Part 17

2.9K 155 2
                                    

Olivia Pov

Waktu terus berlalu, berjalan sangat cepat tanpa aku menyadari jika pertunjukanku akan diadakan 2 hari lagi. Setelah pertunjukan hari itu aku akan mengikuti ujian akhir sekolah. Ya, menunggu hari kelulusanku.

Semua berjalan sangat cepat tanpa aku sadari sudah 1 bulan aku berada didalam rumah Dexter. Tinggal bersamanya dan semakin hari perasaanku padanya terus bertumbuh. Bertemu dengannya dimalam hari sebelum tidur didalam ruang kerjanya menjadikan salah satu rutinitas baruku selama seminggu ini.

Tidak ada yang tahu tentang aku dengannya, tidak ada yang mengganggu, tidak ada yang bertanya. Semua tersimpan dengan rapat hanya antara aku dan Dexter. Aku sangat ingin memberitahu semua orang jika aku adalah miliknya dan aku mengingkannya menjadi milikku. Namun, aku tau itu tidak akan bisa aku lakukan. Dan aku merasa bahagia dengan apa yang kita lakukan saat ini.

Merasa nyaman memiliki dunia ini seperti hanya milik kita berdua. Aku menyukainya dan semakin menyukainya saat semakin dekat dengannya.

"Pertunjukanku 2 hari lagi dan aku sangat gugup.." ucapku yang menyandarkan punggungku padanya dadanya, duduk diantara kedua kaki Dexter.

Kami berada di rumah kacaku, rumah yang menjadi tempat untuk kita berdua. Menjadikan bunga-bunga dan pohon besar yang disandari okeh Dexter ini menjadi saksinya.

Hari ini, Dexter memilih untuk menemuiku sebelum ia menjemput Magnolia dan pulang bersamanya. Dan aku disini akan pulang bersama Mr. fabian saat menjemputku nanti.

"Kau akan melakukannya dengan baik, you're amazing Olivia" ucap Dexter memainkana rambutku dengan jarinya.

Aku mengangkat kepalaku menatap mata birunya yang bersinar cerah.

"Kau harus datang, aku tidak yakin bisa berhasil jika aku tidak melihatmu disana" ucapku menghadapnya dan memeluk pinggangnya.

"I will, aku akan datang" ujar Dexter menyentuh pipiku dengan punggung tangannya, mengelus wajahku. Senyuman muncul diwajahku. Aku merasa sangat nyaman saat aku menari didepan Dexter.

Semua rasa gugup dan ketakutanku akan salah gerakan hilang ketika melihat Dexter berdiri memandangiku dengan mata birunya yang indah.

"Setelah pertunjukan, mungkin ada makan malam dirumahku. You know, orang tuaku baru memiliki waktu dan ingin bertemu dengan ibumu dan dirimu" ucap Dexter menghilangkan senyumanku padanya.

"Ya, lebih tepatnya mereka ingin bertemu dengan ibuku dan membicarakan tentang pernikahan kalian" ucapku melepaskan tanganku dari pinggang Dexter. Aku kembali menghadap kedepan tidak ingin melihat ekspresi dari wajah Dexter sekarang.

"Kita berjanji untuk tidak membicarakan hal semacam itu, tidak membahasnya" ucap Dexter. Aku kembali menoleh padanya, menatap matanya yang menatapku kecewa. Well, aku lebih kecewa padanya mengingatkanku akan posisiku.

"Yeah, right" Aku berdiri, namun tangan besar Dexter kembali menarikku untuk duduk bersamanya.

"Jangan marah denganku" ucap Dexter mengencangkan pelukannya pada pinggangku. Aku merasakan nafas hangatnya yang berada di leherku.

"Aku tidak marah" ucapku.

"Tidak, kau marah padaku."

"Tidak"

"Mengapa kau tidak mengatakan iya saja jika kau marah padaku?" Ucap Dexter memegang daguku dan membuatku menatap padanya.

"Karena aku memang tidak marah padamu, aku marah dengan diriku sendiri" ucapku.

"Tell me" ucap Dexter dengan lembut. Mau bagaimana pun dia akan memaksaku untuk mengatakan apa yang ingin dia dengar.

"Entahlah, aku merasa aku baru menyadari apa yang aku lakukan tidak benar" ucapku terus menundukan kepala, tapi Dexter tidak membiarkanku tidak menatapnya. Ia mengangkat daguku dan membuatku terus menatap matanya.

Wrong : Our Little SecretWhere stories live. Discover now