Nur : Lanjutan 4

7.2K 376 4
                                    

Sejak insiden itu, Ayu menghindari Nur, terlebih Bima apalagi. Meski begitu, tidak ada yang nampak bahwa mereka sedang memiliki urusan. Widya, Wahyu dan Anton pun, di buat tidak sadar, bahwa ada permasalah internal pada kelompok KKN mereka. Nur bingung, tidak ada yang bisa
untuk di ajak berbagi kecuali, mbah Buyut. Namun, ia tidak tahu dimana beliau tinggal, pun Nur sudah mencoba mengelilingi desa, tak di temui sosok lelaki tua itu. Sehingga akhirnya, Nur berinisiatif menyelesaikan ini sendiri. Ia menemui Bima sore itu, mengajaknya ke tepi sungai.

"ceritakno sing gak isok mok ceritakne nang ngarep'e Ayu"
(ceritakan yang gak bisa kamu ceritakan didepan Ayu)

Bima tampak menimbang apakah dia harus bicara atau tidak sampai akhirnya ia menyerah dan mengatakanya.

"aku khilaf Nur" kata Bima.
"cah iki, pancet ae" (benar-benar ya)

"gak, gak iku. aku pancen khilaf wes ngunu ambek ayu, tapi aku luweh khilaf, wes nyobak-nyobak melet Widya"
(bukan. bukan itu, aku memang khilaf sudah melakukan itu sama Ayu, tapi aku lebih khilaf sudah mencoba membuat Widya suka sama aku)

"maksude?" tanya Nur penasaran.

"nang nggon sing mok parani, iku onok sing jogo, arek wedok ayu, jeneng'e dawuh"
(di tempat yang kamu datangi ada penjaganya, seorang perempuan cantik, namanya dawuh)

"Jin..." tanya Nur.

"gak. menungso" (tidak. manusia)
"mosok onok, iku ngunu jin"
(mana ada, itu jin)

Terjadi perdebatan sengit antara Nur dengan Bima. Dengan bersikeras Bima mengatakan yang ia temui seorang perempuan warga desa ini. Namun, Nur membantah, tidak ada yang tinggal disana. Lagipula tempat itu di larang sejak awal. Namun, Bima terus menolak sampai tanpa sengaja menampar Nur, hingga terseok di tepi sungai. Nur pun menghujani Bima dengan batu. Seakan-akan kepala Bima sudah tidak beres, sampai akhirnya Bima mengatakan :

"arek iku, wes ngekek'i aku, Kawaturih kanggo Widya, jarene iku jimat ben aku ambek arek'e di persatuno"
(perempuan itu, sudah memberiku semacam mahkota putih yang ada di lenganya yang katanya, itu bisa membuat Widya selalu nempel sama aku)

Nur yang mendengar itu, semakin tersulut.

"goblok yo koen, gorong 4 tahun, wes rusak utekmu, syirik koen Bim"
(bodoh ternyata kamu ya, belum 4 tahun sudah rusak isi kepalamu, yang kamu lakukan itu menyekutukan Bim)

"nang ndi barang iku sak iki?"
(dimana sekarang barang itu?) tanya Nur.

"di gowo Ayu, nek jarene, wes ilang" (dibawa oleh Ayu, katanya, sudah hilang)

"aku gak ngurus Bim, balekno barang gak bener iku, awakmu gak paham ambek kelakuanmu, iku ngunu isok gowo balak"
(aku tidak perduli, gimana caranya, kembalikan barang itu, kamu gak mengerti, perbuatanmu, bisa mendatangkan malapetaka)

Nur pergi. Sekarang, ia tahu harus kemana. menemui Ayu.
Nur baru saja bertemu dengan Ayu setelah keluar dari rumah pak Prabu. Nur tidak mengerti apa yang barusaja dia lakukan.

"lapo koen?" (ngapain kamu)
Ayu mencoba menahan malu, setiap kali melihat Nur. Mata Ayu seperti meratap atas apa yang sudah ia perbuat dan itu fatal.

"gak popo Nur, tak cepetno, ben proker'e arek -arek cepet mari, mari iku ayo balik, pokok'e fokus KKN kabeh yo" (gak papa Nur, aku percepat urusanya, biar anak-anak semuanya bisa fokus garap proker mereka, kita juga harus kembali, intinya fokus dulu sama KKN ya)

"aku pengen ngomong yu, soal"
(aku mau ngomong yu, soal) kata Nur yang terhenti. Melihat Anton mendekat, nafasnya terengah-engah.

KKN Desa PenariWhere stories live. Discover now