Part 1

15.4K 392 4
                                    

Olivia Pov

Aku berlari di padang rumput. Melewati ilalang yang tingginya hampir sama denganku. Terus berlari dan berlari. Rambutku teruntai diterpa angin yang menembus wajahku dan menusuk tubuhku, merasakan betapa dinginnya udara ditempat yang tidak aku kenal ini.

Aku berhenti. Aku melihat seorang pria tinggi yang berdiri lima langkah didepanku, memunggungiku. Sinar matahari terpancar dari langit. Memancar pria tersebut seakan dia sedang berada diatas panggung pertunjukan. Pria tersebut mulai perlahan membalikan badannya padaku, tak sabar aku ingin melihat parasnya. Hidungnya begitu mancung. Aku dapat melihat warna matanya yang berwarna biru. Silauan matahari membuatku sulit untuk melihat seluruh wajahnya. Tapi membayangkannya membuatku yakin jika dia adalah pria tampan.

Aku melihat bibirnya bergerak seperti mengatakan sesuatu tapi aku tidak dapat mendengar apa yang dikatakannya dan mencoba untuk membaca apa yang dikatakan olehnya.

"Olivia..."

Dia memanggil namaku?

"Olivia! Bangun!"

Aku segera membuka mataku dan melihat sekeliling. Aku berada dikamarku sejak tadi, berbaring ditempat tidurku dan memejamkan mataku. Tertidur.

"Olivia, tidakkah kau pergi sekolah? Kau sudah terlambat lihatlah jam sudah pukul 8" ujar ibuku yang masuk ke dalam kamarku dan membangunkanku. Dia sedang membangunkanku? Ada apa dengannya datang ke kamarku dan membangunku tidak seperti biasanya. Dia selalu berangkat pagi untuk bekerja lalu sekarang dia berada dikamarku dan membangunkanku.

"Aku akan mengantarmu sekolah dan ingin membicarakan sesuatu" ucap ibuku setelah itu melangkahkan kakinya keluar dari kamarku. Lebih aneh lagi dia mengatakan akan mengantarku ke sekolah? Yang benar saja. Aku sudah berada ditingkat akhir senior, umurku sudah 18 tahun dan ibuku mengatakan dia akan mengantarku?.

Sebelum semakin telat, aku segera membersihkan tubuhku kemudian mengganti pakaianku. Mengenakan kemeja putih polos dan rok berwarna hitam, aku mengenakan dasiku kemudian menyelimuti diriku dengan blazer abu-abu aku berjalan keluar dari kamar.

Selama sarapan tidak ada kata yang keluar. Sunyi. Aku tidak ingin memulai percakapan dengan bertanya apa yang ingin dibicarakannya. Aku hanya akan menunggu ibuku mengatakan sesuatu lebih dulu.

"Mama tunggu dimobil" ujarnya mengambil tas diatas meja kemudian melangkahkan kakinya keluar. Aku meletakkan piring makanku di tempat pencuci piring kemudian menyusul ibuku yang sudah berada didalam mobil. Menyalakan mesin dan siap untuk berangkat.

Aku duduk dikursi penumpang disampingnya. Mobilpun melaju tanpa ada sepatah katapun dari kami.

"Kau tau aku ingin mengatakan sesuatu padamu, dan aku harap kau dapat membuka pikiranmu tentang ini" ujar Ibuku. Aku hanya terdiam menunggu dia melanjutkan kalimatnya.

"Aku memiliki kenalan seseorang yang sangat baik padaku, benar-benar baik dan menghargaiku. Sulit bagiku menemukan seseorang seperti dia, karna statusku sebagai ibu tunggal." Ujar ibuku terdengar kegugupan dari suaranya, begitu juga denganku yang mulai merasa takut dengan apa yang akan ia katakan selanjutnya.

"Dan, semalam dia melamarku" ucap ibuku. Aku menoleh padanya dengan tatapan terkejut. Benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja ibuku katakan.

"Aku tau, aku salah tidak pernah menceritakan ini padamu karna kau tidak pernah suka dengan teman-temanku sebelumnya" ucap ibuku menoleh padaku, ia menyadari dan memahami keterkejutanku.

"Exactly. Kau menerima lamaran darinya itu?"

Well, aku tau ibuku masih sangat muda. Dia melahirkanku pada usia 16 tahun, merawatku seorang diri tanpa suami. Dan aku tidak pernah mengetahui siapa ayahku, dia tidak pernah mengatakannya padaku selain mengatakan jika ayahku sudah meninggal dan aku tidak akan mempercayai hal itu.

Wrong : Our Little SecretKde žijí příběhy. Začni objevovat