruh curiga pada Bima.

"Nur, aku takok. Widya wes nduwe pacar rung?"
(Nur, Widya itu sudah punya pacar apa belum sih?)

"piye?" (gimana?) tanya Nur lagi.

"kancamu" (temanmu)
"Widya loh, wes onok pacar opo durung?" (Widya loh, sudah punya pacar apa belum?)
"takono dewe ae yo"
(tanyakan sendiri saja ya) Nur tahu, Bima suka kepada Widya hari itu.

Nur yang menghabiskan sebagian siangnya di dalam kamar, terbangun ketika Ayu memanggilnya. Semua anak sudah berkumpul dan Ayu menunjukkan proposal proker mana saja yang sudah di setujui pak Prabu. Dimana Ayu, membagi menjadi 3 kelompok, terlepas dari 1 proker kelompok.

Widya dengan Wahyu, Nur dengan Anton, sementara Bima dengan Ayu. Semua anak sepakat, tidak ada yang komentar banyak. Mengingat, Ayu yang paling berjasa sehingga bisa mendapatkan tempat KKN tanpa campur tangan pihak kampus. Lusa, adalah awal dari persiapan proker mereka.

Sore datang, ketika Nur baru saja selesai merapikan barangnya untuk persiapan proker kelompok, Widya masuk ke kamar.

"Nur, ados yok" (Nur, mandi yuk)

"nang ndi?" (dimana?) tanya Nur.

"nang Bilik sebelah kali, cidek Sinden kui loh, eroh kan awakmu, kolam cilik"
(di bilik sebelahnya sungai, ada sebuah bilik kecil, tahu kan, yang bangunanya kaya kolam itu loh) Nur tidak menjawab.

Namun setelah memikirkan, bahwa ia belum membasuh badanya sejak pertama kali datang kesini, ia pun setuju. Dengan syarat, Nur mau menjadi yang pertama mandi.

Saat melewati Sinden, Nur sudah merasakan perasaan tidak nyaman. Sinden itu terdiri dari anak tangga yang di susun dengan batu bata merah. Tampaknya bangunannya sudah sangat tua, ada air jernih di dalamnya. Namun,  Nur tidak pernah melihat ada yang menggunakan air itu.

Selain itu, fokus Nur tentu pada bentuk menyerupai candi kecil di belakangnya dan di pelataran candi. Ada sesajen, hal yang sudah lumrah di tempat ini. Hanya saja, Nur tidak melihat adanya gangguan saat ia mengamati Sinden itu.

Sampailah mereka di bilik, yang di belakangnya ada pohon besar, pohonya rindang dengan rimbun semak di samping Bilik. Widya memberitahu Nur, bila di dalamnya ada kendi besar yang sudah di isi oleh warga dari sungai dan memang untuk mandi anak-anak KKN.

Baru masuk, Nur langsung mencium aroma amis, seperti aroma daging busuk, namun Nur mencoba mengerti, mengingat Biliknya sendiri tidak terlihat seperti kamar mandi yang bersih, lantainya dari tanah. Sedangkan kiri-kanan di penuhi lumut, jadi Nur mencoba memaklumi.

KKN Desa PenariWhere stories live. Discover now